Berita Bekasi Nomor Satu
Opini  

Ketika Dunia menjadi Target Utama

Achmad Muwafi, Lc Pengurus Pusat IKADI Bidang Dakwah Kepala SMPIT Baitul Halim Bekasi

Oleh: Achmad Muwafi, Lc

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Kehidupan dunia ini apabila dibandingkan dengan kehidupan akhirat bagaikan seseorang yang mencelupkan jarinya ke dalam lautan, maka bagian dunia adalah air yang menempel di jarinya setelah ia menariknya.

Inilah pesan dari Rasulullah saw yang menegaskan bahwa dunia itu sangatlah kecil. Kehidupam di dunia bersifat sementara yang tidak akan berlangsung lama, dan kesenangan di dalamnya hanyalah seperti permainan belaka.

Dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwa Allah SWT befirman, “Ketahuilah bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan, kelengahan, perhiasan, dan saling bermegah-megahan diantara kamu serta berlomba-lomba dalam banyaknya harta dan anak keturunan. “ (QS. Al-Hadid ayat 20)

Ayat ini menegaskan bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah permainan dan sendagurauan. Oleh karena itu janganlah kita sampai larut di dalamnya sehingga melupakan kehidupan akhirat yang lebih baik dan lebih kekal.

Disebutkan dalam kitab Al-Mustadrak, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Hiduplah sesukamu karena sesungguhnya kamu akan mati, cintailah siapa yang kamu suka, karena sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya, dan berbuatlah sesukamu, karena sesungguhnya engkau akan diberi balasan karenanya.” (HR. Hakim)

Hendaknya setiap muslim mampu membandingkan kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat. Kehidupan dunia akan berujung kepada sebuah kehancuran, sementara akhirat adalah kehidupan yang kekal. Kesenangan di dunia bersifat menipu, sementara kesenangan di akhirat bersifat haqiqi.

BACA JUGA: Menjadi Orang Terkuat di Bumi

Dunia adalah tempat untuk beramal dan menyiapkan bekal, sementara akhirat adalah tempat untu menerima balasan. Oleh sebab itu, Rasulullah saw berpesan kepada umatnya agar senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT dengan menjalankan perintah-Nya serta menjauhi dan meninggalkan larangan-Nya.

Umar bin Abdul Aziz pernah berkata, “Sesungguhnya dunia bukanlah tempat kalian yang kekal, Allah swt telah menetapkan bahwa dunia akan mengalami kehancuran. Maka berbekallah kalian, dan sebaik- baik bekal adalah ketakwaan.”

Imam Ats-Tsauri juga pernah berkata, “Bekerjalah untuk duniamu seukur berapa lamanya kau tinggal di dunia. Dan bekerjalah untuk akhiratmu, seukur berapa lamanya kau akan hidup di sana.”

Dalam kitab Jami’ Al-’Ulum wal hikam, terdapat satu nasihat dari Fudahail bin Iyadh kepada seorang laki-laki yang sudah berumur enam tahun yang masih sibuk dengan kesenangan dunia dan belum memperbanyak bekal untuk akhiratnya, beliau berkata,”Hendaklah beramal baik di sisa umur yang ada, maka akan diampuni kesalahan-kesalahanmu yang terdahulu.

Karena jika engkau masih berbuat keburukan di sisa umurmu, engkau akan disiksa karena kesalahanmu yang dulu dan sisa umurmu yang ada.” (*)

Penulis merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Mamba’ul Ulum Bekasi, Pengurus Pusat Bidang Dakwah Ikatan Dai Indonesia (IKADI), Wakil Ketua Umum Asosiasi Kiai dan Intelektual (AKIL) Indonesia, Kepala SMPIT Baitul Halim Bekasi