RADARBEKASI.ID, BEKASI – Mengambil judul “Bantargebang 10 Tahun Lagi?” pada laman depannya, postingan video singkat milik @ahmadrifyannur telah menyedot perhatian 8,8 juta warganet TikTok.
Video berdurasi 01.33 menit itu berisikan sudut pandang lain tentang keberadaan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST)Bantargebang. Dengan narasi yang ringkas dengan voice over ‘original’ konten lokal Bekasi ini telah dipadati 3.420 komentar dengan 396 ribu like.
Ya, saat ini Achmad Rifyannur (27) telah menjadi salah satu tokoh penting dalam daftar konten kreator asal Bekasi. Berbeda dengan sejawatnya yang lain, Arif tak membuat persona dirinya menjadi magnet di dalam konten yang dia produksi. Arif justru mengeksploitasi Bekasi dalam hal kewilayahan, sosial dan kultur.
Kepada Radar Bekasi, Arif mengaku memiliki alasan mengapa dirinya fokus ‘menjajakan’ Bekasi. Menurutnya, setiap orang pasti memiliki keterikatan dengan lingkungan di mana mereka tinggal. Sehingga ketika mereka mendapati adanya postingan terkait sejumlah hal menarik terkait lingkungannya, tentu saja itu akan memancing view.
“Orang kalau diceritain tentang wilayahnya itu senang, dia akan menontonnya sampai habis. Banyak yang bisa diulik di wilayah itu, ceritanya, budayanya, sejarahnya,” kata Arif.
Dalam hal produksi, Arif mengaku selalu disiplin dalam menjalani tahapan-tahapan persiapan. Mulai dari pengumpulan data dari berbagai sumber, hingga reportase langsung ke wilayah yang menjadi bahasan. Termasuk wawancara tokoh di wilayah tersebut.
Hampir seluruh wilayah yang ada di Bekasi sudah ‘bungkus’ dan sajikan di media sosial. Arif mengatakan, memperkenalkan Bekasi kepada masyarakat luas, mulai dari struktur sosialnya, lokasi-lokasi menarik, budaya, bahasa, dan hal-hal lain, adalah hal yang menantang, karena tidak semua orang mengetahuinya.
BACA JUGA: Bahrul Ulum, Inovator di Balik Aplikasi Bebunge Pemkab Bekasi
“Kalau sedang kumpul itu kan ada yang rumahnya di Tambun, ada yang rumahnya di Babelan, ada yang rumahnya di Rawalumbu, itu mereka bisa bercerita tentang apa yang ada di wilayah mereka. Dari situ perspektif mereka saya satukan dengan perspektif saya,” paparnya.
Satu wilayah bisa menyuguhkan banyak cerita, bahkan bisa diulas lebih dari satu konten. Seperti Tambun, ia memperkenalkan struktur wilayah salah satu kawasan di Kabupaten Bekasi tersebut, hingga hal menarik seperti kampung bubur motor.
Pedagang bubur motor Tambun lah yang setiap harinya beredar di seantero Jakarta, bahkan sampai Tangerang Selatan. Cerita ini semakin kuat setelah diafirmasi oleh komentar warganet.
Konten yang membahas Tambun ini ditonton oleh tiga juta pengguna media sosial, serta enam ribu komentar. Konten lainnya yang berkesan adalah saat ia membahas Muaragembong, tujuh juta pengguna media sosial yang menonton konten ini.
Sebagai kreator digital, Arif relatif masih memang terhitung pendatang baru, tetapi ia sudah memperkenalkan Bekasi kepada khalayak luas lebih dari sekedar mengumpulkan view dan memperoleh keuntungan finansial. Ia menilai aktivitasnya ini sejak April 2023, lebih dari 100 konten yang sudah ia produksi.
Jadi Tempat Mengadu Warganet
Memilih genre ‘Story Telling’ dalam memproduksi kontennya, Arif, ingin mengupas seluk beluk di setiap wilayah yang dia datangi dengan cara yang ringkas. Metode itu ternyata jitu dalam menarik perhatian warganet. Tak hanya melahap videonya, mereka tak lupa membubuhkan ‘like’ dan mengisi kolom komentarnya dengan sejumlah aduan.
Arif menyatakan bahwa dirinya haram untuk membahas isu SARA maupun rasis. Dia mengaku fokus menceritakan latar belakang wilayah serta situasi sosial yang dilihatnya.
Arif juga tak akan tebang pilih dalam memberikan penilaian terkait apa yang dia temui. Dia tetap memberikan pujian pada nilai yang baik dan siap memberikan kritikan bila ada yang dia nilai kurang.
Seperti ketika Arif membahas wilayah Muaragembong. Saat itu dia datang menyaksikan dampak abrasi hingga infrastruktur jalan yang dirasa belum memadai. Padahal, ada pantai yang menyimpan potensi besar di ujung perjalanan.
“Tidak hanya pantai dan permukiman, tapi ada dampak abrasi yang menurut saya ya sedikit sedih melihatnya. Bagaimana warga tinggal disana, tanahnya, airnya apalagi, saya sampai nggak bisa bayangin kalau tinggal disitu,” begitu ia bercerita perihal konten yang menurutnya paling mengesankan.
Konten yang diproduksi oleh Arif telah menyedot jutaan mata warganet, ribuan komentar menghiasi unggahan di media sosialnya.
Sebagaimana media sosial sebagai sarana berbagi informasi dan hiburan, niat awal produksi konten ini adalah hiburan.
“Cuma ke sini-sini kok kayaknya bisa nih saya ngebenerin dikit. Misal, di sini jalannya rusak bang, jadi orang ngadunya ke saya,” ungkapnya.
Apapun respon yang diterima oleh media sosialnya, bagi Alfi yang paling penting adalah caranya menyampaikan kepada pihak yang berwenang. Tujuan lain seiring berjalannya waktu adalah menyampaikan keluhan yang ia terima.
Pilihannya menjadi Influencer diyakini mempunyai peluang besar di masa yang akan datang. Tidak hanya popularitas dan kemampuan mempengaruhi perilaku orang banyak, peluang ekonomi pun terbuka lebar.
Saat ini yang ia rasakan adalah pendapatan dari promosi barang dan jasa. Satu kali endorsement, ia bisa mendapat manfaat ekonomi Rp2 sampai Rp3 juta. Kunci untuk mendapatkan ini adalah kualitas konten yang disajikan.(sur)