RADARBEKASI.ID, BEKASI – Pengunjung Metropolitan Mall Bekasi dikejutkan oleh penemuan seorang remaja yang ditemukan tergeletak dalam kondisi tak bernyawa di dasar gedung parkir, tidak jauh dari area pengecekan sepeda motor, Selasa (22/10) sekitar pukul 19.01 WIB. Remaja tersebut diduga mengakhiri hidupnya dengan cara melompat dari lantai 5 gedung parkir sepeda motor.
Polisi sampai tadi malam kesulitan mengidentifikasi identitas remaja tersebut. Polisi hanya menemukan secarik kertas yang tersimpan di dalam topi bertuliskan “Aku juga ingin bahagia dan memiliki kehidupan normal, Dunia itu indah, tapi tidak dunia ku, I’m Gagal” .
Dari informasi yang dihimpun Radar Bekasi, remaja laki-laki dengan usia berkisar 13 – 15 tahun tersebut sempat terekam kamera CCTV Metropolitan Mall Bekasi berjalan sendirian menuju area parkir lantai 5 sekitar pukul 18.16 WIB. Langkahnya pun kembali terekam kamera saat mencapai lantai 5 sekitar pukul 18.32 WIB.
Saksi di lokasi, Mame (31) mengatakan, polisi datang ke lokasi sekitar pukul 19.15 WIB. Beberapa menit setelah korban ditemukan tergeletak di bawah gedung parkiran. Saat itu, polisi langsung menggelar penyelidikan dengan mengolah tempat kejadian perkara (TKP) dan memasang garis polisi.
Proses olah TKP berlangsung tak kurang dari satu jam, sebelum akhirnya jasad remaja tersebut dimasukkan ke kantong jenazah dan langsung dibawa menuju RSUD dr Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi.
Mame mengungkapkan, dirinya juga tak melihat pihak keluarga yang mendatangi ke lokasi kejadian
“Sampai jam 21.00 WIB juga enggak ada,” imbuh dia.
Terpisah, Kapolsek Bekasi Selatan Kompol Untung Riswaji, mengatakan korban saat ditemukan menggunakan pakaian kemeja lengan panjang putih dan celana panjang. Untung menegaskan, kemungkinan remaja tersebut merupakan pelajar.
“Remaja tersebut naik ke atas dari parkiran motor lantai bawah hingga ke rooftop mal,” ungkap dia.
“Kami masih melakukan penyelidikan, intinya memang yang bersangkutan sudah mengakhiri hidupnya,” sambungnya.
Sementara itu, Pimpinan Unit Metropolitan Mal Endro Basuki mengatakan setelah kejadian tersebut pihaknya akan melakukan evaluasi dalam hal pengamanan.
Pihaknya juga akan menambah petugas keamanan di lokasi gedung parkir yang menjadi tempat pelajar melompat tersebut.
Saat ini, lanjut dia, hanya ada tiga petugas keamanan yang berjaga. Namun ketiganya bertugas secara mobile, tidak menetap di satu lokasi.
“Ada tapi mobile, kebetulan sedang mobile, Itu salah satu hal yang mungkin akan kita evaluasi,” pungkasnya.
Aksi terjun bebas yang dilakukan seorang remaja di rooftop Metropolitan Mall menarik perhatian sejumlah pihak. Psikolog menilai, remaja tersebut putus asa karena haus akan kasih sayang keluarga.
Prediksi itu terlihat dari pesan yang ditemukan polisi di secarik kertas yang disimpan di dalam topi remaja itu. Dalam pesan tersebut tersirat ia ingin hidup normal dan bahagia. Namun hal itu tidak ia dapati.
“Di surat itu, sebenarnya dia sedang menunjukkan, dia haus kasih sayang. Ini mesti dilihat lagi faktornya,” kata Psikolog dan Konsultan Psikologi, Neil Aldrin.
Fenomena bunuh diri beberapa tahun terakhir ini menjadi perhatian. Penyebab utamanya adalah kesehatan mental.
Lingkungan sangat mempengaruhi kondisi psikologis anak hingga remaja tersebut. Masalah bisa saja muncul di sekolah, lingkungan bermain, bahkan media sosial.
Situasi ini diperparah dengan tingginya biaya hidup, menuntut kedua orang tua untuk sama-sama bekerja. Orangtua atau keluarga menurut Neil memegang peranan penting dalam situasi ini, tanpa ada tempat untuk bercerita akan berakibat fatal bagi mereka.
“Akhirnya keputusasaan menyelubungi dirinya,” ucapnya.
Ia juga menyampaikan bahwa tingkat bunuh diri yang relatif tinggi di kalangan remaja ini tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan juga di beberapa negara.
Neil menekankan perhatian orangtua sangat dibutuhkan sejak usia nol tahun sampai remaja akhir. Di era yang menuntut kedua orang tua bekerja, perhatian tidak hanya diberikan pada saat orangtua berada di samping anaknya, melainkan bisa diberikan via komunikasi jarak jauh.
Dengan perhatian dan komunikasi intens tersebut, orangtua bisa mendeteksi perbedaan perilaku anaknya.
“Ketika mendapatkan persoalan di luar, orang tua pasti merasa kok anaknya tidak seperti biasa. Atau di anak ketika dia tahu orangtuanya memperhatikan, si anak akan berbicara, minimal dia ada tempat untuk berbicara,” tambahnya. (rez/sur)