Berita Bekasi Nomor Satu
Opini  

Beda Kutub STY-SYL

SL. Harjanta.

Oleh : SL. Harjanta

Penikmat Bola, Mengajar di Prodi Administrasi Publik Universitas Widya Mataram (UWM)

Membandingkan dua sosok ini tentu tidak apple to apple. Profesi beda. Lingkungan dan budaya kerja pun tak sama. Apalagi prestasi! Namun, selain akronim nama yang mirip, setidaknya ada satu hal lainnya yang menyamakan keduanya.

Dua figur saat ini sama-sama jadi perbincangan publik. Sosok pertama jadi perbicangan karena kiprahnya di pinggir lapangan sepakbola.
Sosok kedua jadi sorotan sebab sedang berada di arena sidang pengadialan tindak pidana korupsi (Tipikor).

Ya, Shin Tae-yong (STY) kini sukses menukangi Timnas. Sementara Syahrul Yasin Limpo (SYL) merupakan mantan Menteri Pertanian yang diganjar ‘kartu merah’. Saat ini, dia duduk di kursi terdakwa dalam kasus korupsi.

Dalam tulisan ini akan memulai dengan mengulas kiprah sosok kedua. SYL merupakan birokrat-politikus kawakan dari daearah yang kemudian melenting ke pusat.

Menapaki karir birokrat dari bawah, sepak terjang SYL mampu meraih kursi Bupati Gowa, Wakil hingga Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel). Sebelum mundur, karir SYL di pusat sebagai Menteri Pertanian yang merupakan wakil Nasdem di Kabinet Indonesia Maju. Selama menjadi menteri, terobosan maupun prestasi SYL kurang terdengar.

‘Privatisasi’ Kementan

Memperbincangkan SYL memang membuat geleng-geleng kepala. Betapa tidak, Kementrian Pertanian yang merupakan lembaga negara kuat-terhomat, di tangan SYL seolah-olah bisa dijadikan ‘perusahan swasta’ bahkan keluarga (family business).

Sebagai sebuah lembaga negara, pengelolaan kementrian tersebut tentu mengacu pada regulasi yang ketat. Menteri bukan seperti CEO di sebuah perusahaan swasta. Kewenangan menteri di atur secara formal dan ketat. Sebagai pejabat publik, akuntabiltas seorang menteri berlapis-lapis. Tidak hanya pada lembaga yang dimpimpinnya, tetapi juga pada DPR, presiden hingga publik secara luas.

Namun dari fakta persidangan, publik dibuat tercengang. Kementrian diminta membiayai urusan personal SYL. Sebagaimana diketahui publik, Kemetrian Pertanian menanggung biaya ulang tahun cucu, kredit mobil, ‘gaji’ bulanan istri, tagihan pembelian kacamata, gofood hingga bayar biduan. Dalam hal ini, SYL jelas-jelas offside! Karenanya layak dikartu merah.

Sebagai birokrat tulen, SYL sangat mengenal karakter-budaya birokrasi serta orang-orang yang ada di dalamnya. Sejak lama birokrasi kita bercokol budaya paternalistik.

Budaya ini mendudukkan pemimpin mirip raja. Relasi yang berkembang bawahan wajib melayani segala keinginan penguasa/pimpinan. Baik itu urusan kantor hingga yang bersifat privat. Hal ini yang dipraktekkan SYL dengan menguras dan memeras keuangan pejabat kementan.

Timnas Menyala

Kinerja berbeda ditunjukkan Coach Shin (STY). Pria asal Negeri Ginseng ini berhasil membawa sepak bola nasional mendunia. Yang paling penting, STY mampu mendongkrak gairah sekaligus kepercayaan penggemar sepak bola tanah air pada Witan Sulaiman, CS.

Masyarakat jadi bangga dan jatuh cinta pada Timnas! Gengsi Timnas melambung! Sejak bergabung Tahun 2019, sudah tak terhitung lagi prestasi yang ditorehkan STY bersama tim nasional.

Sebelum kedatangan mantan pelatih Korea Selatan ini, peringkat FIFA Timnas Indonesia berada diurutan 173. Kini, posisi Indonesia naik di peringkat 134.

Yang teranyar, sejarah baru berhasil dicatatkan STY dalam perhelatan Piala Asia U-23. Dari target awal lolos perempat final, tim asuhan STY berhasil melaju hingga semi final.

Dalam ajang ini juga, timnas berhasil menaklukkan tim raksasa Asia, seperti Australia, Yordania hingga Korea Selatan (Korsel). Meski gagal meraih tiket Olimpiade Paris 2024, peringkat ke empat Piala Asia U-23 tetaplah hebat.

Meritokrasi Bukan Dinasti

Hal lain yang bisa kita petik sebagai pelajaran dari kiprah STY-SYL dalam mendapatkan posisi atau jabatan.

Belum lama ini, PSSI memperpanjang kontrak STY sebagai pelatih Timnas. Kontrak sebelumnya berakhir Juni 2024.

Melalui Erick Thohir, STY diumumkan akan melatih Timnas hingga 2027. Perpanjangan kontrak STY berdasarkan prestasi/target yang berhasil dicapai.

Ini adalah meritokrasi dalam sepak bola. Posisi diraih bukan karena kedekatan, uang maupun dinasti. Tetapi berdasarkan kemampuan dan prestasi.

Sementara itu, jabatan SYL sebelumnya adalah jabatan politik. Sebagaimana diketahui, dalam dunia politik, seseorang mendapatkan posisi belum tentu karena kemampuan/prestasi. Lebih banyak jabatan publik/politik diraih karena faktor-faktor politis. (*)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin