RADARBEKASI.ID, BEKASI – Hari Batik Nasional yang jatuh setiap 2 Oktober lalu, jadi renungan bagi perajin batik di pelosok negeri. Perkembangnya zaman dan kemajuan pesat teknologi serta gempuran Pandemi Covid-19 membuat perajin batik di Jawa Barat beralih profesi.
Ketua Yayasan Batik Jawa Barat Sendy Ramania Wurandani mengatakan penurunan jumlah perajin batik Jawa Barat hingga 50 persen. Semula Jawa Barat mencatat ada 12 ribu orang perajin yang kini menurun menjadi enam ribu orang.
“Sepinya produksi di masa pandemi berdampak pada pengurangan perajin batik yang beralih ke profesi lain,” kata Sendy Ramania Wulandary, Minggu (8/10).
Di momen peringatan Hari Batik Nasional beberapa waktu lalu, revolusi yang terjadi ialah tradisionalisme di tengah kemajuan pesat teknologi.
Sendy mengatakan meski terjadi Revolusi batik Indonesia di masa 4.0, tetapi jangan mengabaikan nilai-nilai yang ada di dalam batik.
“Tidak serta merta beralih ke batik yang lebih praktis, seperti tekstil motif batik atau printing, tetapi justru harus dibangkitkan rasa bangga mengenakan batik Indonesia sebenarnya,” kata dia
Sementara itu, Batiklopedia.com bersama Tikela Creative Evenglist menggelar perdana Batik Story di Bekasi yang bertepatan di Lagoon Avenue Mall Bekasi, beberapa waktu lalu.
Batik Story merupakan kegiatan batik offline Batiklopedia yang direncanakan tiap bulan di kota penghasil batik.
Tujuannya, kata Sendy, untuk mengedukasi dan menginformasi serta mengolah data keberadaan batik di kota-kota yang disambanginya.
Ketua Asosiasi Pengusaha Batik Indonesia Komarudin Kudiya mengatakan, istilah revolusi, identik dengan perubahan besar besaran.
“Secara pengertian, revolusi adalah perubahan yang berlangsung secara cepat baik disengaja maupun tidak disengaja,” tutupnya.(rez)