RADARBEKASI.ID, BANTUL-Beberapa daerah DIY telah merasakan dampak krisis iklim beberapa tahun belakangan, salah satunya pada sektor pariwisata. Di Kabupaten Bantul, sejumlah objek wisata mengalami dampak dengan adanya perubahan iklim, seperti abrasi hingga cuaca ekstrem.
Subkoordinator Kelompok Subtansi Promosi Kepariwisataan Dinas Pariwisata Bantul Markus Purnomo Aji mengatakan abrasi pantai kerap kali melanda wilayah tersebut. “Seluruh pantai di Kabupaten Bantul pernah terkena abrasi secara bergantian,” kata Markus yang dikutip dari JPNN, Selasa (8/10).
Selain itu, cuaca ekstrem yang melanda Bantul sempat bikin pepohonan di Gua Selarong tumbang. Akibatnya, aktivitas di destinasi wisata sejarah tersebut tutup selama tiga hari. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul dalam kajian risiko bencana abrasi melakukan penelitian di pantai selatan.
BACA JUGA:BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Ekstrem hingga Sepekan ke Depan
Dalam kajiannya, BPBD Bantul menyatakan beberapa objek wisata ini masuk kriteria kerentanan akibat adanya bencana abrasi, yaitu kawasan Pesisir Pandansimo, Pesisir Kuwaru, Pesisir Depok dan Pesisir Parangtritis Baru. Perubahan garis pantai berupa abrasi sejak 2010-2020 tercatat paling jauh 96 meter ke arah daratan, sedangkan akresi terpanjang mendekati perairan sejauh 32, 68 meter.
Kemudian, rata-rata kejadian abrasi tercatat sejauh 29,68 meter, sedangkan rerata akresi sebesar 9,2 meter. Laporan tersebut menyebutkan salah satu penyebab utama abrasi pantai adalah fenomena perubahan iklim.
Dekan Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta Jumadi mengatakan sektor pariwisata cukup terdampak dengan adanya perubahan iklim. Menurutnya, dengan adanya penurunan jumlah wisatawan akan berimbas pada pendapatan masyarakat sekitar yang menggantungkan hidup mereka dari sektor pariwisata. Kemudian, bencana alam karena faktor perubahan iklim juga menimbulkan kerugian.
BACA JUGA:Fenomena La Nina Diperkirakan Ganggu Sektor Pariwisata Tanah Air
“Penurunan tingkat kunjungan berarti penurunan terhadap tingkat belanja masyarakat, jelas akan berdampak terhadap pendapatan di daerah,” kata Jumadi, Senin (7/10).
Secara materiel, cuaca ekstrem yang terjadi karena perubahan iklim turut menimbulkan kerugian. Berdasarkan data BPBD DIY tahun 2023, cuaca ekstrem mengakibatkan kerusakan berbagai fasilitas, aset warga hingga kendaraan. Total kerugian akibat cuaca ekstrem di DIY tersebut mencapai Rp 1.991.356.000. (ce1)