Berita Bekasi Nomor Satu

Perempuan Muda Polisikan Ayah dan Dua Kakaknya di Cikarang

BARANG BUKTI: Adilla Fanidya (19) menunjukkan pakaiannya yang disiram bensin oleh ayah kandungnya di Cikarang Utara, Rabu (17/7). ARIESANT/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Seorang perempuan bernama Adilla Fanidya (19) melaporkan keluarganya yang terdiri dari ayah kandungnya, B, dan kedua kakaknya, AM dan AN, ke Polres Metro Bekasi atas dugaan penganiayaan.

Laporan tersebut tercatat dengan nomor LP/B/2356/VII/2024/SPKT/Polres Metro Bekasi/Polda Metro Jaya.

Peristiwa penganiayaan ini terjadi di rumah ayah kandungnya di Jalan Cikarang Jati Desa Sukajaya Kecamatan Cibitung Kabupaten Bekasi, pada Sabtu (13/7) pekan lalu.

Penganiayaan dipicu oleh kekesalan para terlapor terhadap Adilla yang menolak mengakui tuduhan memiliki telepon seluler baru dari hasil “open BO” yang tidak pernah dilakukannya. Faktanya, telepon seluler tersebut dibelikan oleh ibu kandungnya yang sudah berpisah rumah dengan ayah kandung dan kedua kakaknya.

Kejadian bermula saat Adilla yang tengah menjalani ujian di sebuah sekolah tinggi swasta dijemput paksa oleh kedua kakaknya. Karena ketakutan, Adilla ditemani oleh kepala program studi untuk menemuinya.

Ketika itu, kedua kakaknya meminta Adilla segera pulang ke rumah ayahnya dengan alasan penting. Sesaat sebelum menaiki mobil, Adilla meminta izin untuk mengambil barang yang tertinggal, namun tidak diizinkan.

Adilla tetap berusaha mengambil barang tersebut, namun kedua kakaknya mengira bahwa ia berniat melarikan diri. Keributan pun terjadi hingga mengudang orang-orang di sekitar.

BACA JUGA: Cari Bukti Dugaan Pembunuhan, Polisi Ekshumasi Makam Asep Saepudin di Setu

Akhirnya korban ikut masuk ke mobil. Di dalam mobil menuju perjalanan ke rumah ayahnya, korban dimarahi oleh kedua kakaknya. Saat berada di rumah ayahnya, korban mengalami kekerasan fisik.

Ayahnya bahkan sempat menyiramkan bensin ke pakaiannya dan mengancam akan membakarnya jika ia tidak mengaku mendapatkan telepon seluler baru dari hasil “open BO”. Padahal telepon tersebut dibelikan oleh ibu kandungnya.

“Saya ditanya, ‘Lu jujur nggak sebulan ini ke mana?’ Kakak saya yang kedua langsung mencengkeram tangan saya, memegang kuping saya, lalu menghantamkan kepala saya ke tembok tiga kali. Kemudian, bapak saya datang dari dapur dan menendang wajah saya serta memukul dengan kipas,” ujar Adilla kepada media pada Rabu (17/7).

“Dia bilang, ‘Jujur lu pasti, lu nggak benar kan selama 1 bulan nggak pulang?’ Kami tinggal berempat. Tak lama kemudian, sepupu saya yang bernama Intan datang. Dia menyaksikan bapak saya tiba-tiba menyiram bensin sambil memainkan korek api dan mengancam akan membunuh saya jika saya tidak mengaku,” tambahnya.

Adilla menjelaskan bahwa permasalahan ini juga dipicu oleh masalah ekonomi. Ayah kandungnya, yang telah menikah lagi, sudah tidak bekerja dan tidak dapat menafkahi biaya kuliahnya. Sehingga, Adilla memilih tinggal bersama ibu kandungnya yang dapat menafkahinya.

“Permasalahannya juga di ekonomi. Selama tiga bulan terakhir, bapak saya sudah angkat tangan dan tidak mau membiayai saya karena sudah tidak bekerja. Jadi otomatis saya minta bantuan ibu kandung saya. Selama satu bulan terakhir, saya tidak pulang karena tinggal di asrama dekat kampus dengan alasan ongkos, karena hanya ibu saya yang memberikan uang,” ucapnya.

BACA JUGA: Penjaga Toko Aksesoris Motor di Cikarang Ditodong Celurit, Pelaku Minta Shockbreaker

Pada Rabu (17/7), Adilla dipanggil ke unit PPA Polres Metro Bekasi untuk memperjelas kasus yang dialaminya. Panggilan ini merupakan yang pertama, dan BAP (Berita Acara Pemeriksaan) belum dilakukan. Dalam laporan polisi, Adilla membawa barang bukti berupa pakaian yang disiram bensin, telepon seluler yang rusak akibat dibanting, serta hasil visum.

“Tadi, saat dipanggil polisi, saya ditanya tentang apa yang terjadi dan rencana selanjutnya. Saya ditanya apakah saya yakin untuk melanjutkan kasus ini. Saya juga menanyakan kapan BAP-nya. Kata polisi, kalau tidak Jumat, maka hari Senin,” tuturnya.

Peristiwa ini membuat Adilla trauma dan khawatir akan ancaman lebih lanjut dari ayah dan kedua kakaknya. Ia mengungkapkan bahwa kedua kakaknya masih mencari keberadaannya melalui teman-temannya dan berharap kasus ini segera diproses dan ditangani pihak kepolisian.

“Sampai sekarang kakak saya masih mencari saya lewat teman-teman saya. Tujuannya tidak jelas, tapi mereka menggunakan teman untuk mencarikan saya. Harapan saya semoga kasus ini ditangani dengan cepat dan pelaku segera ditangkap karena saya takut akan ada ancaman lagi,” tandasnya. (ris)