RADARBEKASI.ID, BEKASI-Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memulai perdagangan awal tahun 2025 dengan catatan positif, dibuka menguat di level 7.107,96 pada Kamis (2/1). Posisi ini mencerminkan kenaikan 0,42 persen dibandingkan dengan penutupan perdagangan di akhir tahun 2024. Namun, beberapa menit setelah pembukaan, penguatan IHSG sedikit berkurang menjadi 0,30 persen ke level 7.101,01, menunjukkan fluktuasi yang wajar pada awal tahun perdagangan.
Dalam perdagangan hari pertama 2025, lima saham yang mencatatkan kenaikan dalam zona hijau adalah PT Mulia Boga Raya Tbk. (KEJU), PT Agro Yasa Lestari Tbk (AYLS), PT Isra Presisi Indonesia Tbk. (ISAP), PT Logisticsplus International Tbk (LOPI), dan PT Wahana Pronatural (WAPO). Selain itu, lima saham dengan frekuensi perdagangan tertinggi adalah PT Era Digital Media Tbk. (AWAN), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI), PT Agro Yasa Lestari Tbk. (AYLS), PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), dan PT Multi Medika Internasional Tbk. (MMIX).
Sepanjang tahun 2024, IHSG mencatat perjalanan yang cukup dinamis. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, IHSG berada di level 7.079,91, mengalami penurunan sebesar 2,6 persen dibandingkan akhir tahun 2023. Namun, indeks sempat mencapai titik terendah di level 6.726,92 pada 19 Juni 2024, sebelum akhirnya rebound menuju level tertinggi di 7.926,92. Rentang pergerakan sebesar 1.200 poin ini mencerminkan volatilitas pasar yang signifikan, didorong oleh tantangan ekonomi global seperti kenaikan suku bunga dan ketidakpastian geopolitik.
BACA JUGA:BRIS Tutup Bursa Tahun 2024 dengan Performa Mengesankan
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, mencatat bahwa meskipun IHSG mengalami tekanan, nilai kapitalisasi pasar berhasil tumbuh 6 persen menjadi Rp12,3 triliun. Angka ini setara dengan 56 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Selain itu, aktivitas penghimpunan dana di pasar modal mencatatkan hasil positif dengan 199 penawaran umum sepanjang tahun, menghasilkan total dana Rp259,24 triliun. Dari jumlah tersebut, 43 merupakan emiten baru dengan total nilai IPO sebesar Rp16,68 triliun.
Di sisi lain, perdagangan karbon pada bursa hingga 27 Desember 2024 mencatat volume transaksi sebesar 908 ribu ton CO2 ekuivalen, dengan total nilai transaksi akumulasi mencapai Rp50,64 miliar. Jumlah single investor identification (SID) juga meningkat 22,21 persen year-to-date (ytd) menjadi 14,8 juta. Namun, tidak semua sektor menunjukkan kinerja positif. Indeks LQ45, yang berisi saham-saham perusahaan terbesar dan paling likuid, justru melemah sebesar 15,6 persen sepanjang tahun.
Hal ini menjadi perhatian bagi investor dan regulator untuk meningkatkan kinerja sektor-sektor unggulan pada tahun mendatang. Secara keseluruhan, meskipun terdapat tantangan dan volatilitas, pasar modal Indonesia menunjukkan daya tahan dan peluang pertumbuhan yang menjanjikan untuk tahun 2025. Dengan pembukaan perdagangan yang positif, para pelaku pasar berharap IHSG dapat melanjutkan tren penguatan di tahun ini. (ce1)