RADARBEKASI.ID, BEKASI – Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Bekasi, memembangun instalasi air bersih untuk keperluan Mandi Cuci Kakus (MCK) hingga air siap minum, di Posko Wash PMI Kabupaten Bekasi, sebagai operasi Tanggap Darurat Bencana (TDB), di Desa Sirnajaya, Serang Baru, Senin (2/10).
Alat filtrasi air bersih itu dibangun di dekat bekas penambangan pasir, yakni Danau Talaga Hejo, Desa Sirnajaya, Kecamatan Serangbaru, Kabupaten Bekasi sejak 13 September lalu.
Pengelolaan air tersebut sengaja dibangun guna memenuhi kebutuhan air warga yang terdampak kekeringan, baik di wilayah Selatan hingga Utara Kabupaten Bekasi.
Staf Markas Bidang Pelayanan PMI Kabupaten Bekasi, Adi Sumarsono mengatakan, pembangunan Posko Wash PMI Kabupaten Bekasi ini, hasil rapat koordinasi BPBD Kabupaten Bekasi dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bekasi, untuk membantu permasalahan sumber air saat bencana kekeringan melanda Kabupaten Bekasi.
“Pertama, status kemarau yang berkepanjangan seperti ini akan menambah permasalah dari sumber air, termasuk dari Perusahaan Air Minum (PAM), kemungkinan akan bermasalah nantinya. Sehingga untuk menyiasatinya agar tidak meluas, kami buka sumber air,” ucap Adi, saat ditemui di Posko TDP PMI Kabupaten Bekasi, Senin (2/10).
Menurut Adi, dipilihnya lokasi tersebut, karena berada ditengah-tengah empat kecamatan terdampak kekeringan. Selain itu, posko itu juga didukung oleh PMI Pusat, yang menyediakan peralatan filtrasi, guna memproduksi air bersih hingga siap minum.
“Dipilihnya lokasi ini, karena berdekatan dengan empat kecamatan terdampak kekeringan. Sumber air kami ambil dari Danau Talaga Hijau, diolah sumber airnya melalui filter-filter dari perlengkapan yang diberikan PMI Pusat, kemudian ditampung dan didistribusikan ke warga, baik yang datang langsung maupun menghubungi petugas posko yang bersiaga,” terang Adi.
Adapun proses pengelolaan air itu, yakni pertama air diambil dari Danau Talaga Hijau, ditampung menggunakan union tank berkapasitas delapan ribu liter air sebelum masuk ke alat filtrasi. Kemudian air talaga itu masuk ke alat filtrasi, yang biasa disebut Scan Water. Dalam satu jam, alat itu dapat menghasilkan air bersih berkapasitas 5000 liter. Proses yang ketiga, yaitu air hasil filtrasi ditampung pada Water Bladder berkapasitas 5.000 liter.
Di posko instalasi air bersih PMI itu, terdapat lima Water Bladder, sehingga setiap harinya dapat menampung 25 ribu liter air bersih. Sebelum air bersih didistribusikan ke warga, air hasil instalasi itu disaring kembali menggunakan dua alat filterisasi, yakni mesin Nuf dan Aqua Force. Kedua alat ini dapat memproduksi air siap minum, untuk kebutuhan skala rumah tangga. Dalam satu jam, masing-masing kedua alat ini dapat menghasilkan 1.200 liter air siap minum.
Selain itu, PMI Kabupaten Bekasi juga melakukan uji lab menggunakan alat Turbidity Meter, untuk mengukur kadar Ph dan Klorin. Adapun air yang dihasilkan dari hasil instalasi itu, kadar Ph.nya 6,5 sesuai standar WHO, bisa langsung dikonsumsi dan hasil uji Klorin 0.1.
Lanjut Adi, selain memproduksi air danau menjadi air bersih siap minum, pihaknya juga melakukan pendistribusian menggunakan empat armada milik PMI Kabupaten Bekasi. Kendaraan itu berupa truk tangki berkapasitas 5.000 liter air, dan dua kendaraan bak terbuka berkapasitas 1.600 liter air.
“Dalam satu hari, truk tangki dan kendaraan bak terbuka, dapat mendistribusikan empat trip air bersih ke wilayah terdampak kekeringan. Jika ditotal kendaraan bak terbuka berkapasitas 1.600 liter, mampu menyuplai air bersih 6.400 liter perhari. Dan truk tangki berkapasitas 5.000, mencapai 20.000 liter air bersih,” terangnya.
Hingga (1/10) PMI Kabupaten Bekasi telah mendistribusikan air sebanyak 700.230 liter air bersih. Sedangkan untuk distribusi air minumnya mencapai 300.580 liter. Dan untuk penerima manfaatnya yakni 18.764 Kepala Keluarga dengan total 77.996 jiwa.
Sementara itu, warga asal Desa Nagasari, Ninik (47), sangat mengapresiasi pendirian Posko Wash PMI Kabupaten Bekasi. ia mengetahui adanya posko itu dengan bertanya kepada petugas PMI, ketika bertemu saat pendistribusian air. Dengan adanya posko tersebut, dia dapat meminta air untuk lingkungannya.
“Alhamdulillah, jadi pas ketemu, saya nanya, kalau dekat disuruh ambil sendiri, bebas dan gratis. Dari situ kami berinisiatif datang, baru tau prosesnya seperti ini. Kami minta ke PMI delapan ribu liter untuk 100 Kepala Keluarga (KK), 210 jiwa. Kalau masih kurang, kami boleh minta lagi. Jadi, untuk sementara hanya satu RT dulu, di Desa Nagasari,” beber Ninik. (ris)