Berita Bekasi Nomor Satu

Empat Anak Terduga Pelaku Pengeroyokan Diperiksa Polres Metro Bekasi Kota Pekan Depan

ILUSTRASI: Kekerasan anak. FOTO: FREEPIK

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Empat anak terduga pelaku pengeroyokan terhadap FA (14), siswa SMP di Pondok Melati Kota Bekasi akan dipanggil pihak kepolisian pekan depan.

Selain menangani kasus yang sudah terjadi, penting bagi semua pihak untuk meningkatkan aspek pencegahan melalui pola asuh, pendidikan, kelembagaan, dan lingkungan yang baik dan ramah terhadap anak.

Kasat Reskrim Polres Metro Bekasi Kota, AKBP Muhammad Firdaus, mengatakan setelah meminta keterangan FA (14), orangtua, dan kakaknya, pihaknya akan meminta keterangan empat terduga pelaku.

Mereka adalah N, MG, U, dan IC, terlapor dalam kasus dugaan tidak pidana kekerasan terhadap anak yang dilaporkan ke Polres Metro Bekasi Kota.

“Diduga empat anak sebagai pelaku, jadwal pemeriksaan hari Kamis minggu depan,” kata AKBP Muhammad Firdaus.

BACA JUGA: Video Viral Diduga Debt Collector Tarik Motor Gunakan Kekerasan, Kapolsek Selatan : Korban Diminta Segera Lapor

Pemeriksaan terduga pelaku akan didampingi oleh Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) dan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Bekasi. Sebelumnya KPAD dan DP3A telah melakukan assessment dan memberikan pendampingan kepada FA saat dimintai keterangan oleh pihak kepolisian.

“Insya Allah akan kita dampingi, karena kan mereka juga sebagai anak berhadapan dengan hukum itu berhak dipenuhi hak-haknya,” kata Wakil Ketua KPAD Kota Bekasi, Novrian.

Dugaan aksi perundungan dewasa ini menambah catatan kekerasan terhadap anak, setelah peristiwa pilu akibat aksi tawuran hingga pencabulan dan pembunuhan yang terjadi akhir-akhir ini.

Dalam kasus kekerasan terhadap anak, banyak faktor yang dinilai mempengaruhi, mulai dari pola asuh dalam keluarga, pendidikan, lingkungan sekitar, sampai dengan pengaruh tehnologi.

Terkait dengan hal ini Novrian menyampaikan bahwa hasil assesmen beberapa kasus kekerasan seksual, didapati riwayat pelaku mengkonsumsi video pornografi. Sementara pada kasus perundungan, budaya senioritas, tayangan film atau video, hingga game yang mengandung unsur kekerasan disebut berpengaruh.

“Karena anak-anak ini sifatnya menduplikat, bahkan tanpa disadari mereka mengikuti itu. Dan mereka tidak tahu tindakan itu berefek pada orang lain, menyebabkan juga kematian, dan juga bisa mengakibatkan pidana,” ucapnya.

Salah satu langkah yang selama ini disuarakan Novrian adalah merevolusi sistem pendidikan, lebih jauh dari sekedar sistem administrasi. Dalam hal ini kurikulum yang mengedepankan karakter dan akal budi.

“Terutama pada pendidikan dasar dan menengah,” tambahnya.

Selain berkenaan dengan pola asuh di luar lingkungan keluarga, aspek pendidikan ini juga dinilai penting membangun kecerdasan anak, menumbuhkan budaya kreatif dan Inovatif sebagai bekal setelah menyelesaikan jenjang pendidikan formal. (sur)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin