Berita Bekasi Nomor Satu
Bisnis  

Karunia Allah Tak Terbatas

Oleh:  Achmad Muwafi, Lc

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Karunia Allah SWT yang diberikan kepada manusia sangat besar dan tak terhingga. Apabila manusia berusaha ingin menghitungnya, pasti tidak akan bisa menghitungnya, firman Allah SWT yang artinya, “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nahl ayat 18).

Nabi Muhammad saw telah mengajarkan tentang cara mensyukuri nikmat dan karunia Allah SWT dalam kehidupan sehari-hari yaitu dengan ketaatan dan ketakwaan yaitu menjalankan perintah dari Allah SWT serta meninggalkan segala larangan-Nya.

Di antara bentuk karunia Allah SWT yang sangat besar yang diberikan kepada manusia yaitu balasan pahala. Dijelaskan oleh Nabi Muhammad saw bahwa orang yang mengajak kebaikan, ia akan mendapatkan pahala yang sama seperti orang yang mengikutinya.

Dari Abu Hurairah r.a, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa mengajak (manusia) kepada petunjuk, maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa mengajak (manusia) kepada kesesatan, maka baginya dosa seperti dosa orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.(HR. Muslim)

Inilah pahala yang dijanjikan oleh Allah SWT kepada orang-orang yang mengajak kepada kebaikan. Dalam kitab Shahih Bukhari Muslim disebutkan bahwa Rasulullah SAW juga bersabda, “Demi Allah, jika Allah memberikan kepada satu orang hidayah  sebab kamu, maka itu lebih baik bagimu daripada unta merah yang menyenangkan.” Menurut bangsa Arab bahwa unta merah merupakan harta yang paling mewah pada zaman itu.

Dalam hadits lainnya juga disebutkan bahwa pahala bagi orang yang mengajak kepada kebaikan tidak akan terputus meskipun ia telah meninggal dunia. Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa ada tidak amalan yang pahalanya tidak akan terputus, salah satunya ilmu yang bermanfaat.

Ilmu yang yang disampaikan kepada orang lain, sehingga orang tersebut melaksanakan ilmu yang disampaikannya itu terus menerus, maka itu termasuk ke dalam ilmu yang bermanfaat yang pahalanya akan terus mengalir walaupun ia sudah meninggal dunia. (*)

Penulis merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Mamba’ul Ulum Bekasi, Pengurus Pusat Bidang Dakwah Ikatan Dai Indonesia (IKADI), Wakil Ketua Umum Asosiasi Kiai dan Intelektual (AKIL) Indonesia, Kepala SMPIT Baitul Halim Bekasi