RADARBEKASI.ID, BEKASI – Nyali para siswa SMAN 5 Kota Bekasi dalam menyuarakan aspirasinya terbilang tinggi. Jelang sore kemarin, puluhan perwakilan siswa kelas X, XI, XII, berseragam pramuka berkumpul di tengah lapangan sekolah. Beberapa di antara mereka tampak membawa karton yang bertuliskan kalimat protes. Spanduk berkelir hitam berisikan “Stop KBM Lanjut Class Meeting!!” terpasang di lantai dua gedung sekolah. Sore itu, para siswa SMAN 5 Kota Bekasi sedang menuntut sejumlah “hak” mereka.
Dari sejumlah informasi yang didapat Radar Bekasi, tuntutan para siswa tak hanya sekadar class meeting. Mereka juga menuntut transparansi pihak sekolah terkait penggunaan sejumlah sumbangan kegiatan dari para siswa.
“Sebelum ganti kepala sekolah, memang ada uang sumbangan Rp 300 ribu per bulan. Sekarang dipukul per tahun Rp 8 juta. Kalau dibagi 12 bulan, jatuhnya sekarang uang sumbangan Rp 600 ribu. Nai dua kali lipat,” kata salah seorang perwakilan siswa, D.
D menjelaskan, saat ini pembiayaan kegiatan organisasi kesiswaan yang sebelumnya ditanggung pihak sekolah, telah sepenuhnya menjadi beban para siswa. Pungut yang harus dibayar berkisar Rp 350-700 ribu.
“Dana PPCP Rp 350 ribu untuk panitia dan Rp 700 ribu untuk peserta. Dana LDKS Rp 550 ribu untuk panitia dan peserta. Dana Regen Rp 550 ribu untuk panitia dan peserta,” jelas DS.
D juga mengaku mendengar keluhan terkait kewajiban membayar sumbangan ke sekolah Rp 8 juta. Dia mengatakan menerima informasi dari adik-adik kelasnya yang kartu ujiannya ditahan lantaran belum membayar sumbangan ke sekolah.
“Awalnya tuh emang kebijakan-kebijakan beliau harmless, tapi kok makin ke sini jadi sangat membebani dan merugikan murid-muridnya. Mulai dari masing-masing anak yang wajib bayar Rp 8 juta per tahunnya,” jelas DS.
“Dan bahkan karena baru-baru ini ada PAS (penilaian akhir semester), banyak kasus anak-anak kelas 10 dan 11 yang kartu ujiannya ditahan sama sekolah dengan alasan mereka belum bayar. Kemarin itu baru saja ada orang tua yang ngadep sama kepala sekolah dan wakil kepala sekolah karena kartu ujian anaknya ditahan dengan alasan belum bayar,” terang DS.
Selain transparansi anggaran, D mengakui bahwa salah satu tuntutan para siswa adalah class meeting. D menilai sekolah seperti tak memberi jeda pada murid untuk istirahat dari kegiatan belajar-mengajar.
“Kami habis project, minggu depannya langsung PTS (penilaian tengah semester), habis itu langsung Regen, terus lanjut ke PAS. Dan sekarang ketika kita kira sudah selesai, kita dipaksa lagi untuk belajar materi semester II,” lanjut DS.
Dia menyampaikan sekolah beralasan hari belajar di semester II tak efektif dan kurang sehingga harus dikebut di akhir semester I. Terkait ini, DS meminta hasil analisis sekolah berdasarkan data. “Misalnya harusnya jam belajar 96 jam, dan Semester 2 efektifnya cuma 89 jam, tolong tunjukkan ke kami datanya. Sehingga kami bisa memberi masukan apa jam belajar ditambah di hari efektif atau bagaimana,” tegas DS.
Aksi para siswa SMAN 5 berhasil mengentak para pejabat. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, Dian, buru-buru membantah bahwa muridnya melakukan demonstrasi.
“Tadi anak menyampaikan aspirasi karena sangat bersemangat ingin melaksanakan class meeting, yang sebenarnya hal tersebut sedang kami rundingkan kapan pelaksanaannya sesuai dengan proposal yang diajukan anak, yaitu selama 3 hari,” kata Dian seperti dinukil dari detikcom.
Dian mengatakan SMAN 5 Kota Bekasi memberikan kesempatan kepada murid-murid untuk menyampaikan aspirasi. Dian juga menuturkan para murid tak mendemo Kepala SMAN 5 Kota Bekasi, Waluyo.
“Memberikan aspirasi merupakan wujud dinamika demokrasi saat ini dan memang diajarkan dalam kurikulum merdeka, dan itu bukan mendemo kepala sekolah, karena kepala sekolah tetap bertugas sewajarnya sesuai tupoksi (tugas pokok dan fungsi) beliau,” terang Dian.
Dian menepis isu adanya pungutan biaya oleh pihak sekolah. “Dan tidak ada pungutan yang dilakukan sekolah,” ucap Dian.
Terpisah, Disdik Jabar menegaskan kabar demo tersebut hanya miskomunikasi antara siswa dengan sekolah. “Saya mendapat informasi dari lapangan itu terkait komunikasi antara siswa dengan sekolah, siswa menginginkan ada waktu untuk class meet,” kata Wahyu.
“Tapi sekolah belum memberikan waktu karena ada proses pembahasan dengan kepala sekolah dan guru untuk memastikan di tanggal berapa (class meet dilakukan),” sambungnya.
Pada saat sekolah membahas pelaksanaan class meet itulah, Wahyu menuturkan, ada anggapan dari siswa jika class meet tidak akan dilakukan. Padahal kata Wahyu, SMAN 5 Bekasi saat ini telah menentukan class meet akan dilakukan pada 19-21 Desember 2023.
“Pada proses itu mungkin siswa mendapat informasi seolah-olah ditiadakan, padahal itu masih dalam pembahasan. Setelah dilakukan pembahasan itu akan dilaksanakan di 19-21 (Desember),” ujarnya.(gar/de)