Berita Bekasi Nomor Satu

Cerita Edik Mudik dari Bekasi ke Kulonprogo dengan Sepeda: Gowes 700 Kilometer, Selama Perjalanan Tak Pernah Ngopi  

Edik saat mengayuh sepeda di perjalanan mudiknya. Anom Bagaskoro/Radar Jogja    

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Edik Mardapa (41) melakukan perjalanan mudik Lebaran 2024 dengan menggunakan sepeda dari kediamannya di Perum Bumi Citra Lestari Desa Waluya Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi menuju rumah orangtuanya di Kalurahan Bojong Kapanewon Panjatan Kabupaten Kulon Progo.

Ini merupakan perjalanan mudik keempat bagi Edik sejak  2019.

“Ini keempat kalinya, sebenarnya sejak 2019, namun karena pandemi jadi sebelumnya tidak mudik,” ucap Edik saat ditemui Radar Jogja (Grup Radar Bekasi) di rumah orangtuanya, Jumat (11/4/2024).

Edik menjelaskan, dirinya menempuh jarak sekitar 700 kilometer menggunakan sepedanya. Ia menempuh rute dari Cikarang menyelusuri Jalan Pantai Utara hingga Brebes.

Berlanjut ke arah selatan melewati Jalan Pejagan-Bumi Ayu menuju Ajibarang, Purwokerto, berlanjut hingga Purworejo, dan Kulon Progo.

Rute tersebut selalu digunakan sejak dirinya mudik menggunakan sepeda. Untuk menyelesaikan perjalanan, Edik memakan waktu 4 hari 4 malam.

Berangkat dari Cikarang pada 7 Maret sekitar Pukul 05.00 WIB dan sampai di tujuan pada 10 Maret sekitar pukul 23.30 WIB.

“Sekarang hanya tinggal saya yang mudik menggunakan sepeda, kawan saya sudah banyak pensiun,” ucap Edik.

Selain terkait hobi, mudik menggunakan sepeda menurutnya menyehatkan badan.

Edik mengaku sebenarnya target waktu mudiknya hanya tiga hari. Namun karena terkendala hujan dirinya tak bisa memaksakan perjalanannya.

BACA JUGA: 500 KK di Perumahan Taman Cikunir Indah Kota Bekasi Terdampak Banjir, Sebagian Rumah Kosong Ditinggal Mudik  

Terlebih penggunaan sepeda sebagai transportasi mudik perlu perhitungan dengan berbagai faktor

“Waktu saat Ied masih posisi di sekitar Kebumen dan akhirnya mampir masjid,” ucap Edik.

Edik menjelaskan, selain terkendala cuaca, perjalanan mudiknya sempat terkendala dengan sistem penerangan jalan yang tak memadai.

Perjalanan dilakukan saat malam hari, karena untuk menghemat stamina. Beberapa ruas jalan yang minim penerangan di mulai di Jalan Pantura hingga ke arah Gombong. Ia sengaja mengoptimalkan perjalanan saat malam hari, karena ingin menghemat stamina.

Saat siang hari, stamina akan cepat terkuras karena terpapar sinar matahari. Medan yang dilalui juga memepengaruhi waktu tempuh mudik. Sejak memasuki wilayah Bumi Ayu, Edik memerlukan tenaga ekstra untuk mengayuh sepeda.

Hal ini dikarenakan terdapat tanjakan yang curam dan berkelok-kelok. Edik mengaku sempat turun dan mendorong sepedanya karena tak bisa memaksakan mengayuh sepedanya.

Untungnya jalan yang ia lalui tergolong baik. Menurut Edik, apabila jalan rusak yang ia lalui maka pasti akan membutuhkan waktu lebih banyak lagi.

Kendati mendapati kendala selama perjalanan, Edik cukup menikmati perjalanan mudik menggunakan sepeda.

Menurutnya, bersepeda merupakan hobinya. Bahkan saat berangkat dan pulang kerja dirinya menggunakan sepeda sebagai transportasi.

Ia juga mengikuti berbagai klub sepeda. Di 2019 dirinya melakukan perjalanan mudik dengan kawan sekantornya dan ketagihan dengan mudik menggunakan sepeda. Selama perjalanan empat hari dirinya merasa tak kelelahan.

Bahkan untuk tidak mengantuk selama perjalanan dirinya tak merasakan apapun. Menurutnya selama mengayuh sepeda, tubuh akan tetap terjaga karena melakukan aktivitas berkeringat.

Membuat pengendara sepeda tak mudah mengantuk. Edik menceritakan, pengalaman buruknya saat mudik menggunakan sepeda motor. Ia mengalami kecelakaan karena tak dapat mengontrol sepeda motornya.

Hal ini dikarenakan saat mengendarai sepeda motor seorang pengendara mudah mengantuk karena terpapar angin, dan badannya tar bergerak. Semenjak kejadian itu, ia memutuskan menggunakan sepeda untuk mudik.

“Menurut saya lebih aman, menggunakan sepeda tentunya didasari dnegan persiapan,” ucap Edik.

Edik menjelaskan, perjalanan mudik menggunakan sepeda perlu persiapan ekstra. Sebelum perjalanan, perlu mempersiapkan fisik. Barang bawaan juga perlu dikurangi. Ia hanya membawa beberapa stel pakaian dan beberapa alat untuk memperbaiki sepeda, apabila rusak.

Selama perjalanan, dirinya juga tak meminum kopi. Karena kopi tidak mampu menggantikan cairan tubuhnya yang hilang akibat mengayuh sepeda.

Selain itu, Edik juga mengusahakan melaju dnegan sepedanya di tepi jalan paling pinggir. Hal ini dilakukan agar terhindar dari bahaya kendaraan yang melaju.

Dirinya bahkan mempersiapkan lampu, untuk penerangan dan penanda kendaraan lain yang ingin mendahuluinya.

Menurutnya mudik menggunakan sepeda memiliki kelebihan. Antara lain bisa menikmati pemandangan sepanjang jalan. Selain itu, dirinya juga mendapatkan banyak saudara atas perjalanannya.

Ketika istirahat di beberapa titik, seringkali ia mengobrol dengan warga sekitar. Dan memperoleh pesan syarat makna dari perbincangan itu. Selain itu, pengalaman mudik menggunakan sepeda juga bisa menjadi bahan cerita bagi anak cucunya nanti.

“Semua orang bisa bersepeda, namun tidak semua orang bisa menjalaninya,” pesan Edik. (rj)