RADARBEKASI.ID, BEKASI – Hawa panas khas musim kemarau mulai menyapa Kota Bekasi, diiringi dengan penurunan angka potensi hujan pada akhir-akhir ini.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi awal kemarau panjang dimulai pada Juni ini. Maka dari itu, BMKG mengimbau pemerintah daerah agar segera memanen air hujan secara lebih masif.
Pada saat Elnino melanda tahun lalu, sejumlah peristiwa dialami Kota Bekasi dampak dari kemarau panjang. Diantaranya adalah buruknya kualitas udara hingga kesulitan air bersih akibat pencemaran Kali Bekasi.
“Kita sudah koordinasi dengan Dinas LH kaitan dengan kemarau,” kata Plh Sekertaris Daerah (Sekda) Kota Bekasi, Dwie Andriyani belum lama ini.
BACA JUGA: Siswa SMA Al Muslim Unjuk Kebolehan di Luar Sekolah
Dampak yang paling terasa dan menjadi perhatian publik pada musim kemarau tahun lalu adalah pencemaran. Akibatnya, perusahaan air minum daerah kesulitan memproduksi air bersih lantaran kualitas air bakunya sangat buruk. Beberapa ancaman yang mengintai Kota Bekasi pada musim kemarau ini perlu diantisipasi.
Catatan Radar Bekasi, kondisi ini dikeluhkan oleh masyarakat yang mengandalkan supply air bersih dari perusahaan air minum daerah. Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi telah meminta dinas LH segera menyiapkan langkah-langkah antisipasi menjelang musim kemarau.
“Antisipasinya karena panas yang luar biasa, saya sudah kemarin dengan LH. Memang kita sudah mencoba antisipasi dengan terjadinya kebakaran atau apa (dampak kemarau lainnya),” tambahnya.
Keterangan resmi BMKG akhir bulan Mei kemarin menyampaikan bahwa mayoritas wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara sudah mengalami Hari Tanpa Hujan (HTH) sepanjang 21 Samapi 30 hari atau lebih panjang. Berdasarkan analisis curah dan sifat hujan yang dilakukan oleh BMKG, kondisi kering sudah mulai memasuki wilayah Indonesia, khususnya di bagian selatan khatulistiwa.
BACA JUGA: PPDB SMA/SMK, Pendaftar Jalur Keluarga Ekonomi Tidak Mampu Ekstrem Wajib Diterima Sekolah
“Sebagian wilayah Indonesia sebanyak 19 persen dari Zona Musim sudah masuk Musim Kemarau, dan diprediksi sebagian besar wilayah Jawa, Bali dan Nusa Tenggara segera menyusul memasuki musim kemarau dalam tiga dasarian ke depan. Kondisi kekeringan ini saat musim kemarau akan mendominasi wilayah Indonesia sampai akhir bulan September,” ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam keterangan resminya.
Lebih lanjut Dwikorita merekomendasikan kepada pemerintah daerah untuk segera melakukan upaya memanen air hujan secara lebih masif. Pemanenan dapat dilakukan melalui tandon atau tampungan air, embung, kolam retensi, sumur resapan, dan lain sebagainya seiring dengan upaya mitigasi dampak kejadian ekstrem hidrometeorologi basah yang sedang dilakukan. (sur)