RADARBEKASI.ID, BEKASI – Ketua RT 02 RW 11 Perumahan Villa Kencana Cikarang, Joko (43), mengungkapkan bahwa mayoritas pemilik rumah yang dibiarkan kosong dengan kondisi rusak dan kumuh sebagian besar warga Jakarta.
“Kebanyakan di sini kan orang Jakarta yang ambil, dari Jakarta Barat, Jakarta Timur sampai Tanjung Priok,” ungkap Joko, baru-baru ini.
Di Blok I tempat tinggalnya, terdapat sekitar 302 rumah yang dibangun secara bersamaan. Sekitar 230 rumah di antaranya kosong tanpa ditempati oleh pemiliknya.
Ia tidak mengetahui pasti mengapa banyak rumah subsidi program Jokowi ini tidak dihuni oleh pemiliknya. Namun menurut informasi yang diterima, hal ini karena jarak yang jauh dari tempat kerja mereka.
“Kalau untuk rumah itu sudah terjual semuanya, sudah laku. Cuma belum semua bisa menempati. Saya dengar sih dari yang sering nengokin karena anak sekolah, terus tempat kerjanya memang jauh,” kata Joko yang sudah tinggal hampir tujuh tahun di perumahan subsidi tersebut.
BACA JUGA: Perumahan Subsidi “Jokowi” di Cikarang: Elit di Luar, Kusam di Dalam
Menurut Joko, pada tahun pertama tinggal, dirinya masih sempat melihat pemilik rumah sering datang hanya untuk sekedar membersihkan rumah dan memotong rumput-rumput liar di halaman depan. Seiring bertambahnya tahun, kunjungan itu semakin jarang ditemuinya.
Saat ini, kondisinya ada yang tidak berpintu, jendela rusak, meteran hilang hingga tembok yang mengelupas.
“Kalau untuk kerusakan ya kena hujan, kena panas kan namanya pintu cuma triplek dobel itu mudah rusak karena belum ada teras depannya. Kalau meteran ada juga yang hilang, kabel di dalam juga. Namanya rumah kosong kita tidak bisa 24 jam menjaga, harusnya memang yang punya harus menempati,” tutur Joko.
Ia berharap, para pemilik rumah yang sebagian besar berada di DKI Jakarta agar kembali membersihkan rumah. Masyarakat sekitar akan membantu dengan gotong royong untuk menciptakan kembali lingkungan rumah subsidi yang asri dan bersih.
Sejak pertama kali tinggal, Joko berujar blok-blok rumah tapak ini cukup tertata jika dipandang dari luar. Rumah-rumah masih seragam dengan cat oranye kuning dan belum ada tanaman liar yang menyelimuti tembok rumah.
“Keuntungan bagi saya pribadi yang awalnya saya ngontrak, sekarang sudah punya rumah sendiri meskipun nyicil. Meskipun bangunan awal belum maksimal kalau mau ditempati karena belum ada dapur,” ucap Joko.
Selama tinggal di rumah tapak ini, menurut Joko kondisi air tidak menentu. Pada pembangunan awal ia menggunakan mesin air Jetpam, namun kini karena jaringan air PAM telah masuk, ia menggunakannya.
“Sekarang kan sudah mulai lancar ya air PAM-nya. Untuk kondisi air belum maksimal ya, kadang jernih kadang juga keruh dan bau,” imbuhnya. (ris)