Berita Bekasi Nomor Satu

Konseling Keluarga dan Perkawinan

Oleh: Zidny Robby Rodhiya, S.Psi. (Guru SMAN 2 Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi)

RADARBEKASI.ID, BEKASI –  Latar Belakang Suatu hubungan pernikahan tidaklah pernah bersifat statis, tetapi akan selalu berubah, berkembang, dan bertumbuh. Walaupun terkadang pernikahan dapat menjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, namun tetap membutuhkan pemenuhan. Penyesuaian yang dibuat setiap individu dalam menghadapi pernikahan sangatlah unik sebab hal tersebut merupakan sesuatu yang baru.

Setiap orang mempunyai kemungkinan akan berpisah dengan pasangannya sebagai suatu bagian dari kehidupannya. Sebagian kecil persentasinya akan berpisah dengan pasangannya, yang kemudian melanjutkan kehidupannya sebagai seorang duda atau janda. Orangtua harus mampu menyelesaikan setiap permasalahan yang mereka hadapi dan mampu memutuskan sejauh mana kesejahteraan dan kehidupan yang lebih baik.

Hubungan Perkawinan dan Kebahagiaan Personal Kebanyakan individu yang telah menikah setuju bahwa kualitas dari pernikahan mempunyai efek yang besar terhadap tingkat kebahagiaan dan kepuasan hidup. Pernikahan yang tidak menyenangkan dapat menurunkan kepuasan pada berbagai aspek kehidupan, seperti keluarga, kesehatan, dan persahabatan.

Siklus Kehidupan Keluarga Satu hal yang paling membantu dalam menjelaskan hubungan pernikahan adalah fase yang selalu berubah dalam siklus kehidupan keluarga. Siklus kehidupan keluarga adalah mengenai suatu fase, ataupun tingkatan sepanjang perjalanan kehidupan dan menjelaskan perubahan struktur keluarga dan fungsi dari setiap fase.

Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga dibagi menurut kurun waktu tertentu yg dianggap stabil. Menurut Rodgers cit Friedman (1998), meski setiap keluarga melalui tahapan perkembangan secara unik, tetapi secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yg sama. Tahap perkembangan keluarga menurut Duvall & Milller (Friedman, 1998).

Tahap 1. Pasangan Baru
Keluarga baru dimulai ketika masing-masing individu laki laki dan wanita membentuk keluarga melalui perkawinan yang syah. Dua orang yg membentuk keluarga baru membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi.

Tahap 2. Keluarga “Childbearing” Kelahiran Anak Pertama
Dimulai sejak hamil hingga kelahiran anak pertama dan berlanjut hingga anak berusia 30 bulan atau 2,5 tahun.

Tahap 3. Keluarga Dengan Anak Pra Sekolah Tahap ini dimulai disaat anak pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir disaat anak berumur 5 tahun. Tahap 4. Keluarga dengan Anak Sekolah Tahap ini dimulai pada waktu anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal.

Tahap 5. Keluarga dengan Anak Remaja Tahap ini dimulai ketika anak berusia 13 tahun dan berakhir 6 sampai 7 tahun kemudian. Tujuannya buat memberikan tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi sosok orang dewasa. Tahap 6. Keluarga dengan Anak Dewasa Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir ketika anak terakhir meninggalkan rumah.

Tahap 7. Keluarga Usia Pertengahan
Tahap ini dimulai pada waktu anak yg terakhir meninggalkan rumah dan berakhir disaat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Tahap 8. Keluarga Usia Lanjut Dimulai disaat pensiun sampai dengan salah satu pasangan meninggal dan keduanya meninggal.

Perubahan dalam Kepuasan Pernikahan Model yang paling membantu dalam apa yang terjadi pada pernikahan jangka panjang telah diuraikan oleh Weishaus dan Field (1988) sebagai berikut.

1. Stable/positive. Pasang ini hubungannya stabil tetapi tidak datar, menjaga setinggi-tingginya kepuasan dan perasaan positif dan interaksi bertahun-tahun. 2. Stable/neutral. Pasangan ini tidak pernah merasakan kedekatan emosional tetapi menikah untuk alasan lain. Mereka umumnya saling nyaman dengan pasanganya dan tanpa konflik yang berlebihan.

3. Stabile/negative: pasangan ini memiliki pengalaman yang negatif sepanjang pernikahan mereka, terlihat dengan permusuhan dan banyak perbedaan. Kurang memiliki perasaan yang positif dan hanya sedikit kegembiraan. 4. Curvilinear pada pasangan ini, kepuasan hanya pada saat awal pernikahan, kemudian menurun pada usia pertengahan, dan tidak pernah merasa bahagia lagi setelah seluruh anak meninggalkan mereka.

5. Continuous decline: pasangan ini memiliki pengalaman yang bertahap dalam kepuasan pernikahan yang senantiasa terkikis dan akhirnya habis. 6. Continuous increase: pasangan ini merasa meningkatkan kepuasan mereka setelah bertahun-tahun dilewati.

Tugas-Tugas Penyesuaian Pernikahan
Kebanyakan pasangan harus melakukan penyesuaian supaya dapat hidup bersama secara harmonis. Area-area penyesuaian itu disebut dengan tugas-tugas penyesuaian pernikahan.
Masalah Selama Tiga Tahapan Awal
Studi longitudinal menyelidiki masalah pada 131 pasangan selama tiga tahap pada tahun-tahun awal hubungan mereka (Storaasli dan Markman, 1990) antara lain: uang, komunikasi, teman, anak dan sebagainya.

Penyesuaian ke Masa Orangtua
Hidup dengan orang dewasa lain yang berkomitmen adalah tantangan yang menegangkan dalam siklus hidup keluarga dan salah satu yang paling berharga (Hackel and Ruble, 1992).

Stres Saat Menjadi Orangtua
Dalam beberapa tahun terakhir, penambahan anak pertama mengurangi krisis dan lebih sebagai periode stres dan transisi. Semakin stres pasangan sebelum menjadi orangtua maka mereka akan cenderung mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan anak pertama.

Selain itu, tingkat stres selama transisi menjadi orang tua berkurang bagi pasangan yang disosialisasikan untuk peran mereka sebagai orang tua dengan menghadiri kelas pengasuhan (Gage and Christensen, 1991). Status ekonomi keluarga juga telah ditemukan sebagai faktor stres orang tua. Orang tua yang mengalami penurunan status ekonomi memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dalam membesarkan anak-anak (Lavee, Sharlin dan Katz, 1996).

Masa Menjadi Orangtua dan Kesejahteraan Psikologisnya
Anak-anak memiliki pengaruh positif terhadap penyesuaian perkawinan dan kesejahteraan orang tua (Umberson, 1987). McLanahan Wallace dan Gotlib (1990) menemukan bahwa kepuasan perkawinan untuk pasangan meningkat dari tengah kehamilan sampai 1 bulan pasca persalinan namun menurun dengan cepat selama 5 bulan ke depan
Ketidakcocokan antara harapan dan tindakan perkawinan setelah menjadi orang tua dapat menyebabkan konflik dan mengikis perasaan cinta antara pasangan (Crnic and Booth, 1991; MacDermid, Hus ssoon, dan McHale, 1990).

Dalam hal kesejahteraan psikologis, sangat tergantung pada situasi orang tua. Sebagai orang tua tunggal, misalnya, mungkin lebih emosional daripada menjadi salah satu dari dua orang tua yang merawat anak (Hughes, 1989).

Penyesuaian Selama Dewasa Tengah
Perubahan paling mencolok pada masa dewasa menengah adalah aktivitas fisik. Perubahan ini bertahap, kulit keriput, tonus otot menurun, berat badan biasanya meningkat, dan kekuatan dan daya tahan pasang surutnya.

Latihan fisik menjadi lebih penting untuk tetap bugar dan mengimbangi sistem metabolisme tubuh (Poehlunan, Fan Wei utor untuk biaya Melby, dan Badylak, 1991). Bagaimanapun, pengingat fisik penuaan. pucat bila dibandingkan dengan konfrontasi dramatis dengan kematiannya sendiri, karena orang tua dan bahkan teman sebaya pun mulai mati.

Hubungan Orang Tua dan Anak
Gambaran orang tua semakin tua tanpa berhubungan dengan anak-anak mereka tidak sesuai dengan fakta sebenarnya. Kebanyakan orang tua tidak terisolasi dari anak-anak mereka (Dorfman dan Mertens, 1990). Penyesuaian dalam Pernikahan Kepuasan pernikahan cenderung berada pada tingkat terendah ketika anak berada pada masa sekolah atau masa remaja.

Jika orangtua terjebak dalam kesibukan, mereka akan menghabiskan waktu lebih sedikit untuk bersama-sama. Terdapat 3 siklus dalam kebanyakan pernikahan: falling in love, falling out of love, dan falling back in love – dan siklus terakhir merupakan hal yang paling sulit sekaligus membahagiakan. Jika pasangan dapat belajar untuk berkomunikasi dan mengekspresikan perasaan lembut, khususnya perasaan cinta dan kasih sayang yang telah diabaikan, lebih baik ini juga dapat memecahkan masalah dan mengarah pada kebersamaan yang lebih baik.

Tahun-tahun Postparental
Istilah tahun-tahun postparental biasanya mengarah kepada di antara periode anak meninggalkan rumah dan orangtua yang pensiun. Beberapa penulis cenderung untuk menyebutnya sebagai empty-nest years, karena sekali ketika anak lahir, orangtua akan tetap menjadi orangtua. Banyak orangtua yang merasa sedih ketika anak terakhir meninggalkan rumah.

Sementara anak yang tidak menikah melanjutkan hidup bersama orangtuanya dalam waktu yang lebih lama. Hal ini biasanya karena tertundanya pernikahan. Tingginya tingkat perceraian dan kebutuhan finansial menyebabkan meningkatnya jumlah orang dewasa yang kembali ke rumah untuk tinggal bersama orangtuanya. Generasi ini biasa disebut dengan “boomerang kids” karena mereka mungkin telah meninggalkan rumah dan kembali lagi beberapa waktu.

Penyesuaian Selama Masa Dewasa Akhir Dewasa akhir membawa beberapa perubahan dalam hidup. Perubahan-perubahan ini memengaruhi tidak hanya pada individual yang menua tapi juga pada pasangannya dan anggota keluarga lainnya. Masa dewasa akhir memiliki beberapa transisi besar: dari pernikahan menuju status janda/duda, dari tinggal bersama anggota keluarga menuju tinggal sendirian, dan dari kemandirian fisik menunjukkan ketergantungan fisik.

Tugas Pertumbuhan, tugas pertumbuhan utama, atau penyesuaian, yang dihadapi orang tua dapat dibagi ke dalam 9 kategori. 1. Tetap Sehat Secara Fisik dan Menyesuaikan pada Keterbatasan hal ini termasuk dengan dengan kebiasaan kesehatan yang baik dan penggunaan obat-obatan preventif. Olahraga yang cukup dan mengonsumsi nutrisi yang baik adalah hal penting lainnya untuk menjaga kesehatan pada usia tua.

2. Menjaga Pendapatan yang Memadai dan Sarana Pendukung Banyak orang dewasa menghadapi masalah untuk memiliki pendapatan yang mencukupi pada masa tuanya. Sumber daya sosial ekonomi sangat bervariasi di antara orang tua. 3. Penyesuaian Kepada Perubahan Peran Pekerjaan Pensiunan pada umur 65 tidak lagi diwajibkan, tapi banyak pekerja yang harus pensiun pada umur 70. Pensiunan yang dipaksa telah menjadi salah satu dari 10 top krisis dalam hal stress. Orang yang paling puas dengan pensiun adalah mereka yang telah mempersiapkannya dalam beberapa tahun.

4. Membangun Kondisi Perumahan dan Kondisi Hidup yang Layak
Untuk beberapa orang tua, tetap dapat untuk menjara rumahnya adalah suatu kepentingan besar. Hal ini membiarkan mereka tetap mandiri dan biasanya hubungan yang memuaskan dengan anaknya. 5. Menjaga Status Identitas dan Sosial Orang tua yang memiliki status tinggi dan martabat di banyak kalangan memiliki kelebihan yang banyak, tradisi, dan upacara penting untuk kelangsungan hidup kelompok.

6. Menemukan Pendamping dan Persahabatan Kesepian adalah satu dari keluhan yang paling sering dari orang tua, khususnya yang sebelumnya mengalami pernikahan. Tantangan mereka adalah untuk menemukan hubungan yang berarti dengan orang lain. 7. Belajar untuk Menggunakan Waktu Luang dengan Menyenangkan
Usia dewasa akhir menawarkan banyak orang kesempatan untuk menikmati dirinya sendiri. Kepuasan hidup dalam usia dewasa akhir adalah ketika mampu mandiri dan beraktivitas sosial.

8. Membangun Peran Baru dalam Keluarga Beberapa acara memberi penyesuaian dalam peran keluarga: anak menikah dan berpindah, kakek-nenek, pensiun, kematian dari pasangan, dan ketergantungan pada anak. 9. Meraih integritas melalui penerimaan dari hidup seseorang Erikson (1959) berpedapat bahwa pertumbuhan integritas ego adalah tugas pertumbuhan utama dari tahap terakhir dalam kehidupan. Hal ini termasuk meninjau kehidupan seseorang, dapat menerima fakta mengenai kehidupan seseorang tanpa penyesalan, dan dapat menghadapi kematian tanpa ketakutan besar.

Kepuasan Pernikahan Pernikahan yang langgeng menjadi sumber kepuasan hidup. Kebahagiaan dan kepuasan pernikahan biasanya meningkat selama tahap bulan madu kedua setelah anak meninggalkan rumah dan setelah pensiun. Pasangan biasanya memiliki lebih banyak waktu luang untuk dihabiskan bersama satu sama lain dan dengan anak yang sudah dewasa dan cucu, mereka bergantung satu sama lain, untuk menuju bahagia dunia dan akhirat, aamiin. (*)