Berita Bekasi Nomor Satu
Bekasi  

Saling Klaim Mampu Kuasai Bekasi

KARSIM PRATAMA/RADAR BEKASI DISKUSI – Dari Kanan ke Kiri, TKD Koalisi Perubahan Kabupaten Bekasi Ahmad Faisal, Perwakilan TKD Koalisi Indonesia Maju Kabupaten Bekasi Ridwan Arifin, TPC Ganjar-Mahfud Kabupaten Bekasi Jiovanno Nahampun dan pengamat politik Bekasi Roy Kamarullah, saat bincang politik di Redaksi Radar Bekasi.

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Tim pemenangan pasangan Calon Presiden (Capres) maupun Calon Wakil Presiden (Cawapres) wilayah Bekasi, saling mengklaim mampu meraih suara maksimal pada Pilpres 2024 nanti. Bahkan, ketiganya memasang target pemenangan diatas 75 persen.

Tim Kemenangan Daerah (TKD) Koalisi Perubahan Kabupaten Bekasi, Ahmad Faisal menargetkan perolehan suara sebesar 80 persen atau 1,6 juta suara untuk pasangan Capres Anies Rasyid Baswedan dan Cawapres Muhaimin Iskandar atau yang akrab disapa Cak Imin (Amin). Untuk mencapai target itu, partai yang tergabung di Koalisi Perubahaan ini harus membalikan perolehan suara Prabowo Subianto pada Pilpres 2019 lalu.

“Pada Pilpres 2019, suara Pak Prabowo hampir 1 juta di Kabupaten Bekasi. Kita mencoba membalik suara itu supaya di koalisi perubahaan ini targetnya 80 persen atau 1,6 juta suara bisa tercapai,” ujar Gus Faisal, saat diskusi berlangsung.

Sekretaris DPC PKB Kabupaten Bekasi ini menilai, Jawa Barat adalah bagian dari pada penentu untuk semua provinsi yang ada. Ketika Jawa Barat dipastikan menang, tentunya Bekasi Raya harus juga menjadi pemenang. Sehingga ketika Jawa Barat menang, sudah dapat dipastikan di nasionalnya akan menang.

Caleg DPRD Kabupaten Bekasi dari Dapil III ini memastikan, partainya akan merangkul berbagai macam elemen, mengingat PKB adalah bagian dari pada ahlusunah waljamaah. Terlebih ketika ada kadernya mencalonkan menjadi Cawapres, tentunya pendekatan ideologi yang dikedepankan. Ditambah dengan kekuatan dari PKS yang sekarang mendapatkan sepuluh kursi legislatif, pastinya ceruk mereka berbeda.

“Kita ini kerjanya masif dan terukur. Kalau target pemilihan Gen Z, itu sudah menjadi target bersama. Tinggal kita bagaimana memasarkan produk ini sehingga masyarakat itu bisa tertarik. Apalagi pasangan 01 lebih ke akademisi, orang aktivitas gerakan. Sehingga rasionalisasi yang bisa diterima oleh masyarakat, baik Gen Z dan lain sebagainya, itu juga lebih mudah memberikan pemahaman,” katanya.

Sementara itu, Perwakilan Tim Kampanye Daerah (TKD) Koalisi Indonesia Maju Kabupaten Bekasi, Ridwan Arifin mempunyai persepsi berbeda perihal Kabupaten Bekasi Menjadi Penentu Kemenangan Pilpres di Jawa Barat. Politikus yang akrab disapa Iwang ini beranggapan, Kabupaten Bekasi itu bukan kunci, karena apabila berbicara Daftar Pemilih Tetap (DPT) terbesar di Jawa Barat yaitu Kabupaten Bogor dengan tiga juta.

“Memang dari satu tagline menjadi kunci, betul menjadi penyumbang dan kami di 2019 dengan lima partai koalisi itu punya 1,2 juta atau 63 persen dan dikonversi hari ini dengan sembilan partai koalisi, tentu saja berharap akan menambah sekitar 1,5 juta yang kita targetkan,” tuturnya.

Menurut Bendahara DPC Partai Gerindra Kabupaten Bekasi ini, banyak variabel-variabel yang menjadi analisa. Dirinya percaya bahwa tim kampanye daerah yang tergabung dari sembilan partai punya semangat yang sama dan tentu saja ini menjadi kerja keras bersama, bukan terpenjara oleh Kabupaten Bekasi menjadi kunci. Namun memang tetap Jawa Barat menjadi kunci, karena faktanya sebagai tempat terbanyak se Indonesia.

“Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah, itu 56 persen dari perolehan suara di nasional. Nah, ketika bicara Jawa Barat menjadi kunci maka itu sangat masuk akal. Kita berharap kemenangan pasangan Prabowo-Gibran itu bukan cuma tipis, tapi tebal. Kemenangan ini harus tebal, jangan tipis-tipis. Karena kalau tipis-tipis nanti kita repot konversinya dari Jawa Timur dan Jawa Tengah,” katanya.

Partai yang tergabung ke dalam Koalisi Indonesia Maju di Kabupaten Bekasi akan berusaha keras, bahwa tidak akan terjadi upaya pasangan koalisi nomor satu untuk membalikan suara Prabowo di 2019. Tentunya, masing-masing punya hitungan dan analisa. Berdasarkan variabel yang dipunya, pada 2019 Partai Gerindra dengan sebelas kursi punya suara 270 ribu.

“Kita dari Jawa Barat ditanya satu-satu berapa targetnya, itu variatif 70 sampai 75 persen per kabupaten. Paling realistis di angka 70 persen di tempat-tempat kita memegang Ketua DPRD, salah satunya di Kabupaten Bekasi,” tuturnya.

Iwang menilai, salah satu keputusan partai koalisi memilih Gibran Rakabuming Raka sebagai Cawapres adalah, ingin merangkul Gen Z yang memang lebih dari 50 persen pemilih di nasional. Tentu saja ini menjadi hal yang baru, bukan cuma Gen Z diberikan kesempatan untuk memilih. Tetapi juga diberikan untuk tampil. Oleh karena itu Iwang mengklaim ada pergeseran segmentasi pemilih, yang dulunya 60 keatas. Sekarang mulai 20 tahun keatas sudah mulai merapat.

“Ini keberhasilan memilih mas Gibran sebagai Cawapres, itu terlihat dari pergeseran pemilih, anak-anak muda sekarang tanpa diminta siap bergabung. Mudah-mudahan ini akan bertahan sampai di 2024,” ungkapnya.

Ditempat yang sama, perwakilan Koalisi Tim Pemenangan Cabang (TPC) Ganjar-Mahfud Kabupaten Bekasi, Jiovanno Nahampun ini memasang target realistis dibawah 50 persen. Hal itu berbanding terbalik dengan target dari dua koalisi lainnya.

“Kita target dari awal hanya sekitar 40 persen. Karena 40 persen saja cukup satu putaran. Kalau dibilang dari 01, targetnya 80 persen. Kemudian 02, targetnya 75 persen. Kabupaten Bekasi ini kaum urban dan pemilihnya itu bermacam-macam. Jadi kesenangannya dalam memilih itu berbeda-beda,” jelasnya.

Sebagai Wakil Ketua Bapilu DPC PDI Perjuangan Kabupaten Bekasi, Jio mengaku, akan menyasar kaum urban dan Gen Z. Menurutnya, penerimaan tenaga kerja baru itu dari rata-rata dari kaum-kaum Gen Z yang baru lulus sekolah. Mereka akan memilih Capres nomor urut 03, karena kebanyakan lebih tertarik saat waktu menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah, dimana biaya sekolah SMP, SMK, itu gratis. Kebetulan, kebanyakan kaum urban di Kabupaten Bekasi dari jawa semua.

“Jadi bicara Pilpres ini, bicara gagasan (program), saya yakin target sasaran ke Gen Z lebih logisnya bagaimana kedepannya ini, karena ketika kaum urban punya adik ataupun saudara, kita pendidikan nomor satu gratis,” ungkapnya.

Sementara itu, Pengamat Politik Bekasi, Roy Kamarullah memberikan pandangan bahwa Pilpres 2024 berbeda dengan yang sebelumnya. Terutama Pilpres 2014 dan 2019, yang hanya diikuti oleh dua pasangan calon, head to head, yang otomatis hanya berlangsung satu putaran. Sementara pada 2024, akan ada perubahan konstelasi karena diikuti oleh tiga pasangan calon.

Dirinya melihat, pemenangan legislatif tidak sebanding dengan pemenangan Pilpres. Terbukti pada 2014, PDI Perjuangan pemenang atau rating tertinggi perolehan suara di Jawa Barat. Tetapi pada saat Pilpres pemenangnya pasangan Prabowo-Hatta pada 2014 di Jawa Barat. Begitu juga yang terjadi pada 2019, dua pasang calon antara Prabowo-Sandi dan Jokowi-Ma’ruf.

Disana tetap saja suara terbanyak itu Partai Gerindra di Jawa Barat. Tetapi tidak menjadi penentu pemenangan secara nasional. Oleh karena itu dapat disimpulkan, menang di Bekasi, menang di Jawa Barat. Belum tentu juga menang secara nasional. Namun demikian, ada polarisasi yang berbeda di Pilpres 2024, yaitu dengan tiga pasang calon. Tentunya ini yang akan merubah konstelasi saat putaran kedua.

“Bicara putaran kedua, maka segmen pasar yang tersisa dari calon yang mana nih, segmen pasar yang tersisa dari calon yang tidak masuk putaran kedua. Itulah yang menentukan calon yang masuk putaran kedua sebagai pemenang. Bisa jadi Bekasi jadikan barometer untuk menangnya di nasional. Karena 52 persen pemilih nasional adanya di jawa, 36 persennya di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah,” jelasnya.

“Karakter pemilih sampai dengan saat ini kalau di Kabupaten Bekasi itu lebih kepada pemilih yang pintar. Pemilu tahun ini tergantung sejauh mana penyelenggara mampu mensosialisasikan. Bisa jadi orang tahu bahwa pemilu 14 Februari, mereka juga paham siapa calon-calonnya, tapi apakah mereka bisa mencoblosnya ?,” katanya. (pra)