Berita Bekasi Nomor Satu
Bekasi  

Sumur Kering, PAM Mampet

3.540 Hektar Sawah di Bekasi Gagal Panen

SAWAH MENGERING : Foto udara area persawahan mengering yang berdampingan dengan Tempat Pemakaman Umum (TPU) di Desa Nagasari, Serangbaru, Kabupaten Bekasi, Selasa (17/10).ARIESANT/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Kinan (26), warga Blok D perumahan Pondok Ungu Permai, Bekasi Utara ini harus bolak balik ke tempat depot air isi ulang. Tiga hari terakhir, dia sudah menghabiskan 36 galon air isi ulang untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi dan mencuci.

Ya, sumber air bersih yang dia pakai selama ini sudah tidak berfungsi. Sumur bor yang dipakai sudah tak mengeluarkan air lagi. Sementara air dari PDAM sudah tak bisa diharapkan lagi. Karena, selain keruh air nya juga bau tak sedap.”Kan saya pakai jetpump juga, tapi yang disedot airnya juga nggak ada, habis. Adapun yang keluar kaya lumpur,” katanya.

Sebagian besar kepala keluarga di lingkungan tempat tinggalnya memang menggunakan dua sumber air bersih, yakni PAM dan sumur bor. Salah satu penyebabnya adalah PAM seringkali terganggu dalam tiga bulan terakhir.

Diketahui, beberapa bulan terakhir distribusi air dari PDAM tidak stabil, beberapa kali warga sempat kesulitan mendapat air bersih lantaran sumber air baku yakni Kali Bekasi tercemar limbah. Nahasnya, wilayah tempat tinggal Kinan belum pernah sekalipun mendapatkan distribusi air bersih.

Berbeda dengan sebelumnya ia masih bisa menggunakan air sumur bor, situasi awal pekan ini benar-benar menyulitkan. Aktivitas keluarganya terganggu, ia pun mulai merogoh kocek setidaknya Rp48 dalam sehari untuk keperluan mandi dan buang air empat orang anggota keluarganya di rumah.

Kebutuhan air isi ulang dalam sehari mencapai delapan galon, belum termasuk untuk mencuci piring. Beberapa hari terakhir, ia dan keluarganya memilih untuk makan di luar rumah, tujuannya adalah untuk menekan kebutuhan air bersih.

Pengeluaran dalam sehari menjadi lebih besar pada akhir pekan, ia harus membeli sembilan galon air isi ulang untuk mencuci pakaian.”Kata si tukang galonnya saya sudah habis 36 galon (dalam tiga hari). Lumayan banget sebenarnya, tapi gimana ?, karena ya sangat butuh air hidup itu,” ungkapnya.

Kinan merupakan salah satu dari ratusan ribuan warga Bekasi yang kesulitan air bersih. Kinan berharap pemerintah bisa memfasilitasi satu sumber air bersih di tiap lingkungan warga untuk memenuhi kebutuhan air bersih selama warga menghadapi musim kering.

Sementara itu di wilayah Kabupaten Bekasi, para petani harus harus menelan pil pahit. Ya, lahan garapan yang selama ini menjadi penopang hidup harus mengalami gagal panen akibat kekeringan.

Ketua Kelompok Tani Setia Asih 5, Desa Karang Setia, Unda Suhanda mengatakan bahwa ratusan hektar sawah yang selama ini pengairannya bertumpu pada saluran sekunder Cilemahabang terdampak kekeringan. Kerugian setiap petani berkisar Rp7 hingga Rp10 juta.

Di atas tanah yang nampak kekeringan hingga pecah-pecah, padi menguning tidak berisi. Situasi ini membuat petani seperti Unda terhimpit, hasil bertani kali ini tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari maupun modal tanam.”Per hektar hampir Rp 10 juta dari mulai garap hingga tandur. Kami bingung, boro-boro buat modal tanam, untuk makan saja sudah bingung,” ucapnya.

Saat ini, petani berharap pemerintah melakukan normalisasi saluran sekunder, termasuk menertibkan bangunan liar yang berdiri di bantaran kali guna memperlancar aliran air. “Turun lah ke bawah, lihat sawah yang mengalami kekeringan hingga gagal panen. Kalau sudah seperti ini, siapa yang mau peduli dan bertanggung jawab,” tambahnya.

Plt Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bekasi, Nayu Kulsum menambahkan, lahan pertanian yang terdampak kekeringan seluas 3.540 Ha dari luas pertanaman 23.463 Ha. Nayu mengklaim pihaknya sudah melakukan sejumlah tindakan. Diantaranya, updating dan monitoring data kekeringan, melaksanakan kegiatan gilir giring dan pengaturan air sesuai dengan ketersediaan air. Kemudian berkoordinasi dgn PJT II, BPND, PSDABMBK, BBWS, dalam penaggulangan jaringan irigasi. Termasuk melaksanakan pembersihan sampah dan eceng gondok pada saluran irigasi. Terakhir, menyiapkan penangganan pasca DPI dengan menyediakan bantuan benih , PHC dan AUTP.

“Kegiatan pompanisasi dengan pompa yang berkapasitas besar dan kegiatan normalisasi didukung oleh Dinas Sumber Daya Air Bina Marga Bina Kontruksi ( DSDABMBK). Pemberian bantuan pompa ( 4 inchi n 6 inchi ) dari Kementerian Pertanian, Penambahan debit air oleh PJT II. Termasuk pinjaman Pompa dari BPBD,” katanyam

Upaya penanganan kekeringan ini dengan pembuatan long storage (penampungan air), yang dilakukan oleh Dinas Sumber Daya Air, Bina Marga, dan Bina Konstruksi Kabupaten Bekasi. Pembangunan tempat penampungan air guna memastikan ketersediaan air di areal persawahan terdampak kekeringan akibat musim kemarau tahun ini.

“Pembuatan long storage (penampungan air) ini merupakan upaya pemerintah daerah mengatasi kekeringan lahan pertanian di Kabupaten Bekasi,” kata Kepala Bidang Pengelolaan Sumber Daya Air pada Dinas Sumber Daya Air, Bina Marga, dan Bina Konstruksi Kabupaten Bekasi Sukmawati.

Pembangunan long storage saluran irigasi ini dilakukan di Desa Pantai Hurip Jaya, Kecamatan Babelan, dengan panjang kurang lebih 4,5 meter menggunakan ekskavator standar arm. Selain itu, pihaknya menerjunkan pompa air berkapasitas 150 liter per detik yang mengalirkan air dari Sungai Cikarang Bekasi Laut (CBL) menuju tempat penampungan air sebelum dialirkan ke petak-petak sawah petani.

Sukmawati tak mempungkiri, kekeringan lahan pertanian tidak hanya terjadi di Desa Pantai Hurip. Setelah pembangunan tempat penampungan di desa ini selesai, pihaknya akan keliling ke wilayah terdampak lain untuk memberikan bantuan serupa.

“Jadi nanti kalau semua sawah petani sudah mendapatkan air dan air sudah tersedia di long storage, kami akan mobile memberikan bantuan ke tempat lain,” katanya.

Cuaca akhir-akhir ini di Bekasi memang terasa sangat terik. Hal ini bahkan ramai diperbincangkan di media sosial.Kemarin, suhu di Bekasi mencapai 38 derajat Celcius. Terasa terik lantaran cuaca di Bekasi cerah, penyinaran matahari cukup optimal.

Pekan kemarin, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) telah mendapatkan laporan air sumur bor warga mulai mengecil dan kualitas airnya tidak baik di wilayah Kelurahan Ciketing Udik, Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi. Tepatnya di lingkungan RW 01, 04, 06 dan 08, hingga warga meminta distribusi air bersih.

Sementara pekan ini, BPBD belum mendapatkan laporan hal serupa dari wilayah lain di Kota Bekasi. Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Bekasi, Wiratma Puspita mengatakan bahwa pihaknya akan mendistribusikan air bersih saat mendapat permintaan dari warga.

“Sesuai permintaan akan kita kirimkan, kemarin (akhir pekan) kita perbantuan PDAM lagi (mendistribusikan air bersih),” ungkapnya.

Dampak Elnino disebut makin terasa di Kota Bekasi. Air sumur bor warga mulai mengecil, distribusi air PDAM pun masih mengalami gangguan di beberapa wilayah lantaran air baku juga terganggu.

“Ini memang bagi yang menggunakan Sanyo udah mulai terasa nih, ya meskipun masih ada tapi kecil. Terus yang menggunakan PDAM InsyaAllah ini masih berjalan baik, meskipun kita akui masih ada beberapa gangguan, karena memang sumber air yang sulit,” terang Pj Wali Kota Bekasi, Raden Gani Muhammad.

Proses perizinan untuk memindahkan Intake air baku Perumda Tirta Patriot kata Gani masih berproses. Begitu mendapatkan izin, Kota Bekasi akan segera memindahkan sumber air baku.

Sejauh ini, Kota Bekasi diyakinkan masih memanfaatkan sumber daya yang ada. Beberapa hal yang telah dilakukan adalah dengan cara meminjam mobil tangki air dan pompa mobile kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

“Setelah proses perizinan muncul ya kita langsung lakukan pemindahan itu, yaitu untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat Kota Bekasi,” tambahnya. (sur/ris/pra)