RADARBEKASI.ID, BEKASI – Jari-jari kedua tangan Rani Mei Lestari menyusuri sisi gendang yang dilapisi kulit. Telapaknya mengayun, mencoba menepuk pelan untuk menemukan ketukan dan ritme yang tepat. Setiap tepukan dengan tekanan berbeda menghasilkan suara khas yang memikat.
Ini bukan kali pertama Rani, seorang tuna daksa yang tergabung dalam Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI), memainkan alat musik. Namun, pengalaman bersentuhan dengan gendang kali ini sangat berkesan baginya.
“Kelompok disabilitas jarang mendapat kepercayaan di bidang seni. Baru pertama kali ini kami mendapatkan kesempatan dari Pertamina untuk belajar seni,” ujar perempuan yang juga Ketua HWDI Kabupaten Bekasi ini, dalam keterangannya.
Baru-baru ini, Pertamina EP (PEP) Tambun Field mengundang Rani dan seorang anggota HWDI untuk mengikuti pelatihan alat musik tradisional. Bertempat di Padepokan Sima Maung Desa Kedungjaya Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi, mereka dibimbing langsung oleh instruktur berpengalaman dari kelompok Kampung Seni Budaya Betawi.
Mereka mempelajari seluk-beluk gendang, bonang, penerus, sharon, gong, dan tekyan.
Pelatihan ini merupakan bagian dari program pemberdayaan masyarakat yang dijalankan PEP Tambun Field untuk meningkatkan inklusi sosial dan memperkuat interaksi antara masyarakat umum dan kelompok disabilitas.
Melalui program bertajuk Kang Bekasi (Kampung Seni Budaya Betawi), PEP Tambun Field ingin memberikan kesempatan bagi penyandang disabilitas untuk berkreasi dan mengekspresikan diri dalam seni musik tradisional.
Menurut Head of Communication Relations and CID Pertamina EP Zona 7, Wazirul Luthfi, kegiatan pelatihan musik tradisional ini bertujuan untuk memberikan kelompok disabilitas keterampilan seni, khususnya alat musik tradisional, serta memperluas pengetahuan mereka tentang budaya musik lokal.
“Kami percaya dengan melibatkan tim HWDI dalam kegiatan kesenian, kami ikut mendorong terciptakan budaya inklusi dan kreativitas di masyarakat,” ungkapnya.
Sementara itu, Koordinator Pelatihan Alat Musik Tradisional, Ki Sawal Jagur, mengaku sempat merasa stres saat mengajarkan kelompok disabilitas bermain alat musik tradisional.
Namun, setelah mengetahui teknik yang tepat dan mendapatkan dukungan dari Yayasan Disabilitas Produktif dan Mandiri (Disproman), dirinya berhasil mengajarkannya. “Tekniknya kita kasih kode. Kuncinya yang penting enjoy dan sabar,” ungkap Ki Sawal, Senin (19/8).
Menurut Ki Sawal, melatih penyandang disabilitas memainkan alat musik tradisional merupakan pengalaman pertama baginya. Ia merasa senang bisa mengajarkan anak-anak yang kurang beruntung tersebut.
Kelompok disabilitas itu masih akan mengikuti pelatihan sebanyak empat kali lagi. Rencananya, setelah memperoleh pelatihan, Rani dan rekan-rekan HWDI akan menampilkan keahlian mereka dalam pertunjukan seni di hadapan tamu asing yang berkunjung ke Indonesia.
Selain berlatih alat musik, kelompok disabilitas yang memiliki bakat tarik suara juga akan mendapatkan latihan vokal sinden dari anggota kelompok Kang Bekasi yang kompeten. (oke)