Berita Bekasi Nomor Satu
Opini  

Ibarat Nasi Telah menjadi Bubur  

Oleh: Achmad Muwafi, Lc

 

RADARBEKASI.ID, BEKASI -Takdir kematian berlaku untuk seluruh makhluk Allah SWT sesuai dengan izin dan ketetapan-Nya, baik itu manusia ataupun jin, hewan ataupun makhluk-makhluk lainnya, laki-laki ataupun perempuan, tua atau muda, yang sehat ataupun sakit.

Allah SWT menegaskan hal ini dalam firmanya, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Anbiya ayat 57)

Di dalam ayat lain Allah SWT juga berfirman, “Di mana pun kamu berada, kematian akan mendatangimu, meskipun kamu berada dalam benteng yang kokoh.” (QS. An-Nisa ayat 78). Meskipun kematian ini merupakann takdir yang mutlak, akan tetapi tidak ada seorangpun yang mengetahui kapan dan dengan cara bagaimana kematian itu sendiri, hanya Allah SWT Yang Maha Mengetahui.

Nabi Muhammad saw mengabarkan kepada kita bahwa banyak sekali orang yang akan menyesal setelah kematiannya. Akan tetapi penyesalan ini sama sekali tidak bermanfaat baginya, serta tidak akan berpengaruh untuk memperbaiki keadaannya. Ibarat nasi yang telah menjadi bubur.

Orang-orang yang enggan melaksanakan kewajiban mengeluarkan sebagian harta mereka untuk bersedekah, mereka akan sadar dan meminta kepada Allah SWT agar dikembalikan lagi hidup di dunia. Di dalam Al-Quran Allah SWT berfirman, “Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shalih.” (QS. Al-Munafiqun ayat 10)

Orang-orang yang ketika di dunia tidak mengikuti perintah Allah SWT dan Rasul-Nya juga meminta untuk dikembalikan lagi di dunia.  Dijelaskan dalam Al-Quran bahwa Allah Swt berfirman, “Ya Tuhan Kami, kembalikanlah kami meskipun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mamatuhi seruan-Mu, dan mengikuti rasul-rasul.” (QS. Ibrahim ayat 44)

Begitupula dengan orang-orang yang tidak beramal shalih, mereka meminta agar dikembalikan lagi di dunia supaya dapat mengerjakan amal shalih. Allah SWT berfirman, “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan melakukan amal shalih berbeda dengan yang kami kerjakan.” (QS/ Fathir ayat 37).

Semua permohoan tersebut tidak ada artinya dan tidak dikabulkan oleh Allah SWT. Oleh sebab itu, menjadi kewajiban kita sebagai seorang muslim untuk selalu menaati perintah Allah SWT, menjauhi dan meninggalkan larangan-Nya serta bertaubat atas segala dosa dan kesalahan yang telah dilakukan. (*)

Penulis merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Mamba’ul Ulum Bekasi, Pengurus Pusat Bidang Dakwah Ikatan Dai Indonesia (IKADI), Wakil Ketua Umum Asosiasi Kiai dan Intelektual (AKIL) Indonesia, Kepala SMPIT Baitul Halim Bekasi