RADARBEKASI.ID, BEKASI – Suasana duka masih menyelimuti kediaman Muhammad Alfiansyah (13), siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 7 Kota Bekasi yang meninggal dunia pada Jumat (17/11). Alfiansyah diketahui meninggal dunia saat bermain “Kuda Tomprok” di sekolah, permainan tradisional yang terbilang cukup ekstrim, sarat dengan benturan fisik antar pemainnya.
Beberapa karangan bunga masih nampak menghiasai rumah Alfiansyah, salah satunya berasal dari pihak sekolah. Ucapan belasungkawa pun datang dari berbagai pihak atas peristiwa ini.
Sanak keluarga juga nampak masih berada di rumah duka, keluarga mengaku sudah mengikhlaskan kepergian Alfiansyah dan tidak membawa kasus ini ke ranah hukum.
“Kami sudah menerima, biar tenang almarhum. Sudah selesai dengan baik-baik, saya juga sudah terima dengan ikhlas,” singkat paman Alfiansyah, Margo, Minggu (19/11).
Alfiansyah diketahui bermain Muda Tomprok bersama dengan teman-temannya yang lain saat jam pembelajaran lagi selesai, tepatnya menjelang waktu shalat Jumat. Siswa kelas VIII ini sempat dilarikan ke Rumah Sakit (RS) terdekat, Alfiansyah dinyatakan telah meninggal dunia.
Terkait dengan peristiwa ini, Pj Wali Kota Bekasi, Raden Gani Muhammad menyampaikan duka cita mendalam, Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bekasi pun telah mendatangi rumah duka bertemu dengan orang tua dan keluarga besar Alfiansyah.
Insiden yang menimpa Alfiansyah memang sangat tidak diduga. Sebab itu, Raden meminta kepada semua pihak untuk meningkatkan kehati-hatian, terlebih kepada siswa-siswi dalam memilih permainan.
“Kami mengimbau supaya (meningkatkan) kehati-hatian, apalagi permainan-permainan yang beresiko agar dihindarkan,” ungkapnya.
Usai peristiwa memilukan ini terjadi, pihak kepolisian bersama dengan Disdik Kota Bekasi telah melakukan oleh TKP di sekolah, disaksikan oleh pengurus RT dan RW setempat. Jenazah Alfiansyah kemudian dimakamkan di TPU Padurenan, Mustikajaya, Kota Bekasi.
Dinas pendidikan meminta kepada seluruh kepala sekolah hingga guru-guru untuk mengawasi siswa siswi selama berada di sekolah. Sekolah diminta untuk memberikan pemahaman kepada siswa agar memilih permainan yang aman, sehingga peristiwa serupa tidak terulang.
“Kami telah menghimbau kepada seluruh kepala sekolah dan guru untuk tetap mengawasi kegiatan siswa saat jam istirahat. Lakukan pendekatan persuasif agar anak-anak dapat memilih permainan yang aman dan kejadian serupa tidak terulang,” ungkap kepala Disdik kota Bekasi, Uu Saeful Mikdar.
Peristiwa ini sontak membuat khawatir orang tua siswa di Kota Bekasi. Salah satunya Dian (41), pihak sekolah diharapkan tetap mengawasi anak-anak selama berada di lingkungan sekolah. Pasalnya, orang tua tidak bisa leluasa mengawasi anak-anak pada saat berada di sekolah.
Jika diperlukan kata Dian, perjanjian untuk tidak bermain permainan yang berbahaya bisa dilakukan oleh siswa dan wali kelas diatas materai. Hal ini bisa dilakukan sebagai upaya untuk meminimalisir risiko berbahaya.
“Kalau bisa di jam istirahat guru piket harus lebih baik lagi di dalam mengontrol tiap kelas, supaya tidak terjadi permainan yang berbahaya,” katanya.
Hasil penyelidikan pihak kepolisian, setidaknya ada 12 siswa yang bermain Kuda Tomprok pada jam istirahat. Alfiansyah ada di dalam salah satu regu dalam permainan tersebut, berada di urutan ketiga, membungkuk seperti kuda.
Saat kejadian, Alfiansyah terjatuh, lalu dilarikan ke RS terdekat. Tidak terlihat luka luar di tubuh Alfiansyah. Meskipun demikian, keluarga tidak menghendaki dilakukan autopsi pada jasad Alfiansyah.
Sementara ini diduga benturan terjadi pada kepala bagian belakang. Hasil keterangan saksi-saksi di lokasi kejadian, Alfiansyah hilang kesadaran di lokasi dengan kondisi mulut mengeluarkan buih.
Semua pihak disebut bersepakat untuk menempuh jalur kekeluargaan. Sehingga tidak ada yang ditahan oleh pihak kepolisian dalam peristiwa ini.
“Sementara ini tidak ada yang ditahan karena hasil kesepakatan kita mengedepankan Restorative Justice. Dari para pihak juga menghendaki tidak di proses hukum, maka kita mengedepankan Restorative Justice,” kata Kapolsek Bekasi Selatan, Kompol Jupriono.
Terkait dengan adanya unsur kesengajaan, Jupriono mengatakan bahwa peristiwa ini terjadi pada saat 12 anak tersebut tengah sama-sama bermain. Sejauh ini tidak ditemukan unsur kesengajaan mendorong atau sebagainya.
“Sementara hasil penyelidikan kita belum kita temukan unsur sengaja atau lalai dari beberapa anak sekolah yang sama-sama bermain,” tambahnya.
Sekadar diketahui, pemainan Kuda Tomprok ini terbilang relatif ekstrem dan berpotensi membahayakan. Pasalnya, sarat dengan benturan fisik antara satu pemain dengan pemain lainnya.
Kuda Tomprok ini biasa dimainkan dua regu. Dalam permainannya, regu satu berposisi layaknya kuda, membungkuk seperti kuda untuk dilompati oleh regu dua. Mereka yang berada di regu satu harus menahan beban regu dua hingga semua anggota regu dua berhasil menunggang regu satu, kemudian masing-masing Leader regu akan beradu suit untuk menentukan pemenangnya. (sur)