Berita Bekasi Nomor Satu

Rentan Serang Perempuan Usia Produktif, Begini Gejala Tumor Hipofisis yang Jarang Diketahui

RENTAN: Sejumlah perempuan berjalan hendak berangkat kerja memasuki area Stasiun Bekasi, Belum lama ini, RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI.

RADARBEKASI.ID, BEKASI-Tumor hipofisis adalah salah satu jenis tumor yang seringkali tidak mendapatkan perhatian yang cukup. Padahal, pemahaman mendalam mengenai kondisi ini sangat penting untuk diagnosis dan penanganan yang tepat. Prof. Dr. dr. Julius July, Sp.BS (K) Onk, MKes, IFAANS selaku ahli bedah saraf RS Siloam Lippo Village Karawaci menjelaskan, tumor hipofisis adalah pertumbuhan abnormal yang terjadi pada kelenjar hipofisis yang terletak di dasar otak.

“Kelenjar ini berperan penting dalam mengatur berbagai hormon yang memengaruhi banyak fungsi tubuh, mulai dari pertumbuhan hingga metabolisme. Tumor ini bisa bersifat jinak atau ganas, tetapi sebagian besar kasus adalah tumor jinak yang tidak menyebar ke bagian lain dari tubuh,” kata dr. Julius di Tangerang, Rabu (6/11).

Lebih lanjut, faktor risiko yang dapat berkontribusi pada perkembangan tumor hipofisis meliputi usia dan jenis kelamin. Tumor ini lebih sering terjadi pada orang dewasa berusia antara 30 hingga 50 tahun, yang merupakan kelompok usia paling rentan. Terdapat faktor-faktor hormonal yang berperan dalam meningkatkan risiko pada kelompok usia ini. Selain itu, wanita cenderung lebih rentan terhadap tumor hipofisis dibandingkan pria.

BACA JUGA:Deteksi Dini Cegah Kanker Payudara

Meskipun kondisi ini dapat terjadi pada kedua jenis kelamin, perbedaan ini menandakan adanya pengaruh hormonal yang mungkin berkontribusi terhadap perkembangan tumor. Memahami faktor risiko ini dapat membantu dalam deteksi dan penanganan yang lebih baik. Sementara itu, mengenai gejalanya, gejala yang dialami pasien dengan tumor hipofisis bervariasi tergantung pada ukuran dan lokasi tumor. Salah satu gejala yang paling umum adalah gangguan penglihatan, terutama kebutaan periferal, yang terjadi akibat tekanan tumor pada saraf optik.

“Sakit kepala juga merupakan keluhan yang sering disampaikan dan sering kali menjadi gejala awal yang dihadapi pasien,” imbuh dr. Julius.

Selain itu, pasien sering melaporkan perubahan hormonal yang dapat menyebabkan gejala seperti menstruasi yang tidak teratur pada wanita dan penambahan berat badan. Keseimbangan hormonal tubuh yang terpengaruh bisa berdampak serius pada kesehatan. Misalnya, kelebihan hormon pertumbuhan dapat menyebabkan kondisi akromegali, sedangkan kekurangan hormon tertentu dapat menyebabkan gangguan pada fungsi tubuh yang vital, seperti metabolisme dan pertumbuhan.

BACA JUGA:Tekan Angka Kasus Kekerasan Anak dan Perempuan, DP3A Bentuk Satgas SAPA

dr. Julius menambahkan, tumor hipofisis cukup umum, mewakili sekitar 10-15 persen dari semua tumor otak. Meskipun dapat memengaruhi pria dan wanita, prevalensi lebih tinggi ditemukan pada wanita, khususnya dalam kelompok usia dewasa. Proses diagnosis tumor hipofisis melibatkan beberapa langkah penting. Pertama, dokter akan melakukan tes darah untuk mengukur kadar hormon, yang dapat menunjukkan adanya ketidakseimbangan hormonal.

“Pengetahuan tentang prevalensi ini dapat membantu dalam diagnosis lebih awal dan pengobatan yang tepat,” pungkasnya.(ce1)