RADARBEKASI.ID, BEKASI – Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024 menjadi ajang pembuktian untuk Romli HM sebagai pemegang tongkat Komando DPC Partai Demokrat Kabupaten Bekasi. Setelah berhasil meningkat perolehan kursi pada Pemilu 2019 lalu, Romli HM kembali mendapat tantangan besar di Pemilu 2024.
Selain target meningkatkan perolehan kursi legislatif di Kabupaten Bekasi, politikus asal Tarumajaya ini juga harus terpilih sebagai wakil rakyat di tingkat Provinsi Jawa Barat. Diketahui Romli terdaftar sebagai Calon Legislatif (Caleg) DPRD Provinsi Dapil Jabar IX, yang meliputi Kabupaten Bekasi.
Pasalnya pada 2019 lalu, Romli hanya memegang komando, tanpa ikut bertarung mencalonkan diri sebagai wakil rakyat.
“Memang pada Pemilu 2019 saya tidak mencalonkan diri. Saya pada saat itu fokus untuk bagaimana di Kabupaten Bekasi saya bisa meraih kursi sesuai target,” ujar Ketua DPC Partai Demokrat Kabupaten Bekasi, Romli HM, kepada Radar Bekasi.
Hal itu disampaikan Romli HM dalam podcast bincang santai ngobrolin politik Radar Bekasi bersama Wakil Pemimpin Redaksi Radar Bekasi Miftakhudin, Senin (18/12/2023) lalu. Pada waktu itu Romli menceritakan, perjuangannya untuk meraih kursi legislatif sesuai target, tak tercapai. Namun dirinya bisa meningkatkan perolehan kursi dari yang sebelumnya.
“Pada akhirnya alhamdulillah, dari pemilu 2019 lima kursi, di 2019 saya bisa menambah satu kursi menjadi enam. Jadi memang pada saat itu karena saya tidak nyaleg, mengingat terbentur dengan aturan, karena pada tahun 2019 saya masih sebagai Ketua KONI Kabupaten Bekasi,” ucapnya.
BACA JUGA: Romli Targetkan 100 Ribu Suara, Realistis Pertahankan Jumlah Kursi
Pada Pemilu 2024 dirinya tidak mau hanya sebatas menjadi komando partai berlambang mercy ini, Romli bakal menjajal kekuatan dengan maju sebagai calon legislatif DPRD Provinsi Jawa Barat. Sebagai ketua partai, memang dirinya dihadapkan oleh dua pilihan, bertarung di Pileg atau Pilkada Bekasi yang berlangsung di tahun yang sama, yakni 2024. Akhirnya Romli memilih bertarung di Pileg, sekaligus untuk memetakan kekuatan sebelum ke Pilkada.
“Sekarang saya memilih untuk di provinsi, karena saya juga bisa pemetaan. Mungkin ini akan menjadi perjuangan yang cukup berat buat saya, karena di Dapil Jabar sembilan kursinya hanya tujuh. Partai-partai besar saja kalau dihitung lebih dari tujuh dan kader-kader juga mumpuni, tapi yang namanya berdemokrasi bagaimana kita sama-sama berikhtiar,” jelasnya.
”Apabila dilihat ke belakang, perjalanan Partai Demokrat ini luar biasa,” tambah Romli.
Sejak pertama berdiri hingga berkembang dan bisa mencalonkan seorang presiden, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Tahun 2009, merupakan masa keemasan Partai Demokrat, karena hampir semua daerah menjadi pemenang, termasuk di Kabupaten Bekasi dengan perolehan sembilan kursi. Namun pada 2014 berbanding terbalik dengan sebelumnya. Dimana Partai Demokrat di Kabupaten Bekasi harus merelakan empat kursi hilang. Dari sebelumnya sembilan, hanya tersisa lima. Akhirnya, Partai Demokrat hanya menjadi Wakil Ketua DPRD di Kabupaten Bekasi.
“Kita harus akui, inilah dinamika di partai. Karena memang saat itu banyak kader-kader Demokrat yang terjerat kasus korupsi. Itu yang membuat terpuruknya Partai Demokrat di 2014. Jadi memang pekerjaan yang cukup berat buat saya pada saat itu. Karena yang kita nggak punya presiden lagi,” katanya.
“Saya selalu ingat pesan Pak SBY, agar para kader terjun langsung ke masyarakat dan berbuat semaksimal mungkin. Karena dengan terjun ke masyarakat kita tahu apa yang dibutuhkan. Saya sangat yakin ketika kita terjun ke masyarakat, pasti ada respon yang baik. Itu juga yang saya terapkan kepada para Caleg sekarang ini,” sambungnya. (pra/adv)