RADARBEKASI.ID, BEKASI – Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kabupaten Bekasi menyampaikan, jumlah guru mata pelajaran seni budaya pada semua jenjang pendidikan saat ini masih terbilang minim.
“Dari hasil pemantauan kami di lapangan, masing-masing sekolah hanya memiliki satu guru mata pelajaran seni budaya yang linear dengan jurusannya, sedangkan sisanya merupakan guru mata pelajaran umum yang merangkap,” ujar Ketua IGI Kabupaten Bekasi, Prawiro Sudirjo kepada Radar Bekasi, Kamis (18/1/2024).Sebagai informasi, mata pelajaran seni budaya di setiap kelas memiliki waktu penyampaian materi selama kurang lebih dua jam dalam satu minggu.
“Masing-masing kelas itu biasanya diberi waktu dua jam dalam seminggu pembelajaran, baik itu tingkat SD, SMP, SMA maupun SMK,” ujar Prawiro.
Meskipun waktu yang diberikan kepada guru untuk mengajar mata pelajaran seni budaya terbatas, namun terasa berat jika satu guru harus mengajar di semua kelas secara linear.”Kalau hanya dibebankan kepada satu guru, tentu berat, makanya beberapa sekolah itu dibantu oleh guru mata pelajaran lain yang tidak linear,” tuturnya.
BACA JUGA: Resensi Buku: Membumikan Pendidikan Karakter di Sekolah
Prawiro menilai, keterbatasan jumlah guru mata pelajaran seni budaya saat ini karena tidak banyak perguruan tinggi yang membuka jurusan tersebut.
“Karena jurusan seni budaya di kampus itu masih sangat terbatas, hanya ada di beberapa kampus negeri saja, tapi untuk swasta kelihatannya masih sedikit dan terbatas,” ungkapnya.
Prawiro menyatakan bahwa mata pelajaran seni budaya memiliki pentingnya. Karena melalui pelajaran tersebut, kreativitas siswa dapat terlihat.
“Menurut saya sangat penting, sebab mata pelajaran seni budaya bisa melatih kreativitas siswa, dengan beberapa pembelajaran praktek yang diberikan,” tandasnya. (dew)