RADARBEKASI.ID, BEKASI – Tuberkulosis paru (TB Paru) masih menjadi masalah kesehatan yang serius di Indonesia, terutama di wilayah padat penduduk. Penyakit menular ini disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang memiliki risiko penularan tinggi karena penyebarannya melalui udara. Deteksi dini sangat penting untuk mencegah penularan dan memastikan pengobatan yang efektif sejak awal.
Dokter Spesialis Paru & Pernapasan Eka Hospital Bekasi, dr. Buti Ariani Arnur, SpP, dalam bincang media bertema “Kenali Gejala TB Paru” pada Kamis (31/10), menjelaskan TB Paru merupakan infeksi paru yang penularannya terjadi melalui partikel yang dapat terbawa melalui udara yang disebut dengan droplet nuclei, saat penderita batuk atau bersin.
“Tidak semua orang yang terpajan bakteri TB akan jatuh sakit. Namun, mereka dengan daya tahan tubuh yang rendah lebih berisiko mengembangkan penyakit ini,” ujarnya.
BACA JUGA: https://radarbekasi.id/2024/10/13/deteksi-dini-cegah-kanker-payudara/
Gejala TB Paru yang Perlu Diwaspadai
Salah satu gejala utama TB Paru adalah batuk yang berlangsung lebih dari dua minggu. Batuk ini seringkali berdahak, kadang disertai darah. Jika Anda mengalami batuk lama dan tidak merespons pengobatan biasa, penting untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan. Orang yang menderita TB paru sering kali mengalami penurunan berat badan yang signifikan, disebabkan oleh menurunnya nafsu makan dan meningkatnya kebutuhan energi tubuh untuk melawan infeksi.
“Demam ringan tetapi berkepanjangan, terutama di malam hari, adalah gejala TB paru yang umum. Biasanya, penderita akan merasa demam selama beberapa jam, terutama pada sore hingga malam hari,” tuturnya.
Keringat berlebihan di malam hari, meskipun tidak dalam kondisi panas, juga merupakan salah satu tanda khas TB. Keringat ini sering kali muncul bersamaan dengan demam yang berlangsung lama.
Penderita TB Paru sering kali merasa lelah tanpa sebab yang jelas, bahkan ketika tidak melakukan aktivitas berat. Rasa lelah ini berhubungan dengan upaya tubuh melawan infeksi yang berkepanjangan.
“Semakin cepat TB paru terdiagnosis, semakin cepat pula pengobatan yang bisa diberikan. Tuberkulosis paru yang tidak segera ditangani bisa menyebar ke organ lain seperti tulang, otak, dan ginjal, menyebabkan komplikasi yang lebih serius. Selain itu, orang yang tidak menyadari dirinya mengidap TB dapat menyebarkan kuman ini kepada orang-orang di sekitarnya,” tuturnya.
Langkah Pencegahan TB Paru
Beberapa langkah pencegahan yang dianjurkan untuk menekan penyebaran TB Paru meliputi vaksinasi BCG untuk bayi. Vaksin tersebut efektif mencegah TB dan sangat dianjurkan diberikan pada bayi. Selain itu, kebersihan rumah dan ventilasi yang baik sangat penting untuk mencegah penyebaran bakteri TB. Hindari ruang tertutup tanpa sirkulasi udara yang memadai, terutama di lingkungan padat.
“Jika ada anggota keluarga yang terdiagnosis TB, seluruh anggota keluarga lainnya disarankan untuk melakukan pemeriksaan untuk deteksi dini,” tuturnya.
Pengobatan TB Paru tanpa komplikasi dan komorbid umumnya berlangsung selama enam bulan. Sangat penting bagi pasien untuk menjalani pengobatan hingga tuntas meskipun gejalanya telah membaik. Pengobatan TB Paru dilakukan dengan mengonsumsi obat antituberkulosis selama periode waktu tertentu dan harus dilakukan di bawah pengawasan tenaga medis.
“Jika orang di sekitar mengalami gejala TB paru, segera konsultasikan ke dokter. Kedisiplinan dalam pengobatan sangat penting untuk mencegah resistensi obat yang dapat memperburuk kondisi,” katanya.
Pekan Perawatan Sistem Pernapasan menjadi momen penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang berbagai penyakit pernapasan, termasuk TB Paru. Tuberkulosis paru adalah penyakit yang dapat disembuhkan, tetapi membutuhkan pengobatan dan kedisiplinan yang tinggi.
“Deteksi dini adalah kunci untuk mengurangi penyebaran dan dampak penyakit ini. Jika anda mengalami gejala TB paru, jangan ragu untuk segera mencari bantuan medis,” pungkasnya. (oke/*)