Oleh: Dian Fardiyanti
Wali murid M. Wildan Yusufy siswa kelas 10 SMAIT Nurul Fajri Cikarang Barat
RADARBEKASI.ID, BEKASI – Mental Health atau kesehatan mental merupakan isu yang cukup banyak diperbincangkan akhir-akhir ini. Topik ini bukan hanya diangkat di tingkat nasional, namun juga menjadi keprihatinan di tingkat internasional, terbukti dengan diperingatinya Hari Kesehatan Mental Sedunia setiap tanggal 10 Oktober. Banyaknya kasus yang terkait dengan hal ini, membuat masyarakat mulai aware akan pentingnya meningkatkan pengetahuan terkait kesehatan mental.
Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Dan seperti halnya kesehatan fisik, kesehatan mental juga dapat mengalami gangguan yang perlu ditangani agar tidak menjadi masalah yang berlarut larut. Hal ini jugalah yang menjadi latar belakang pemikiran Parenting School (PS) SIT Nurul Fajri Cikarang Barat mengadakan seminar parenting yang diperuntukkan bagi seluruh wali murid SIT Nurul Fajri.
Seminar PS SIT Nurul Fajri kali ini mengangkat tema “Pengendalian Emosi Dalam Pengasuhan yang Lebih Sehat untuk Mental Orang Tua & Buah Hati”. Kegiatan ini diadakan pada Sabtu, 11 November 2023 dihadiri sekitar 250 wali murid. Program tahunan Parenting School (PS) ini konsisten dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan wawasan keilmuan wali murid tentang parenting yang sangat dibutuhkan orang tua dalam menjalankan perannya sebagai pendidik ketika di rumah.
Tahun ini, PS SIT Nurul Fajri mengundang pembicara yang dinilai kompeten di bidangnya, yaitu Bapak Dandi Birdy, S.Psi dan ibu Diah Mahmudah, S.Psi. Beliau berdua merupakan sepasang suami istri lulusan Fakultas Psikoiogi UNPAD yang memutuskan membuka biro konsultasi dan psikoterapi dengan nama Dandiah Care Centre yang berlokasi di Kota Bandung.
Sesi Pertama diisi oieh Bapak Dandi Birdy, dipaparkan metode 5M Journey dalam pengasuhan yang lebih sehat. 5M yang dimaksud adaiah: Membasuh luka pengasuhan, Memperbaiki kualitas anger management, Memperbaiki kualitas pernikahan, Memperbaiki kualitas parenting dan Membayar utang pengasuhan.
Anger Management adalah kemampuan untuk mengelola amarah, sehingga mampu untuk meluapkan amarah dengan cerdas tanpa merusak lingkungan maupun diri sendiri.
Memperbaiki kualitas anger management antara lain bisa dilakukan dengan cara stress management, menjadi pribadi aktif yang mampu berkomunikasi dengan jujur dan tegas tanpa menyakiti perasaan orang lain, serta melakukan self forgiveness, dimana kita juga harus mampu memaafkan diri sendiri selain memaafkan orang lain.
Pada sesi kedua, yang diisi oleh ibu Diah Mahmudah, audiens diperkenalkan pada 2 jenis marah dalam konteks parenting dan dampaknya masing masing khususnya kepada anak. Jenis marah yang pertama adalah marah destruktif yang cendrung bersifat merusak.
Dalam marah destruktif ini, sengaja atau tidak sengaja orang tua akan melakukan tindakan abusif, melakukan perilaku buruk pada personal anak, dan terkadang memarahi anak di muka umum. Sedangkan jenis marah yang kedua adalah marah edukatif, yaitu marah yang tetap mengaktifkan akal sehat, empati dan hati nurani.
Audiens juga diajak untuk mengenali bagaimana ciri-ciri dari kedua jenis marah tersebut secara spesifik, dan menilai di level manakah tingkat marah yang sering dialami selama ini.
Agar dapat menguasai kemampuan marah secara edukatif, orang tua terlebih dahulu harus mempunyai ilmu anger management serta bisa memastikan kestabilan emosinya berada di atas level emosi anak.
Di sesi terakhir audiens diajarkan tentang teknik relaksasi yang dikenal dengan nama metode Butterfiy Hug. Teknik ini merupakan suatu strategi yang dilakukan seseorang untuk mengurangi kadar stress dan kecemasan, agar ia dapat kembali produktif menjalankan aktivitasnya.
Sesi ini menjadi bagian dari muhasabah diri atas kekhilafan yang telah dilakukan dalam meluapkan emosi pada anak yang dikhawatirkan dapat meninggalkan luka pada mental si buah hati.
Proses introspeksi diri yang dipandu oleh ibu Diah Mahmudah ini ternyata cukup mampu menguras emosi dan kesedihan audiens yang mayoritas terdiri dari ibu-ibu, sehingga tidak sedikit dari mereka yang mengeluarkan air mata.
Sebagai penutup, peserta seminar diajak untuk meneriakkan slogan positif sebagai panduan dan pengingat diri. Slogan yang diucapkan berulang-ulang itu berbunyi “Happy Parents, Happy Kids”.
Semangat dan animo para peserta seminar tampak hingga akhir acara. ilmu yang didapat pada kesempatan kali ini diharapkan terekam dengan baik, tidak hanya sebatas ruang pengetahuan dan pemahaman, namun juga mampu menembus ranah penerapan dan pelaksanaan, agar setiap peserta mampu mewujudkan kesehatan mental yang stabil dan terjaga dalam keluarganya masing-masing.(*)