Berita Bekasi Nomor Satu

Kenaikan Harga Beras: Pedagang di Bekasi Alami Modal Bertambah, Keuntungan Berkurang

NAIK HARGA: Pedagang menakar beras di Pasar Tambun Kabupaten Bekasi, Kamis (15/2). ARIESANT/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Sejumlah pedagang di Kabupaten Bekasi mengeluhkan kenaikan harga beras lokal yang signifikan. Pasalnya, kondisi itu menyebabkan modal bertambah dan keuntungan berkurang.

Salahsatu pedagang, Riko (35), pemilik warung ayam penyet di Tegal Danas Desa Hegarmukti, mengungkapkan sebulan terakhir ini harga beras tidak menentu. Harga beras kini per kg bervariasi, mulai dari Rp11 ribu, Rp12 ribu, hingga Rp13 ribu.

“Sebelum adanya kenaikan karena untuk berdagang, saya pilih yang harga Rp10.500,- jenis beras yang lumayan atau lokal. Setidaknya untuk dimakan masih enak, warnanya juga tidak kuning, lalu tidak berasa gabah berasnya,” ungkap Riko, Kamis (15/2).

Pria yang baru memulai usaha selama sekitar tiga bulan ini mengakui tetap menjual satu porsi ayam penyet dengan harga Rp18 ribu beserta lalapan. Riko tidak berani menaikan harga demi menjaga pelanggannya.
”Ya namanya juga baru, meskipun keuntungan berkurang setidak masih ada kelebihan untuk biaya hidup,” ucapnya.

Hal senada disampaikan penjual barang harian, Abdulloh (47). Ia mengaku harga beras acap kali berubah. Saat ini ia membeli beras lokal bisa mencapai Rp780 ribu per 50 kg.

BACA JUGA: Harga Beras Melangit

Sebelum beras naik tinggi, kata pria yang akrab disapa Adul ini, beras dijual seharga Rp9 ribu sampai Rp10 ribu per kg. Meskipun demikian, Adul tetap menjual dengan keuntungan kecil agar barangnya tetap laku di kalangan masyarakat biasa.

“Kalau saya sebagai pedagang biasa untung kecil yang penting jalan. Karena yang beli emang orang-orang biasa. Paling beli hanya satu liter sampai tiga liter. Jadi kalau dimahalin kasihan,” ucapnya.

Namun, saat ini, Adul menyatakan bahwa ia terpaksa menjual beras dengan harga Rp13 ribu kepada pembeli, karena modalnya per liter untuk beras lokal mencapai Rp12 ribu.

”Kalau protes mah ga ada ya pembeli. Paling hanya bercanda tinggi lagi aja ya beras. Itu saja siih. Ya semoga saja harga ini tidak naik terus kasihan masyarakat,” ucapnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan Kabupaten Bekasi, Gatot Purnomo, menjelaskan kenaikan harga beras disebabkan oleh gangguan pada musim panen yang berdampak pada ketersediaan pangan. Dijelaskannya, musim kemarau yang panjang tahun lalu dan banjir saat ini menjadi penyebab terganggunya musim panen.

BACA JUGA: Kenaikan Harga Sembako ‘Meriahkan’ Hari Pencoblosan

Dengan kondisi tersebut, Gatot menyatakan bahwa pihaknya telah bekerja sama dengan Bulog Karawang untuk mendistribusikan beras ke sejumlah pedagang di Kabupaten Bekasi.

“Ada sekitar 70 titik pedagang yang di drop dari bulog Karawang. Jadi harga beras di pasaran bisa stabil dengan harga Rp10 ribu – 10.500 dengan jenis beras lokal atau medium,” jelasnya.

70 titik para pedagang beras tersebut, kata Gatot banyak disebar di sejumlah Pasar Rakyat serta pasar pasar mini di Kabupaten Bekasi. Tujuannya agar kebijakan pengendalian harga dapat dirasakan oleh masyarakat.

Dalam menyambut bulan Suci Ramadan, Gatot mengumumkan rencananya untuk menggelar operasi pasar murah pada awal Maret, dengan harapan dapat memberikan dukungan langsung kepada masyarakat. Melalui kebijakan ini, diharapkan sejumlah masyarakat tetap dapat membeli beras dengan harga terkendali.

“Jadi untuk pedagang kita suplai dan masyarakat langsung kita akan suplai. Setidaknya melalui kebijakan tersebut sejumlah masyarakat bisa tetap membeli beras dengan harga yang sudah dikendalikan,” jelasnya. (and)