RADARBEKASI.ID, BEKASI – Pembina Kerjasama Industri dan Perguruan Tinggi, Sigit Raditya, memberikan dukungan penuh terhadap perguruan tinggi berbasis industri yang menerapkan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Pernyataan ini disampaikan dalam acara Wisuda XII Strata 1 STT Bina Tunggal.
Sigit juga menyoroti perlunya kolaborasi antara perguruan tinggi dan industri dalam menghadapi persaingan sumber daya di era global. STT Bina Tunggal sebagai pelopor melakukan kerjasama dengan Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) sebagai langkah strategis dalam mengimplementasikan Merdeka Belajar Kampus Merdeka di Kota Bekasi.
“Perguruan tinggi di Kota Bekasi harus membangun kerjasama dengan industri sebagai collegial interchange, sehingga kampus dapat menjadi University Center or Industrial Liaisons Unit,” ujar Eks Komandan Batalyon Infanteri 312/Kala Hitam Kodam II/Siliwangi ini.
Sigit optimis bahwa kampus berbasis industri dapat menjadi “engine of economic growth” bagi Kota Bekasi. Sebagai sosok yang pernah mengalami didikan militer di TNI, Sigit melihat potensi kampus berbasis industri sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi Kota Bekasi.
Dia yakin bahwa kolaborasi antara perguruan tinggi dan industri dapat memberikan kontribusi nyata, terutama dalam mengatasi kesenjangan antara perguruan tinggi dan industri.
BACA JUGA: Perguruan Tinggi dan Industri Perlu Bangun Kemitraan yang Efektif
Melalui transfer pengetahuan dan peningkatan perekonomian berbasis pengetahuan, masyarakat dapat merasakan dampak positifnya melalui perkembangan industri skala kecil dan menengah serta terciptanya lapangan kerja.
“Lahirnya wirausaha juga diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam mengurangi tingkat pengangguran dan membangun ekonomi berbasis keluarga,” pungkasnya.
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPP) Sekolah Tinggi Teknologi (STT) Bina Tunggal, Benny Tunggul, menyatakan perlunya perguruan tinggi untuk melakukan rethinking, reorientasi, dan membangun jejaring global.
“Kampus harus menjadi Center of Change dengan inovasi dan daya saing unggul yang sangat dibutuhkan oleh dunia usaha dan industri,” ujar Benny.
Dalam konteks revolusi industri 4.0, Benny menyatakan bahwa perguruan tinggi dituntut untuk mengembangkan sumber daya manusia dengan daya saing tinggi, terutama dalam kompetensi, keterampilan, dan inovasi. Mahasiswa dan dosen harus memiliki keterampilan di bidang digitalisasi, artificial intelligence, dan machine learning.
Lebih lanjut, dikatakan mengacu pada paradigma baru Society 5.0, di mana manusia menjadi komponen utama yang mampu menciptakan nilai baru melalui perkembangan teknologi. Oleh karena itu, kerjasama dengan industri, reorientasi kurikulum, penggunaan blended learning, dan pengembangan kemampuan 4C (Critical Thinking, Creativity, Collaboration, dan Communication) menjadi sangat penting. (oke)