Berita Bekasi Nomor Satu
Opini  

Analisis Peta Politik Pencalonan Gubernur Jakarta dan Jawa Barat (2): Berlindung dari Godaan Setan  

Oleh:  Hazairin Sitepu

 

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menyiapkan Mohammad Sohibul Iman untuk mendampingi Anies Baswedan dalam Pilkada Jakarta. Presiden PKS Ahmad Syaikhu pun sudah mendeklarasikan. Tetapi arah angin tiba-tiba berubah total.

Tiga partai politik memang mengumumkan nama Anies sebagai calon gubernur.  Selain PKS, ada Nasdem dan PKB. Tiga partai ini pula berada dalam Koalisi Perubahan ketika memajukan Anies sebagai calon presiden pada Pemilu 2024.

Sebagai partai  paling besar di Jakarta sekaligus di Koalisi Perubahan (PKS 18 kursi, Nasdem 11 kursi, PKB 10 kursi), PKS memang sangat patut mendapat jatah calon wakil gubernur.  Menjadi calon gubernur sekalipun sangat patut.

 

Tetapi politik adalah politik. Iya itu belum tentu Iya. Dan PKS mungkin saja tidak ingin kehilangan peluang besar lima tahunan ini. Juga tidak ingin kehilangan muka di hadapan konstituennya. Selain itu, tidak ingin pula ditelikung.

Kasus DKI  bulan April tahun 2020, misalnya,  ketika Anies menjadi gubernur, menurut PKS,  yang berhak menjadi wakil gubernur setelah Sandiaga Uno mundur karena menjadi calon wakil presiden Prabowo Subianto, waktu itu, adalah  kader PKS.

Tetapi justru kader Gerindra Ahmad Riza Patria yang dilantik. Maka,  Anies kemungkinan diberi tenggat untuk memastikan sekaligus mendeklarasikan pasangan Anies-Sohibul Iman itu.

Tetapi kan ada Nasdem dan PKB, Anies mungkin pula harus mendapat persetujuan dua partai itu. Toh waktu pendaftaran pasangan calon ke KPU masih cukup longgar: 27 -29 Agustus 2024.

Tetapi Nasdem  sudah sangat tegas dan terang-terangan menyatakan bahwa partai itu telah memutuskan Anies menjadi calon gubernur. Siapa wakil, diserahkan kepada Anies yang memutuskan.  Sekali lagi, politik itu iya belum tentu iya.

Kemungkinan dari analisis ini adalah tenggat itu sudah lewat dan belum ada ikatan final dari Anies. Maka, PKS balik badan. Putar haluan, setelah datang ‘godaan’ yang lebih realistis dari KIM.

Saya meminta konfirmasi ke Presiden PKS Ahmad Syaikhu soal ini, melalui pesan WA, tetapi tidak mendapat respon. Begitu pula Anies, tidak memberi respon.

Atau mungkin saja PKS juga menggoda KIM.  Atau saling menggoda.  Siapa duluan menggoda?  Kemungkinan akan ada cerita  tentang goda-menggoda ini.

KIM yang sudah final membawa Emil ke Jakarta menyodorkan jabatan calon wakil gubernur ke PKS. Maksudnya untuk menjadi wakil Emil.  PKS  (tergoda) menerima, sehingga kemungkinan terbentuk pasangan calon Ridwan Kamil-Suswono atau Sohibul Iman, atau Ahmad Syaikhu.

Untuk itu, kemungkinan PKS sudah mengikat komitmen final dengan KIM. Atau mungkin saja komitmen politik itu sudah diaktenotariskan, sehingga kejadian di DKI pada April 2020 tidak terulang di Jakarta pada Agustus ini.

Mengapa PKS? Karena partai ini memiliki kursi paling banyak di DPRD Jakarta. Jika PKS gabung ke KIM, Anies kehilangan kesempatan untuk maju di Pilkada DKI.  Dan KIM pun berubah menjadi KIM-Plus.

Plus itu di dalamnya PKS, Nasdem dan PKB. Kaesang yang putra Jokowi itu sudah menemui Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar. Soal urusan kotak kosong? Kemungkinan untuk mengisi kotak Plus itu.

Rayu-merayu, goda-menggoda dalam politik mungkin hal biasa.

Dan ia merupakan seni berpolitik. Yang tidak biasa itu jika yang menggoda adalah setan. Maka orang-orang beriman selalu berdoa, “Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.”. (***)

Penulis merupakan wartawan senior Radar Bogor Grup