Berita Bekasi Nomor Satu

Intensitas Masyarakat Membaca Rata-rata di Bawah Satu Jam Per Hari

IBM Kota Bekasi Masuk Kategori Sedang

BACA: Seorang siswa Sekolah Menengah Pertama membaca buku di perpustakaan keliling di Kawasan Stadion Patriot Candrabhaga Kota Bekasi, belum lama ini. RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Tingkat literasi Kota Bekasi dibandingkan dengan kota-kota lain di tanah air relatif baik karena masuk kategori sedang atau cukup. Namun apabila ditelaah lebih dalam, ternyata intensitas masyarakat membaca buku maupun bahan bacaan nonbuku secara umum berada di bawah satu jam per hari.

Diketahui, Indeks Baca Masyarakat (IBM) Kota Bekasi tahun 2023 naik 2,05 persen. Kajian IBM tahun 2023 mencatat sebagian kecil masyarakat membaca buku maupun bahan bacaan nonbuku 1 sampai 2 kali dalam seminggu, dengan satu sampai dua judul yang selesai dibaca per tiga bulan.

Masih ada masyarakat yang tidak memiliki koleksi bahan bacaan di rumah. Sebagian besar tidak atau belum membeli buku sama sekali dalam setahun terakhir.

BACA JUGA: Gus Sol Dapat Restu, Presiden PKS Doakan Duet Heri Koswara-Solihin di Pilkada Kota Bekasi 2024

Motivasi membaca dan mencari informasi umumnya dilakukan untuk menyelesaikan tugas atau dalam rangka belajar. Hanya sebagian kecil yang menjadikannya hobi. Umumnya, format yang disukai saat ini adalah bahan bacaan digital.

Pekan kemarin, Kota Bekasi telah menyelesaikan seleksi Duta Baca Kota Bekasi  2024. Diharapkan dapat mengedukasi dan menginspirasi masyarakat luas.

Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah (Perpusda) Kota Bekasi menyampaikan komitmennya meningkatkan Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) dan Tingkat Gemar Membaca (TGM) tahun ini. Beberapa caranya yakni dengan meningkatkan kualitas perpustakaan, penyelenggaraan lomba literasi, hingga melakukan transformasi perpustakaan.

“Melalui penyediaan koleksi yang sesuai kebutuhan masyarakat, penyediaan sarpras penunjang layanan perpustakaan, peningkatan kapasitas pengelola perpustakaan, kegiatan lomba-lomba literasi untuk siswa SD dan SMP, safari gebyar membaca Kota Bekasi, kegiatan transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial, dan lomba pengelolaan perpustakaan,” kata Kepala Dinas Arsip dan Perpusda Kota Bekasi, Ahmad Yani.

BACA JUGA: Jumat Keliling di Rawalumbu, Tri Adhianto: Hidup Itu Ibarat Supermarket, Boleh Ambil Apapun tapi Bertanggungjawab ke Kasir  

Sementara terkait dengan Duta Baca Kota Bekasi kata dia, memiliki peran penting meningkatkan minat baca masyarakat. Hal itu bisa dilakukan dalam kegiatan sosial, kampanye publik, serta kegiatan-kegiatan yang mendukung literasi.

“Duta baca juga bisa memberikan dorongan moral dan motivasi kepada masyarakat untuk lebih sering membaca dengan cara yang menyenangkan dan informatif,” tambahnya.

Upaya meningkatkan pembangunan literasi juga dilakukan oleh kelompok masyarakat. Seperti Taman Baca (Manca) Cerdas Ceria, sudah bergerak 17 tahun terakhir, mengajak anak-anak hingga remaja untuk membaca buku.

Berbagai program dan kegiatan sudah dilakukan mulai dari berkeliling di lingkungan masyarakat, meminjamkan buku kepada anak-anak, hingga membuka kelas belajar.

BACA JUGA: Ini Manfaat Daun Mangga Yang Tak Banyak Diketahui

Perkembangannya disebut makin baik, Manca Ceria tidak lagi sukar mengajak anak-anak datang, datang sendiri untuk sekedar membaca dan meminjam buku.

Kunci untuk meningkatkan kegemaran membaca dan pembangunan literasi ini adalah sinergitas pemerintah, masyarakat, dan lingkungan.

“Dan ini mesti ya, sinergitas antara pemerintah dan masyarakat, antara masyarakat dan lingkungan. Saya sebagai kegiatan melihat memang sedang tumbuh, walau belum sampai titik wah,” kata Sekertaris Forum Taman Baca Masyarakat (TBM) Kota Bekasi, Hirawati.

Selama berkecimpung di dunia literasi, ia melihat akses buku belum sampai ke anak-anak di lingkungan masyarakat. Bahkan saat bertanya kepada anak-anak dalam satu kegiatan, mereka nyaris hanya pernah membaca buku pelajaran.

Salah satu penyebabnya, kehadiran orangtua mendukung literasi belum maksimal. Mahalnya harga buku hingga anggapan bahwa anak-anak telah difasilitasi di sekolah menjadi tantangan.
“Pertama dari segi ekonomi kalau saya lihat saat keliling dengan teman-teman, sisi ekonomi ini tidak melihat bahwa membeli buku bacaan untuk anak itu sesuatu yang bernilai mungkin ya,” ucapnya.

BACA JUGA: Daun Alpukat Ternyata Bisa Dikonsumsi, Ini Deretan Manfaatnya

Begitu juga dengan kelompok pegiat literasi seperti Manca Ceria, sumbangan yang diterima oleh taman baca tidak semua bisa digunakan. Pasalnya, buku-buku tersebut dinilai belum memenuhi syarat dari aspek penjenjangan buku.

Penjenjangan buku ini disebut penting untuk menumbuhkan budaya membaca, mulai dari pra membaca hingga mahir membaca. Pertimbangan ini membuat para pegiat literasi penting menyajikan buku sesuai penjenjangan tersebut.

Sementara terkait dengan format bahan bacaan mayoritas masyarakat saat ini, ia menyebut pemanfaatan tehnologi bisa sangat membantu jika disiasati dengan baik. Contohnya memanfaatkan aplikasi yang berkaitan dengan literasi, dimana masyarakat bisa mencetak buku-buku yang telah diizinkan di dalam aplikasi tersebut.

Dari sisi ekonomi, pemanfaatan aplikasi dan jaringan internet juga bisa menekan biaya membeli buku. Meskipun demikian, bahan bacaan berbahan kertas atau buku klasikal tetap dinilai penting dalam menumbuhkan budaya literasi, khususnya berkenaan dengan karakter kritis pembaca.

BACA JUGA: Manfaat Air Rebusan Daun Sukun, Kontrol Gula Darah Hingga Perbaiki Fungsi Ginjal

“Cuma, itu kalau tidak disiasati dengan dia terbiasa membaca kritis, kadang dengan membaca judulnya saja itu kan jadi tidak membaca full. Tapi di sisi lain mudah untuk dibaca dan murah,” tambahnya.

Sekadar diketahui, Manca Cerdas Ceria ini merupakan satu dari puluhan TBM yang ada di Kota Bekasi. Saat ini Manca Cerdas Ceria telah memiliki dua cabang di Kelurahan Jatibening Baru dan Margamulya, dengan koleksi empat ribu buku lebih.

Kelompok ini berkeliling ke lingkungan masyarakat sekali dalam dua minggu, ditambah kelas belajar satu kali setiap pekan. Berdasarkan catatan buku yang dipinjam, anak-anak yang telah menjadi peserta taman baca sejak lama tercatat telah membaca 200 hingga 300 buku, data ini didapat dari catatan buku yang dipinjam. (sur)

Data :

* Indeks Baca Masyarakat (IBM) : 62,49

* Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) : 52,43
– sedang

* Tingkat Gemar Membaca (TGM) ; 44,46
– sedang

* Jumlah perpustakaan :
– perpustakaan umum kota : 1
– perpustakaan kecamatan : 11
– perpustakaan kelurahan ; 62
– perpustakaan SD, SMP, SMA/K : 520
– perpustakaan perguruan tinggi : 21
– perpustakaan khusus ; 21

* bahan pustaka:
– perpustakaan umum kota : 20.170 judul
– perpustakaan kecamatan : 6.630 judul
– perpustakaan kelurahan ; 14.224 judul
– perpustakaan SD, SMP, SMA/K : 281.334 judil
– perpustakaan perguruan tinggi : 30.663 judul
– perpustakaan khusus ; 856 judul

* tingkat kunjungan perpustakaan per hari:
– perpustakaan umum kota : 30 orang
– perpustakaan kecamatan : 34 orang
– perpustakaan kelurahan ; 42 orang
– perpustakaan SD :115 siswa
SMP : 72 siswa
SMA/K : 120 siswa
– perpustakaan perguruan tinggi : 294 mahasiswa
– perpustakaan khusus ; 70 pegawai

* Format bacaan yang disukai ;
– bahan kertas : 34,8 persen
(Buku, majalah, koran, dan lain-lain)

– bahan digital ; 38,5 persen
(e-buku, e-majalah, e-koran, e-artikel, dan lain-lain)

– bahan audio/audio visual: 26,8 persen
(Rekaman suara, video, dan lain-lain)

* sarana pendukung kegemaran membaca :
– koleksi buku : 21,5 persen
– majalah, buletin, dan koran : 2,0 persen
– komputer/laptop : 10,0 persen
– audio/video player ; 1,3 persen
– hp/smartphone : 45,8 persen
– smart TV ; 1,3 persen
– akses internet : 17,0 persen
– tidak memiliki sarana diatas : 1,3 persen