RADARBEKASI.ID, BEKASI – Yahya (55), seorang pedagang asongan terus berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup meskipun seringkali dipandang sebelah mata oleh orang lain. Selama lebih dari tiga dekade berjualan di jalanan, Yahya telah merasakan berbagai cobaan hidup.
Setiap hari, ia menjajakan rokok, tisu, dan minuman di sekitar Terminal Kota Bekasi, meski tak jarang ia harus menghadapi penghinaan dan pandangan sinis dari orang-orang yang meremehkan profesinya.
“Kadang ada saja orang yang merendahkan kita, memandang sebelah mata. Mau bagaimana lagi?” kata Yahya saat ditemui di Jalan Cut Mutia, dekat Terminal Kota Bekasi, Rabu (4/12).
Meski sering dicibir karena menjual rokok, Yahya memilih untuk tidak terlalu mempermasalahkan pendapat orang lain. Ia menyadari bahwa hidup harus terus berjalan, dan ia pun berusaha tidak membiarkan pandangan negatif memengaruhi semangatnya.
BACA JUGA: Pengusaha dan Pekerja “Wait and See” soal Kenaikan UMK 2025
“Orang-orang di jalan kadang nggak suka dengan rokok, mungkin nggak suka sama dagangan saya. Tapi ya, namanya juga usaha, kita kan butuh makan. Yang penting sehat dan ikhlas,” ungkapnya pria asal Desa Mangunjaya, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi,
Setiap hari, Yahya mengeluarkan modal sekitar Rp 50.000 untuk membeli barang dagangan, seperti rokok, minuman, dan tisu. Keuntungannya pun bervariasi, rata-rata sekitar Rp 60.000 hingga Rp 70.000, meski pendapatannya bisa sangat menurun saat musim hujan.
Ia mengakui bahwa penghasilannya kini tak sebanyak dulu. Kehadiran ojek online (ojol) yang semakin banyak membuat angkot dan penumpangnya semakin berkurang, yang berimbas pada penurunan jumlah pembeli. Selama ini, sopir angkot dan penumpang menjadi pelanggan tetapnya.
“Sebelum ada ojol, saya bisa mendapatkan sekitar Rp 200.000 setiap hari. Sekarang jauh lebih sedikit,” ujarnya.
Meski begitu, Yahya tetap merasa bersyukur karena pendapatan yang ada masih cukup untuk makan bersama istrinya. “Yang penting kita rajin saja dalam usaha. Kalau soal cukup atau tidak, ya kita syukuri. Makan seadanya juga nggak masalah,” kata Yahya yakin.
BACA JUGA: Libur Nataru, Mal di Bekasi Siapkan Promo dan Hiburan Menarik
Sebelum menjadi pedagang asongan, Yahya sempat bekerja sebagai petugas kebersihan di Pasar Baru, Kota Bekasi. Namun, ia memutuskan untuk beralih menjadi pedagang asongan karena ia merasa lebih bebas dalam mencari nafkah tanpa terikat aturan orang lain.
“Dagang itu bebas, kita yang atur sendiri. Semua hasilnya murni dari kerja keras kita, tanpa diperintah orang,” tegasnya.
Walau pendapatannya tidak menentu, Yahya memiliki harapan besar untuk masa depan. Ia bercita-cita bisa mempekerjakan orang lain di bidang perdagangan jika kelak usahanya berkembang.
“Kalau sekarang belum bisa mempekerjakan orang, buat diri sendiri saja sudah susah. Tapi saya ingin suatu saat bisa membuka usaha dan membantu orang lain,” pungkasnya.
Saat ini, Yahya terus berjuang sebagai pedagang asongan di sekitar Terminal Bekasi dan Pasar Baru, dengan harapan dapat mengubah hidupnya dan orang lain melalui usaha yang lebih besar di masa depan. (rez)