Berita Bekasi Nomor Satu

Empat Warga Kota Bekasi Meninggal ‘Diserang’ DBD

ilustrasi

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Terdapat ratusan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Bekasi pada awal  2024 ini. Empat warga di antaranya meninggal dunia.

 

Catatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes)
Juga mencatat adanya kenaikan angka kasus di awal tahun. Tingginya angka kasus ini berkaitan dengan meningkatnya curah hujan.

Masyarakat Kota Bekasi mesti lebih meningkatkan kewaspadaan, terutama berkaitan dengan kebersihan lingkungan. Genangan air yang berpotensi menjadi tempat nyamuk berkembang biak perlu menjadi perhatian.

Sampai dengan awal Maret kemarin, terdapat 383 kasus DBD di Kota Bekasi. Sebaran kasus paling banyak ada di wilayah Kecamatan Jatiasih dengan 101 kasus, disusul Bantargebang dengan 56 kasus, dan Jatisampurna 38 kasus, sisanya tersebar di sembilan kecamatan lainnya di Kota Bekasi.

Sementara itu, terdapat empat kasus meninggal dunia. Masing-masing satu kasus di lingkungan Kecamatan Jatisampurna dan Bekasi Selatan, serta dua kasus di Kecamatan Jatiasih.
BACA JUGA: Tren Kasus DBD di Kabupaten Bekasi Menurun

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bekasi, Tanti Rohilawati menyampaikan bahwa saat ini Kota Bekasi masih berada di musim penghujan. Pada saat-saat seperti ini, salah satu penyakit yang mesti diantisipasi adalah DBD, meskipun jumlahnya disebut tidak lebih besar dibandingkan tahun lalu pada periode yang sama.

“Apapun itu saya menghimbau kepada masyarakat untuk berperilaku baik (hidup bersih dan sehat). Bagaimanapun juga, kalau terlambat akan berakibat fatal,” katanya.

Pada sisi pencegahan, ia menyebut gerakan satu rumah satu Juru Pemantau Jentik (Jumantik) dipastikan masih berjalan di seluruh wilayah di Kota Bekasi. Gerakan ini merupakan salah satu upaya penting guna memastikan pemantauan jentik nyamuk kebersihan lingkungan.

“DBD sendiri penyakit yang disebabkan oleh lingkungan, oleh karena itu jaga lingkungan dengan baik,” tambahnya.

Upaya untuk memberantas sarang nyamuk juga telah dilaksanakan di lingkungan Kecamatan Jatiasih beberapa waktu lalu, tepatnya sepekan menjelang ramadhan.

Sementara, Camat Jatiasih, Ashari memastikan bahwa gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) ini tidak hanya dilakukan satu kali, pemerintah bersama-sama dengan masyarakat akan melaksanakan kegiatan serupa secara berkala.

Kegiatan di lingkungan Kecamatan Jatiasih tersebut menyasar rumah-rumah warga, lingkungan permukiman, perkantoran, hingga sekolah.

“Tidak hanya menyasar rumah-rumah, perkantoran dan sekolah juga melakukan hal yang sama. Supaya kita tidak lupa bahwa ada bahaya yang mengancam pada saat musim penghujan,” ungkapnya.

Aparatur pemerintah bersama dengan masyarakat selain membersihkan lingkungan lanjut Ashari, juga menyasar lokasi-lokasi yang terdapat genangan air, seperti tempat penampungan air untuk mengantisipasi keberadaan jentik nyamuk.

Gerakan ini dipilih lantaran lebih efektif dibandingkan pengasapan atau Fogging untuk memberantas jentik dan menggugah keterlibatan masyarakat dalam menjaga lingkungan.

“Saat ini memang tidak cukup Fogging ya, karena Fogging itu kan pertama keterbatasan alat. Kedua hanya membunuh nyamuk dewasa, tidak membunuh jentiknya,” tambahnya.

Ia meminta kepada masyarakat untuk selalu memperhatikan kebersihan lingkungan, terutama pada lokasi tempat air menggenang yang berpotensi menjadi tempat nyamuk berkembang biak. (sur)