RADARBEKASI.ID, BEKASI – Kualitas udara Kota Bekasi menjadi yang terburuk se Jabodetabek di akhir pekan kemarin. Kondisi ini terlihat pada data Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada Minggu (12/11) siang.
Pada pukul 14:v WIB, indeks kualitas udara Kota Bekasi tercatat 104, disusul Jakarta Timur dengan angka 94, Jakarta Utara 91, Tangerang 90, Tangerang Selatan 87, Jakarta Barat 80, Bogor 67, Depok 65, dan Jakarta Selatan 56. Kualitas udara di Bekasi berada pada kategori rentang ISPU 101-200, dengan status tidak sehat.
Dengan status kualitas udara tidak sehat tersebut, masyarakat dihimbau untuk mengurangi aktivitas fisik dalam durasi terlalu dalam di luar ruangan. Kualitas udara sejak pertengahan tahun kemarin memang menjadi perhatian publik, serangkaian upaya dilakukan mulai dari uji emisi kendaraan hingga menghimbau ASN untuk berkantor menggunakan kendaraan umum dan sepeda.
Diketahui sampai dengan Agustus lalu, parameter kualitas udara di Kota Bekasi cenderung berstatus sedang. Pemantauan kualitas udara selama ini dilakukan lewat alat yang dimiliki oleh KLHK yakni Air Quality Monitoring System (AQMS), ada dua alat di Kota Bekasi.
Pantauan kualitas udara ambien juga dilakukan di 18 titik selama tahun 2023, serta pemantauan passive Sampler di delapan titik untuk menguji parameter SO2 dan NO2.
“Pemantauan kualitas udara ambien dibagi dalam empat kluster, yaitu kluster perumahan, kluster industri, dan kluster perkantoran,” kata Kabid Pengendalian Pencemaran, Kerusakan Lingkungan Hidup, dan Penegakan Hukum (PPKLHPH) DLH Kota Bekasi, Andy Frengky beberapa waktu lalu.
Kualitas udara dalam kondisi sedang hingga tidak sehat cenderung terjadi pada musim kemarau. Sementara pada musim penghujan, kualitas udara relatif berstatus baik.
Pemantauan kualitas udara dibagi dalam beberapa kluster mulai dari kluster industri hingga perumahan.
“Pemantauan kualitas udara ambien dibagi dalam empat kluster, yaitu kluster perumahan, kluster industri, dan kluster perkantoran,” tambahnya.
Terdapat dua faktor yang dominan mempengaruhi kualitas udara selama ini, yakni emisi bergerak atau kendaraan dan tidak bergerak seperti boiler perusahaan hingga pembakaran sampah. (sur)











