RADARBEKASI.ID, BEKASI -Lebih dari seribu warga Kota Bekasi dilaporkan terjangkit Demam Berdarah Dengue (DBD). Serangan ‘Si Belang’ dalam empat bulan terakhir memang kian menjadi-jadi dengan tren angka peningkatan yang meningkat tajam.
Data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pekan lalu, kasus kematian akibat DBD di Indonesia naik tiga kali libat dibandingkan tahun lalu dalam kurun waktu yang sama, yakni sejak awal tahun hingga Minggu ke 15.
Sementara di Kota Bekasi, data kasus DBD sampai dengan minggu ke tiga bulan April tercatat sebanyak 1.452 kasus. Jumlah kasus DBD tahun 2024 lebih tinggi dibandingkan dua tahun terakhir selama tiga bulan secara berturut-turut di awal tahun, yakni pada Februari, Maret, dan April.
Pada 2023, jumlah kasus DBD selama satu tahun sedianya berhasil ditekan diangka 1.220 kasus. Jumlah kasusnya lebih sedikit dibandingkan dengan 2022, dimana selama satu tahun tercatat sebanyak 2.442 kasus.
“Jumlah kasus tahun 2024 di 1.452 saat ini,” kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bekasi, Tanti Rohilawati.
Tiga kecamatan dengan jumlah kasus DBD terbesar yakni Kecamatan Jatiasih dengan 261 kasus, Kecamatan Pondok Gede dengan 153 kasus, dan Kecamatan Bekasi Selatan dengan 134 kasus.
Begitu juga dengan kasus kematian akibat DBD, jumlahnya naik dibandingkan dua tahun sebelumnya. Pada 2022 jumlah kasus kematian selama satu tahun tercatat sebanyak 14 kasus, pada 2023 tercatat sebanyak 6 kasus, sementara empat bulan pertama 2024 tercatat sebanyak 16 kasus.
Lebih lanjut Tanti menyampaikan bahwa DBD berkaitan erat dengan kondisi cuaca dan perilaku masyarakat sehari-hari di lingkungan sekitarnya. Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) harus menjadi perhatian utama masyarakat kata Tanti.
BACA JUGA: Anak-anak Dominasi Pasien DBD
Setelah menjaga PHBS, langkah berikutnya adalah melakukan gerakan PSN, serta gerakan Menguras, Menutup, dan Mengubur atau Mendaur ulang tempat yang berpotensi menjadi tempat berkembang biak nyamuk Aedes Aegypti (3M).
Belum lama ini Dinkes Kota Bekasi telah menerbitkan surat edaran tentang kesiapsiagaan peningkatan DBD, serta surat edaran tentang gerakan PSN di Kota Bekasi.
“Kami mohon dukungannya dari seluruh aparatur termasuk masyarakat agar terbiasa untuk membersihkan lingkungan ya. Begitu juga untuk gerakan satu rumah satu Jumantik, ini harus betul-betul, digalakkan sehingga kita bisa menekan angka DBD di Kota Bekasi,” tambahnya.
Secara nasional nampaknya grafik kasus DBD tahun ini menunjukkan kenaikan. Salah satu penyebabnya diduga akibat perubahan iklim.
Kemenkes menyebut sistem diagnosa DBD perlu ditingkatkan lantaran memiliki konsekuensi yang parah jika terlambat ditangani. (sur)