Berita Bekasi Nomor Satu
Opini  

Titipkan Segala Urusanmu kepada Allah

Oleh: Achmad Muwafi, Lc

 

 

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Setiap orang pasti memiliki masalah dalam hidupnya, baik dari diri sendiri maupun orang lain. Oleh sebab itu, Allah SWT memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk bertawakkal dengan menyerahkan segala urusannya kepada Allah SWT.

Seorang muslim tidak boleh larut dalam kesedihan dan kegelisahan, tetapi ia harus selalu sabar dan optimis bahwa Allah SWT akan memberikan taufik dan pertolongan-Nya dalam menghadapi masalah yang sedang menimpanya.

Allah SWT tidak akan pernah meninggalkan dan mengabaikan hamba-Nya yang memohon dan berdoa kepada-Nya. Allah SWT adalah  Dzat Yang Maha Mendengar, akan mengabulkan doa hamba-Nya yang ikhlas dan tulus dalam berdoa. Allah SWT berfirman, “Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku.” (QS. Al-Baqarah ayat 186).

Selain berdoa kepada Allah SWT, seorang muslim juga harus berusaha dan berikhtiar dalam menyelesaikan semua masalah yang sedang dihadapinya. Ia tidak boleh menyerah dengan tidak melakukan usaha atau ikhtiar apapun, karena sesungguhnya Allah SWT tidak akan pernah memberikan ujian kepada seorang hamba melebihi batas kemampuannya.

Allah SWT berfirman, “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. Al-Baqarah: 286).

Kisah ibunda Nabi Musa as merupakan contoh kesabaran seorang ibu dalam menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT. Nabi Musa as dilahirkan pada waktu raja Firaun membuat aturan dimana bayi laki-laki harus dibunuh. Hal ini diawali karena Raja Fir’aun bermimpi buruk dan mimpi tersebut ditafsirkan bahwa akan lahir seorang anak laki-laki dari Bani Israil yang akan menghancurkan kekuasaannya Firaun.

 

Oleh karena itu, ibu Nabi Musa as khawatir akan keselamatanyya anaknya, sehingga datanglah ilham dari Allah SWT, “Hanyutkan dia ke sungai Nil. Janganlah engkau takut dan bersedih. Sungguh kami akan mengembalikannya kepadamu dan menjadikannya salah seorang Rasul. “(QS. Al-Qashas ayat 7).

 

Singkat cerita, bayi Nabi Musa as dihanyutkan ke dalam sungai Nil hingga akhirnya ditemukan oleh Asiyah istrinya Fir’au, kemudian mengangkatnya sebagai anak. Ketika bayi Nabi Musa as menangis kelaparan, maka Allah SWT pertemukan dengan ibu kandungnya untuk menyusuinya dan merawatnya sampau dewasa sebagaimana janji dari Allah SWT. (*)

Penulis merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Mamba’ul Ulum Bekasi, Pengurus Pusat Bidang Dakwah Ikatan Dai Indonesia (IKADI), Wakil Ketua Umum Asosiasi Kiai dan Intelektual (AKIL) Indonesia, Kepala SMPIT Baitul Halim Bekasi