Oleh: Yuli Astuti, M.Pd.
RADARBEKASI.ID, BEKASI – Alhamdulillah kegiatan Workshop Pengembangan Kurikulum tiga lembaga dapat terselenggara dengan lancar pada 20-21 Agustus 2024 di ballroom Hotel Sunerra Antero Jababeka Cikarang. Kegiatan ini diadakan untuk menyatukan dan menyelaraskan kurikulum Yayasan Al Muslim Tambun, Yayasan Al Muslim Jawa Timur, dan Yayasan Pendidikan Salman Al Farisi.
Pada pertemuan pertama membahas visi, misi, dan tujuan yang selaras dengan kurikulum yang akan dikembangkan. Kegiatan ini dilakukan secara hybrid dengan narasumber Drs. Zulfikri Anas, M.Pd., mantan Plt. Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemendikbudristek. Beliau juga aktif sebagai pemerhati pendidikan, terutama pendidikan Islam.
Menurut Anas, Permendikbud No 12 Tahun 2024 pasal 29 menjelaskan satuan pendidikan dapat mengembangkan kurikulum satuan pendidikan yang memuat karakteristik, visi, misi, dan tujuan satuan pendidikan, pengorganisasian sesuai dengan visi, misi, dan tujuan satuan pendidikan, serta perencanaan dalam pembelajaran.
Anas menjelaskan pentingnya kehadiran guru bagi peserta didik. Keberadaan guru di sekolah akan sesuai ketika ia dapat melayani peserta didik. Namun untuk saat ini pendidik sibuk dengan administrasi yang membuat karakter peserta didik kurang terbentuk secara maksimal.
Untuk itulah tiga lembaga ini (Yayasan Al Muslim Tambun, Yayasan Al Muslim Jawa Timur, dan Yayasan Pendidikan Salman Al Farisi) melakukan kegiatan pengembangan kurikulum sebagai salah satu cara fokus mencapai pendidikan karakter yang diharapkan.
Makna pendidikan dalam Islam sendiri sudah diwasiatkan Surah Abasa. Dalam pendidikan yang berkelanjutan, pembinaan karakter bersumber pada teladan Rasulullah, yaitu sidik, tablig, amanah, dan fatanah. Tugas para pendidik memberikan pelayanan sesuai kebutuhan peserta didik.
BACA JUGA: Selamat Datang di Masa Depan
Dalam Surah Annisa ayat 9 dikatakan “Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya”.
Pesan ini juga mengingatkan guru untuk memperhatikan kekuatan dan kelemahan peserta didik dalam menghadapi masa depan. Sebagai contoh, ketika ada dua anak yang sudah bisa dan belum bisa maka yang kita jemput dan perhatikan adalah yang belum bisa apa-apa.
Selama ini jika ada beberapa anak yang memiliki kelemahan akademik, justru hati guru yang belum siap menerima keberadaan mereka.
Sebagaimana kita sadari, Allah tidak menciptakan produk gagal. Setiap individu yang diciptakan di muka bumi ini sudah tempatkan di suatu tempat sehingga setiap individu akan memiliki peran dalam kehidupan.
Allah-lah yang mengirim kekuatan dan waktu yang diatur antara guru dan murid yang belum memiliki apa-apa tersebut. Oleh karena itu Kurikulum Merdeka bersifat inklusif karena kedinamisannya, sebuah tantangan yang kita hadapi untuk mewujudkan cita-cita pendidikan.
Workshop tiga lembaga ini juga didampingi oleh Dr. Iip Ichsanudin, S.S., M.A., fungsional Pengembang Kurikulum Ahli Madya pada Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Selanjutnya kegiatan dilakukan dengan diskusi kelompok masing-masing unit dalam 3 lembaga (PG-TK, SD, SMP, SMA, dan SMK).
Dalam 10-20 tahun ke depan, kita akan menyaksikan perubahan besar yang dipengaruhi oleh perkembangan dari generasi ke generasi. Inovasi akan menjadi kunci utama, dan kita akan melihat bagaimana masing-masing daerah dapat memanfaatkan kearifan lokalnya.
Yayasan ini ingin membangun profil lulusan yang memiliki kemampuan intelektual (intellectual property), kecerdasan sosial (smart power), dan karakter yang kuat. Kemampuan inovatif akan diasah melalui kegiatan pembelajaran, sementara kecerdasan sosial ditekankan melalui penguasaan bahasa internasional seperti Arab, Inggris, dan lainnya.
BACA JUGA: Al Muslim Sekolah Digital yang Islami
Profil lulusan yang berwawasan global ini akan dikaitkan dengan enam elemen pelajar Pancasila: berketuhanan, mandiri, kreatif, berkebinekaan global, gotong royong, dan kolaboratif. Setiap unit akan mengembangkan profil karakter yang lebih spesifik berdasarkan acuan umum ini.
Kegiatan selama dua hari ini telah berhasil meningkatkan pemahaman bersama dan menghasilkan kesepakatan mengenai visi, misi, tujuan, dan profil lulusan ideal ketiga lembaga. Hasil kesepakatan ini akan menjadi pedoman yang komprehensif untuk menyempurnakan, memperkuat, menyelaraskan, dan mengintegrasikan kurikulum secara berkelanjutan. (*)