RADARBEKASI.ID, BEKASI – Duet antara Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) belum berhasil mengantarkan pasangan calon yang mereka usung meraih kursi bupati dan wakil bupati Bekasi di Pilkada 2024.
Pasangan BN Holik Qodratulloh dan Faizal Hafan Farid yang didukung oleh Gerindra, PKS, PAN, dan NasDem hanya mampu finish di posisi kedua dengan perolehan 40,32 persen, kalah dari pasangan Ade Kuswara Kunang dan Asep Surya Atmaja yang memperoleh 45,68 persen.
Kerja sama PKS-Gerindra dimulai pada Pilkada 2017, saat keduanya mengusung pasangan Sa’duddin (Alm) dan Ahmad Dhani (SAH), namun mereka harus kalah dari pasangan Neneng Hasanah Yasin dan Eka Supria Atmaja (Alm) yang diusung oleh Partai Golkar. Pada Pilkada 2024, meski telah berusaha, mereka kembali gagal meraih kemenangan.
Menanggapi hasil tersebut, Ketua DPC Partai Gerindra Kabupaten Bekasi, Aria Dwi Nugraha, mengungkapkan bahwa partainya sudah berusaha maksimal. Meski gagal, ia percaya bahwa partai koalisi juga telah bekerja keras.
“Yang penting prinsipnya, kita sudah berusaha, berupaya, maksimal, memang akhirnya takdir tidak mengizinkan kita untuk menerima mandat (bupati dan wakil bupati Bekasi). Kami percaya, kami yakin, bahwa teman-teman partai koalisi juga sudah bergerak secara maksimal,” ujar Aria.
Kegagalan tersebut, menurut Aria, menjadi pembelajaran untuk ke depannya. Ia menegaskan bahwa partainya tidak kapok untuk berduet dengan PKS meskipun sudah dua kali mengalami kekalahan di Pilkada. Aria juga menyatakan bahwa kemungkinan untuk menjalin kerjasama dengan partai lain di masa depan tetap terbuka, asalkan memiliki visi dan orientasi kepentingan yang sama.
“Kalau memang memiliki visi dan orientasi kepentingan yang sama, kita enggak menutup kemungkinan dengan siapa pun kawan-kawan partai politik, yang mana pun untuk bersama-sama kita. Yang pasti tentunya restu dari pimpinan pusat,” tuturnya.
Menurutnya, setiap pasangan calon di Pilkada memiliki wilayah basisnya masing-masing. Oleh karena itu, ke depan, partainya perlu mengkonsolidasikan diri dengan masyarakat untuk meningkatkan kepercayaan terhadap Partai Gerindra dalam pesta demokrasi selanjutnya.
“Ya, hari ini kita sedang mengevaluasi di dalam internal Gerindra, potret dari setiap hajatan pesta demokrasi, titik lemah kita, titik yang kuat kita, tentunya yang kuat kita lebih perkuat, yang lemah harus segera kita perkuat,” tambah pria yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD Kabupaten Bekasi ini.
BACA JUGA: Komisi I DPRD Kabupaten Bekasi: Rendahnya Partisipasi Pilkada Akibat Sosialisasi Tak Tepat Sasaran
Sementara itu, Ketua DPD PKS Kabupaten Bekasi, Budi Muhammad Mustafa, menyampaikan bahwa situasi Pileg dan Pilkada berbeda. Meskipun PKS dan Gerindra berhasil meraih suara besar di Pileg, hal tersebut tidak menjamin kemenangan di Pilkada. Menurutnya, Pilkada lebih berbicara tentang faktor personal, selain faktor lainnya.
“Itu memang menjadi PR kami di PKS, enggak tahu kalau di partai lain, bahwa selama ini mungkin kader-kader kita insya Allah solid, simpatisan juga solid. Orang-orang yang selama ini memberikan pilihan karena kedekatan tertentu sama kita, kemudian saat kita tidak dicalonkan, mungkin dia memilih yang lain,” ungkapnya.
“Kita semua sudah berjuang secara All Out, tapi memang takdir Allah buat Kang Ade dan Dokter Asep, ya harus kita terima,” sambungnya.
Wakil Ketua DPRD Kabupaten Bekasi ini mengungkapkan bahwa salah satu indikator yang menyebabkan duet Gerindra dan PKS tumbang adalah belum adanya sosok yang benar-benar mumpuni setelah kepergian mantan Bupati Bekasi, Sa’duddin.
“PKS belum punya sosok yang mumpuni lagi, jadi kita akui betul itu. Kita kurang sosok yang mumpuni di PKS buat kita tawarkan ke masyarakat,” katanya.
Kendati demikian, tidak menutup kemungkinan partainya akan duet kembali di Pilkada Kabupaten Bekasi berikutnya. ”Ya kita lihat perkembangannya, bisa saja sama Gerindra lagi, bisa juga sama yang lain, yang penting punya niatan semuanya buat mensejahterakan masyarakat Kabupaten Bekasi,” katanya. (pra)