RADARBEKASI.ID, BEKASI – DPC GMNI Jakarta Selatan membuat forum Diskusi dan Bedah Buku Komunikasi Politik, Aktivisme, dan Sosialisme “Studi Komparasi Politik Anak Muda di Amerika dan Indonesia” di Aula Kesbangpol Jakarta Selatan, Jumat (13/10). Dalam forum tersebut membahas isi buku “Komunikasi Politik, Aktivisme, dan Sosialisme”. Para narasumber pada diskusi tersebut adalah penulis Erik Ardiyanto, Aktivis Perempuan sekaligus politisi muda dari PDIP Regina Vianney Ayudya, Aktivis dan Akademisi Darwin Iskandar, serta Pemred dan Penerbit Buku GDN Didik Hariyanto.
Dalam sambutannya, Ketua DPC GMNI Jaksel, Bung Deodatus Sunda, mengatakan bahwa buku ini sangat menarik dan menginspirasi bagi kaum muda khususnya gerakan progresif di Indonesia
Menurutnya, perjuangan tiga aktivisme politik Bernie Sanders, Alexandria Ocasio-Cortez, hingga Jeremy Corbyn dapat dijadikan contoh sejarah tentang bagaimana politik progresif kaum muda bisa berjuang di akar rumput dan elektoral sesuai dengan prinsip dan ideologi.
Narasumber pertama, Erik Ardiyanto, mengatakan masalah yang dihadapi para aktivis muda Indonesia kurangnya akselerasi dan distribusi aktivisme paska kuliah ke dalam partai politik. Sehingga yang terjadi parlemen banyak diisi kalangan non – aktivitas yang tidak membawa perjuangan akan nilai dan ideologi.
“Serta belum terbentuknya blok politik progresif di dalam gerakan aktivis dan tubuh partai yang bisa menyatu, berbeda dengan gerakan aktivisme di Amerika. Ditambah kurangnya strategi komunikasi politik yang efektif “war position” terhadap narasi sayap kanan sebagai jalan alternatif dan juga alat perjuangan sehingga politik identitas makin menguat,” tuturnya.
BACA JUGA: GMNI Desak Raperda LP2B Dibahas Kembali
Narasumber kedua, Regina, mengatakan anak muda harus memperjuangkan ideologinya melalui partai politik. Menurutnya, PDIP sebagai partai yang berideologis pancasila dan marhaenisme yang menurutnya memperjuangkan kaum marhaen dan wong cilik. Regina merasa perjuangan yang dilakukan Alexandria Ocasio-Cortez ada kesamaan yang diperjuangkan saat ini dengan terus konsisten turun basis, dengan menyediakan program beasiswa, stunting, UMKM, dan paspor gratis.
Narasumber ketiga, Bung Darwin, mengatakan cara komunikasi politik yang dilakukan oleh ketiga tokoh yang terdapat di buku ini pada hakikatnya sudah di praktekan oleh Soekarno selaku presiden pertama Indonesia melalui trilogi perjuangan yakni pertama, Kemauan (Will), kedua, Pendidikan Politik berupa Agitasi dan Propaganda, dan ketiga, Organisatoris.
Narasumber terakhir, Bung Didik menekankan bahwa pemuda dengan ideologi progresifnya harus mampu menjadi blok politik alternatif di tengah berkembangnya populisme kanan. Menurutnya, politik progresif Indonesia mengalami kemunduran dan statis. Sedangkan politik sayap kanan begitu masifnya ditengah kondisi Kapitalisme yang sedang “sakit”.
“Dari buku ini perjuangan yang dilakukan Bernie Sanders dan Cortez di Amerika, dan Jeremy Corbyn di Inggris, dua negara tersebut merupakan induknya dari kapitalisme dan sangat anti terhadap politik progresif (Sosialisme). Dari tiga tokoh tersebut mampu melahirkan blok politik alternatif yang progresif dengan ide – ide sosialisme,” ujar Didik. (bis)