Berita Bekasi Nomor Satu

Deflasi di Kabupaten Bekasi: Stok Melimpah, Permintaan Lesu

PANTAU HARGA: Pj Bupati Bekasi, Dedy Supriyadi, bersama Kepala Dinas Perdagangan Kabupaten Bekasi, Gatot Purnomo, berbincang dengan pedagang saat monitoring stok dan harga kebutuhan pokok di Pasar Tambun, Selasa (1/10). ARIESANT/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Ketidakseimbangan antara stok dan permintaan menyebabkan terjadinya deflasi atau penurunan harga pada komoditas pangan di Kabupaten Bekasi.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bekasi, deflasi tercatat dengan Indeks Perkembangan Harga (IPH) sebesar 0,31 pada minggu keempat Agustus 2024 hingga negatif 3,6 pada minggu ketiga September 2024.

Pada Selasa (1/10), Tim Pengendalian Inflasi Kabupaten Bekasi melakukan monitoring di Pasar Tambun. Tim memantau stok dan harga komoditas yang menyumbang deflasi, seperti beras, cabai, bawang merah dan putih, sayuran, daging ayam, daging sapi, dan lainnya.

Pedagang sembako di Pasar Tambun, Mas’sum (47), mengungkapkan terjadi penurunan daya beli masyarakat selama tiga bulan terakhir, meskipun harga beberapa barang pokok cenderung menurun.

BACA JUGA: Pelajar di Kabupaten Bekasi Bakal Dites Urine

Menurutnya, penurunan daya beli ini juga disebabkan oleh kebiasaan masyarakat yang mulai beralih berbelanja secara online atau menggunakan layanan Delivery Order (DO) yang langsung diantar ke rumah.

Kepala Bidang Pengendalian Barang Pokok dan Penting (Bapokting) Dinas Perdagangan Kabupaten Bekasi, Helmi Yenti, menjelaskan IPH Kabupaten Bekasi lebih rendah dibandingkan Provinsi Jawa Barat.

Hal ini terjadi karena beberapa komoditas bahan pokok mengalami penurunan harga akibat melimpahnya pasokan yang tidak diimbangi oleh permintaan pasar.

“Ternyata stok yang masuk tidak sebanding dengan permintaan. Artinya supply lebih tinggi dari pada demand mengakibatkan hampir 80 persen harga komoditas di bawah Harga Eceran Tertinggi (HET),” imbuh Helmi.

Berdasarkan data BPS Kabupaten Bekasi, IPH di Kabupaten Bekasi mengalami deflasi sejak minggu keempat Agustus hingga minggu ketiga September 2024, dengan IPH negatif 3,6.

Beberapa komoditas yang mengalami penurunan drastis antara lain cabai rawit dari HET Rp57 ribu per kg sempat mencapai Rp30 ribu per kg pada 1 September 2024 dan berangsur naik di harga Rp45 ribu per kg.

Kemudian daging ayam dari HET Rp40 ribu per kg, terendah di harga Rp30 ribu per kg dan sejak 1 September 2024 mulai naik menjadi Rp35 ribu per kg. Selanjutnya, cabai merah dari HET Rp45 ribu per kg pada 1 September 2024 sempat turun di harga Rp25 ribu per kg dan kembali naik di rata-rata Rp32 ribu per kg.

BACA JUGA: Disbudpora Kabupaten Bekasi Dorong Ampok Aktif Promosikan Potensi Daerah

Untuk menekan deflasi, Dinas Perdagangan mengambil beberapa langkah konkret dengan memetakan faktor-faktor penyebab deflasi. Salah satu langkahnya menghentikan pasokan barang dari daerah-daerah yang bekerja sama dengan Pemkab Bekasi.

“Kita berkoordinasi dengan pemerintah daerah yang sudah bekerja sama, seperti Garut dan Subang agar menyetop atau mengurangi pasokan seperti daging ayam yang dikirim ke Kabupaten Bekasi. Kalau Garut bahan pokok seperti cabai-cabai dikurangi sehingga agar harga kembali mendekati di bawah harga HET,” terang Helmi.

Sementara, Pj Bupati Bekasi, Dedy Supriyadi, menjelaskan pemantauan tim pengendalian inflasi bertujuan untuk mengantisipasi kelangkaan barang dan kenaikan harga kebutuhan pokok menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru).

Berdasarkan hasil pemantauan, kondisi deflasi perlahan mulai stabil. Namun, Dedy menemukan beberapa barang, seperti minyak non-subsidi dan bawang putih, mengalami kenaikan harga di atas HET. Pemantauan di pasar-pasar lainnya akan terus dilakukan hingga Desember 2024. (ris)