RADARBEKASI.ID, BEKASI – Peta demografi Kota Bekasi diperkirakan berubah seiring perbaikan angka pada Usia Harapan Hidup (UHH).
Perubahan yang akan muncul salah satunya fenomena Aging Population. Dimana jumlah masyarakat usia lanjut (lansia) relatif banyak. Seperti yang saat ini tengah melanda Jepang.
“Kondisi Aging Population ini menjadi tantangan tersendiri. Pemerintah harus antisipasi dengan situasi itu, karena Aging Population ditandai dengan penurunan perekonomian dan rendahnya ekonomi,” ungkap peneliti IDP-LP, Riko Noviantoro.
Kesiapan berupa dukungan kepada lansia diperlukan lewat kebijakan pro lansia. Kebijakan ini disusun atas dasar sadar lansia di semua generasi. Berikutnya, lewat dukungan infrastruktur.
“Pemerintah perlu secara bertahap menyediakan fasilitas pro lansia. Misalkan transportasi publik, RS ramah lansia, dan ruang terbuka lansia,” ucapnya.
BACA JUGA: Kekerasan Anak di Kota Bekasi Meningkat 42 Persen Sepanjang 2024
Poin selanjutnya adalah jaminan sosial serta dukungan lingkungan sosial. Dukungan lingkungan sosial perlu diberikan oleh semua pihak, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat secara luas.
“Usia lansia butuh dukungan jaminan sosial untuk mengisi masa tua mereka,” tambahnya.
Diketahui, torehan angka harapan hidup Kota Bekasi selama empat tahun terakhir terus naik dengan rata-rata kenaikan 1,13 tahun. Pada 2020, angka harapan hidup masyarakat Kota Bekasi berada di usia 75,01 tahun. Namun angka itu telah berubah naik menjadi 76,14 tahun pada 2024.
Kepala BPS Kota Bekasi, Ari Setiadi Gunawan menyampaikan beberapa faktor yang mempengaruhi UHH diantaranya adalah jumlah fasilitas kesehatan yang semakin banyak.
Dengan begitu, masyarakat Kota Bekasi semakin mudah mengakses kesehatan, masalah kesehatan mudah terdeteksi, dan tertangani. Hal ini menurunkan angka kematian akibat berbagai penyakit.
“Ketersediaan sarana kesehatan yang semakin banyak jumlahnya, selain itu juga akses terhadap fasilitas kesehatan semakin mudah,” katanya, Selasa (7/1).
Faktor lainnya adalah edukasi yang masif dari pemerintah, kemudahan informasi, hingga jaminan kesehatan. Mudahnya masyarakat mendapatkan berbagai literatur tentang kesehatan akan memperbaiki gaya hidup masyarakat.
“Kemudian jangan lupa faktor biaya, contohnya dengan BPJS, itu secara umum akan membantu masyarakat ketika sakit,” ucapnya.
Selain faktor dari luar, faktor dari dalam diri seperti tingkat pengetahuan juga berpengaruh.
“Itu beberapa hal yang mempengaruhi angka harapan hidup. Faktor internal seperti pengetahuan masyarakat, ini berkaitan dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi,” tambahnya.
Statistik kesejahteraan rakyat Kota Bekasi 2024 mencatat 11,16 persen penduduk usia 15 tahun keatas tamat SD sederajat, tamat SMP sederajat 16,84 persen, tamat tamat SMA/K sederajat 44,63 persen, serta tamat perguruan tinggi 24,83 persen. Hanya 2,54 persen yang tidak punya ijazah SD.
Sementara dari sisi jumlah fasilitas kesehatan, Kota Bekasi memiliki 5 rumah sakit pemerintah, 43 RS swasta, dan 53 puskesmas yang telah beroperasi. Dua puskesmas baru yang dibangun pada tahun 2024 akan segera beroperasi, satu kelurahan lagi yang belum memiliki puskesmas saat ini tengah dalam proses penyediaan lahan.
“Kita berharap pelayanan yang diberikan oleh Faskes di berbagai level dapat memberikan pelayanan yang terukur dan terintegrasi. Saat ini untuk Kota Bekasi masih berkembang, semoga kedepan fasilitas antar RS bisa saling melengkapi,” terang Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bekasi, Fikri Firdaus.
Selain Faskes yang bersifat promotif, preventif, dan kuratif, Fikri juga menyebut kesadaran masyarakat Kota Bekasi semakin menunjukkan tren positif pasca pandemi Covid-19. Meningkatnya harapan hidup masyarakat ini menurutnya, mencerminkan tingkat kesadaran masyarakat dalam menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
“Dinas kesehatan akan terus mendorong skrining dan edukasi terkait pentingnya menjaga kesehatan. Dengan tersebarnya Puskesmas di kelurahan dan banyaknya klinik atau dokter praktek yang bisa bekerjasama dengan melibatkan unsur RS untuk proses skrining ibu hamil dan lain-lain,” tambahnya. (sur)