RADARBEKASI.ID, BEKASI – JEC Kedoya dan Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) menghelat peringatan bulan Kesadaran Katarak 2024. Kegiatan ini dilaksanakan agar masyarakat tidak takut melakukan penanganan dini katarak.
Melalui peringatan bulan Kesadaran Katarak 2024 yang berlangsung sepanjang Juni, eye care leader di Indonesia, JEC Eye Hospital and Clinics bersama dengan Perdami menggelar sejumlah kegiatan, salah satunya JEC Eye Talks bersama para jurnalis media tanah air.
Ketua Umum Perdami, Prof Budu menyampaikan, penyakit katarak tak melulu diderita para lansia. Sebab, menurutnya katarak tidak mengenal usia.
“Katarak juga bisa terjadi karena kondisi-kondisi tertentu, semua orang bisa terkena katarak dan penanganannya hanya melalui tindakan operasi karenanya kita harus melakukan sosialisasi dan edukasi yang masif kepada seluruh lapisan masyarakat,” ujarnya Kamis (27/6).
Dalam kesempatan ini, Prof Budu mengapresiasi dan mengucapkan terima kasih kepada JEC yang telah mengambil bagian dalam pemberantasan katarak, terlebih mendukung peringatan bulan Kesadaran Katarak ini.
BACA JUGA: Pertama di Indonesia, JEC Berikan Tindakan Operasi Kelopak Mata Gratis!
“Kita sangat berterimakasih kepada JEC karena telah mengambil bagian dalam pemberantasan katarak, salah satunya bakti kemanusiaan pemberian operasi katarak,” tuturnya.
“Pemerintah melalui Perdami berpesan agar kita bisa bersama-sama menekan angka kebutaan minimal 25 persen pada 2030 mendatang,” sambungnya.
Sebagaimana diketahui, katarak masih menjadi momok terbesar gangguan penglihatan di dunia. Pada 2020 saja secara global lebih dari 100 juta orang menderita katarak dan 17 juta diantaranya mengalami kebutaan.
Sedangkan di Indonesia, Perdami menyebutkan penyandang kebutaan berjumlah 1,6 juta orang dengan sekitar 80 persen disebabkan oleh katarak. Meski bisa menyebabkan buta, katarak sebenarnya sangat bisa direhabilitasi yakni dengan operasi.
Kementerian Kesehatan menyebutkan, selain alasan utama tidak menyadari menyandang katarak 51,6 persen keengganan pasien juga lantaran tidak mampu membiayai 11,6 persen dan takut operasi 8,1 persen. Artinya edukasi mengenai katarak belum optimal dan harus kian digalakan.
Bila tak ada aral, JEC juga akan memberikan tindakan operasi katarak gratis kepada masyarakat pada Oktober 2024 mendatang. Hal ini bagian dari inisiatif berkelanjutan Bakti Katarak yang telah berjalan selama lebih dari 40 tahun.
Direktur Utama RS Mata JEC @ Kedoya, Setiyo Budi Riyanto, mengatakan bahwa situasi ketidakpahaman mengenai katarak sebagai alasan utama keengganan pasien untuk dioperasi perlu menjadi catatan bersama.
“Kami di JEC terus menekankan pentingnya pemeriksaan mata secara berkala sebagai langkah antisipatif yang jitu untuk penanganan gangguan mata sedini mungkin, termasuk katarak,” ucapnya.
Bukan hanya lansia, tetapi justru semua kalangan usia dengan mengetahui kondisi katarak lebih awal, penyandang bisa terhindar dari risiko semakin menurunnya kualitas hidup akibat pandangan yang semakin kabur.
“Bagi penderita katarak yang sampai tahap buta, tak perlu berkecil hatim tindakan operasi katarak dengan bergam opsi merupakan solusi untuk mengembalikan kondisi pandangan seperti semula, sebelum terserang katarak dengan catatan tidak ada kelainan pada saraf mata pasien,” tuturnya.
Katarak yang tidak ditangani dapat mengakibatkan produktifitas terhambat, sampai kerugian finansial yang signifikan. Kementerian Kesehatan memperkirakan bahwa pengeluaran rata-rata pasien yang mengalami kebutaan mencapai hampir dua kali lipat dari biaya lainnya.
Sementara pasien yang buta pada kedua mata di perkirakan mengeluarkan biaya Rp170 juta – Rp196 juta belum lagi ditambah biaya tidak langsung uang cukup besar karena kerugian produktivitas.
Ketua Seksi Penanggulangan Buta Katarak (SPBK) Perdami, Ahmad Ashraf Amalius, menambahkan bahwa problem pelayanan katarak adalah awareness, barriers of surgery, cost, dan distance.
“Kerja sama lintas sektor sangatlah penting, kami di Perdami dengan pemerintah dan stekolder lainnya, seperti JEC dalam membantu masyarakat Indonesia terbebas dari gangguan penglihatan dan kebutaan akibat katarak,” tuturnya.
Menurutnya ini selaras dengan visi Perdami untuk meningkatkan kualitas kesehatan mata rakyat Indonesia. Salah satu langkah penting adalah edukasi mengenai pemeriksaan mata rutin.
“Yang krusial untuk pencegahan dan penanganan dini dengan meningkatkan kesadaran masyarakat kita dapat menekan angka kebutaan akibat katarak sinergi antara edukasi dan layanan media yang optimal adalah kunci mengatasi masalah,” jelasnya.
Selain itu, JEC sebagai pioner penyedia layanan kesehatan mata di Indonesia. Telah konsisten selama 40 dekade menggelar bakti katarak, yakni tindakan operasi katarak gratis kepada kalangan yang membutuhkan.
Sejak 1984 inisiatif ini telah memfasilitasi tindakan operasi katarak kepada lebih dari 3.206 orang penerima manfaat. Khusus tahun ini, JEC akan melaksanakan Bakti Katarak bertepatan dengan momen World Sight Day pada pekan kedua Oktober 2024. Pelaksanaan Bakti Katarak akan melibatkan cabang-cabang JEX yang tersebar di berbagai kota.
“Operasi katarak adalah tindakan medis minim resiko dan merupakan investasi terbaik untuk kesehatan mata. Program bakti katarak ini menjadi wujud kepedulian JEC terhadap akses layanan kesehatan mata yang memadai bagi mereka yang membutuhkan. Lebih luas, bakti katarak juga merupakan kontribusi aktif JEC dalam mendukung upaya pemberantasan kebutaan Indonesia,” ucap Setiyo Budi Riyanto.
Sementara, bagi kalangan umum, JEC memiliki layanan terpadu untuk menangani katarak secara komprehensif layanan katarak, lensa dan bedah refraktif sejak awal berdiri.
Layanan ini menawarkan beragam modalitas pemeriksaan berteknologi mutakhir untuk mendiagnosis katarak pasien. Sepanjang berkiprah JEC telah menjalankan lebih dari 200.000 tindakan operasi katarak pada pasien-pasiennya. (dew/adv)