Penulis: Siti Mugi Rahayu, M.Pd.
RADARBEKASI.ID, BEKASI – Pernahkah anda membayangkan sebuah sekolah di mana setiap siswa memiliki pembelajaran yang disesuaikan dengan minat dan kemampuannya? Atau sebuah kelas yang dibantu AI sebagai asisten belajar? Ini bukan lagi mimpi, tetapi realitas yang semakin dekat. Kemajuan teknologi telah mengubah cara pendidikan bekerja. Dalam menghadapi perubahan ini, tiga yayasan pendidikan terkemuka di Indonesia telah bersatu untuk merancang masa depan pendidikan yang lebih baik.
Bertempat di Hotel Sunerra Antero Jababeka Cikarang, Yayasan Al Muslim Tambun, Yayasan Pendidikan Salman Al Farisi Bandung, serta Yayasan Al Muslim Jawa Timur menginisiasi workshop pengembangan kurikulum bersama. Workshop ini dilaksanakan selama dua hari, 20 – 21 Agustus 2024 di Hotel Sunerra Antero Jababeka Cikarang. Kolaborasi bertujuan untuk membekali guru dan siswa dengan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan perubahan itu sendiri.
Kita tahu perubahan salah satunya ditandai oleh kemajuan teknologi dan kompleksitas yang semakin tinggi dan ini menunjukkan bahwa pendidikan tidak akan pernah berhenti. Dia bergerak cepat mengikuti cepatnya zaman berubah.
Pada saat kecerdasan manusia sudah dapat tergantikan, bagaimana dengan pola pendidikan yang akan dilakukan? Pada saat teknologi telah mengubah pola hidup manusia, apakah kebutuhan atas pendidikan masih akan sama? Pada saat dunia berubah, akankah kita tetap sama?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut harus membuat kita mawas, menjadikan dunia pendidikan bukan lagi harus berjalan mengikuti perkembangan zaman, namun harus berlari lebih awal agar semua tetap berjalan pada koridor yang benar. Satu hal yang tidak boleh terlupa adalah tetap memperhatikan sisi kemanusiaan itu sendiri, yaitu karakter.
Seperti yang ditekankan oleh Gerry Shalahudin Nasution (ketua pengurus Yayasan Al Muslim), pendekatan tradisional terhadap pendidikan mungkin tidak lagi cukup untuk memenuhi tuntutan masa depan. “Bagaimana kita dapat memastikan bahwa pendidikan tetap relevan ketika teknologi mengubah cara kita hidup dan bekerja?”
Untuk menjawab pertanyaan ini, ketiga yayasan telah memulai perjalanan untuk menciptakan kurikulum yang tidak hanya responsif terhadap kebutuhan siswa yang berubah tetapi juga selaras dengan nilai-nilai inti yayasan. Kurikulum yang akan tercipta ini berpusat pada konsep pendidikan adaptif, yang menekankan fleksibilitas, kecepatan, dan akurasi.
BACA JUGA: Al Muslim Sekolah Digital yang Islami
Yayasan Al Muslim Tambun, Yayasan Pendidikan Salman Al Farisi Bandung, serta Yayasan Al Muslim Jawa Timur sepakat untuk melakukan beberapa hal. Pertama adalah kolaborasi. Kolaborasi memungkinkan terjadinya sinergi, di mana hasil yang diperoleh akan jauh lebih besar dibandingkan hasil yang diperoleh secara individual.
Ide-ide baru dapat muncul dan dikembangkan bersama karena setiap individu yang terlibat dalam workshop membawa perspektif yang berbeda-beda. Dengan berkolaborasi, berbagai sudut pandang ini dapat digabungkan untuk menghasilkan kurikulum yang lebih komprehensif dan relevan.
Dalam era yang ditandai oleh Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity (VUCA), tergambar kondisi dunia saat ini yang semakin bergejolak, tidak pasti, kompleks, dan ambigu. Kondisi ini menuntut perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan.
Dunia pendidikan dihadapkan pada tantangan kemajuan dalam teknologi yang kerap hadir tiba-tiba. Tanpa permisi mereka datang mengubah pola pembelajaran secara fundamental. Misalnya saja hadirnya Artificial Intellegence (AI). Lalu, bagaimana dunia pendidikan menghadapi ini semua?
Dunia kita tengah mengalami transformasi yang begitu cepat. Disrupsi teknologi dan perubahan sosial telah merombak cara kita hidup, bekerja, dan belajar. Perubahan ini tidak hanya memengaruhi produk dan layanan yang kita konsumsi, tetapi juga sistem pendidikan yang kita jalani dan produk layanan yang kita berikan.
Dulu, produk-produk dibuat secara massal dengan standar yang sama untuk semua konsumen. Namun, kini kita memasuki era di mana produk-produk disesuaikan dengan kebutuhan dan permintaan pelanggan secara personal. Hal ini juga terjadi dalam dunia pendidikan. Standar penilaian yang seragam mulai digantikan dengan penilaian berbasis kompetensi yang lebih fleksibel dan relevan dengan kemampuan masing-masing siswa.
Proses produksi yang rumit dan berbelit-belit kini digantikan dengan proses yang lebih sederhana dan efisien. Demikian pula dalam pendidikan, kurikulum terintegrasi yang menghubungkan berbagai mata pelajaran mulai menggantikan kurikulum monolitik yang sejak sekian lama dianut. Perubahan nampak salah satunya pada munculnya pembelajaran projek pada sekolah-sekolah yang melaksanakan Kurikulum Merdeka.
Otomatisasi semakin menggeser eksistensi pekerjaan yang bersifat manual. Dalam pendidikan, kelas terbuka yang memungkinkan siswa belajar dengan ritme masing-masing mulai mudah kita temukan. Tak ada lagi kelas-kelas yang tersebunyi. Sekolah mulai berbagi peran dengan kelas virtual yang memungkinkan siswa belajar kapan saja dan di mana saja.
Model pembelajaran tradisional yang berpusat pada guru kini bergeser ke pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa tidak lagi hanya menerima informasi secara pasif, tetapi juga aktif mencari dan membangun pengetahuannya sendiri. Pengajaran yang terstruktur mulai digantikan oleh pembelajaran yang lebih fleksibel dan responsif terhadap kebutuhan siswa.
Yayasan Al Muslim Tambun, Yayasan Pendidikan Salman Al Farisi Bandung, serta Yayasan Al Muslim Jawa Timur menjawab tantangan itu dengan kurikulum yang dinamis. Kurikulum yang siap menghadapi masa depan dan berbagai perubahan tanpa meninggalkan aspek diniah, salah satu yang mengusung pendidikan Al-Qur’an sebagai salah satu core utama pendidikan tiga lembaga ini. Hal ini sesuai dengan visi menjadi lembaga pendidikan yang menghasilkan generasi muslim sebagai khalifatullah fil ardl yang abdillah dan rahmatan lil ‘alamin. (*)