Berita Bekasi Nomor Satu

Kemiskinan dan Stunting Masih jadi PR Bupati Bekasi

TEKAN STUNTING: Seorang ibu menggendong anaknya membawa makanan tambahan berupa bubur balita yang diberikan dalam program Bekasi Bening (Baznas Bantu Entaskan Stunting) di Kelurahan Jatimulya Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi, Selasa (17/10). ARIESANT/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Permasalahan kemiskinan ekstrem dan stunting masih menjadi Pekerjaan Rumah (PR) yang harus diselesaikan oleh Bupati Bekasi, Dani Ramdan, bersama jajarannya.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bekasi terus berupaya menekan angka kemiskinan ekstrem dan stunting. Berbagai langkah pun telah dilakukan Pemkab Bekasi seperti imunisasi serentak saat Bulan Imunisasi Nasional (BIAN), pembangunan 1.600 Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Setempat (SPALDS), renovasi 2.500 Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu), Pemberian rantang makan siang bagi dhuafa, dan lansia serta makanan tambahan bagi Bayi Lima Tahun (Balita).

Penjabat (Pj) Bupati Bekasi, Dani Ramdan, mengatakan bahwa saat ini angka kemiskinan ekstrem di Kabupaten Bekasi mencapai 1.900 jiwa. Angka itu berangsur-angsur menurun dari tahun sebelumnya sebanyak 2.900 jiwa.

“Kemiskinan ekstrem ini, ketika saya masuk angkanya sekitar 3.000 an jiwa, lalu 2022 sebanyak 2.900 jiwa, sekarang tinggal 1.900 jiwa. Tetapi itu belum verval (verifikasi dan validasi) nanti akhir tahun kalau verval mudah-mudahan turun lagi, karena tahun depan harus nol,” ujar Dani di Kelurahan Jatimulya Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi, Selasa (17/10).

Sedangkan angka stunting di Kabupaten Bekasi pada 2022 sebesar 17 persen atau menurun 3 persen dari 2021 sebesar 21 persen. Targetnya, hingga akhir tahun ini dapat menurun dan 2024 bisa sampai 14 persen.

“Karena kalau 14 persen dianggap masih normal,” ucap Dani.

Dani menjelaskan 1.900 jiwa warga miskin diantaranya adalah dhuafa dan lanjut usia (lansia). Selama kepemimpinannya, Dani mengidentifikasi sekitar sepuluh hingga 30 dhuafa dan lansia di setiap desa yang hidup mengandalkan belas kasih tetangga. Pola makan dan kebersihan lingkungan diakui sebagai faktor penting dalam mengatasi masalah ini.

“Karena kalau miskin ekstrem dan stunting itu bukan hanya menyangkut makan bisa jadi rumahnya tidak sehat. Ventilasinya tidak cukup penerangan air bersihnya dan air kotornya tidak terkelola. Karena diantara para dhuafa dan lansia itu di setiap desa ada sekitar sepuluh sampai 30 itu sebatang kara, tidak punya keturunan atau anaknya miskin sehingga kurang terurus. Terus makannya dikasih dari tetangga, seperti itu realita yang ada di Bekasi,” tuturnya.

Dani menargetkan, pada 2024 angka kemiskinan ekstrem di Kabupaten Bekasi harus nol. Sedangkan untuk stunting Pemerintah Kabupaten Bekasi terus berupaya untuk menekan hingga 14 persen dengan memberikan imbauan kepada orangtua agar memperbaiki gizi anak-anaknya. Kini Pemerintah Kabupaten Bekasi bersama instansi-instansi terkait tengah berkolaborasi untuk menuntaskan dua PR yang belum rampung tersebut.

“Jadi kita targetkan miskin ekstrem tahun depan itu habis. Deteksinya kami dengan Baznas dan dinas-dinas terkait untuk menyelesaikan dua persoalan kita yakni miskin ekstrem dan stunting. Sehingga kalau angka-angka bisa kita turunkan itu, bukan hal yang datang sendirinya itu usaha keras bersama para camat, lurah, kader PKK, kader posyandu, guru di sekolah mengajarkan kepada anak-anaknya hidup sehat supaya nanti generasi berikutnya tidak ada lagi miskin ekstrem dan stunting,” tandasnya. (ris)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin