Berita Bekasi Nomor Satu

Bank Sampah Mas Dul di Perumahan Telaga Murni: Terus Ikhtiar Ajak Masyarakat Peduli Lingkungan

TIMBANG SAMPAH: Warga menimbang sampah plastik yang telah dipilah dan dibersihkan di Bank Sampah Mas Dul RW 08 Perumahan Telaga Murni Desa Telaga Murni Kecamatan Cikarang Barat, Senin (13/1). ARIESANT/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Bank Sampah Mas Dul (Masyarakat Peduli Lingkungan) di RW 08 Perumahan Telaga Murni Desa Telaga Murni Kecamatan Cikarang Barat, menjadi salah satu garda terdepan dalam upaya penanganan sampah di Kabupaten Bekasi.

Keberadaan bank sampah ini turut mendukung pemerintah daerah yang serius menangani permasalahan sampah yang semakin overload di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Burangkeng.

Ketua RW 08, Triyana, menjelaskan bahwa Bank Sampah Mas Dul di RW 08 membawahi sembilan bank sampah di Perumahan Telaga Murni. Pendirian bank sampah ini berawal dari kekhawatiran warga terhadap tingginya produksi sampah harian dan upaya untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah guna menjaga kelestarian lingkungan.

BACA JUGA: Pemkab Bekasi Bakal Kaji Pembentukan BUMD Transportasi

“Kita terus berikhtiar mengajak masyarakat untuk peduli lingkungan terutama masalah persampahan,” ucap Triyana kepada Radar Bekasi, Senin (13/1).

Di Bank Sampah Mas Dul, pengelolaan sampah meliputi budidaya maggot untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk, pakan ternak, dan bahan budidaya ikan, serta pemilahan sampah non-organik yang dikelola hingga menjadi biji plastik.

Dalam tiga tahun beroperasi, bank sampah ini telah meraih berbagai prestasi, seperti juara satu kategori kebersihan, keindahan, sirkulasi sampah, dan kegotongroyongan.

Setiap minggu, RW 08 membuang hampir empat ton sampah organik ke TPA Burangkeng. Sampah non-organik masih dapat dikelola karena memiliki nilai ekonomi.

“Yang dibuang itu karena kita belum memiliki teknologi, andaikan nanti ada TPS3R itu bisa kita kelola, diolah sehingga kita syukur-syukur hanya tinggal residu saja yang dibuang ke TPA Burangkeng,” tambahnya.

BACA JUGA: Pj Bupati Bekasi Resmikan Gedung Squash Bertaraf Internasional

Secara teknis, setiap bank sampah melibatkan 10 warga yang bekerja secara sukarela memilah sampah. Setiap rumah di RW 08 telah diberikan edukasi untuk memilah sampah secara mandiri, dan di setiap gang telah disediakan tempat pemisahan sampah organik dan non-organik. Dengan cara ini, tim penyisir sampah dapat mengumpulkan sampah yang sudah terpisah dengan baik.

“Sehingga nilai jual dan ekonomisnya ada. Itu kembali lagi ke lingkungan. Karena komposisi sampah kita itu 70 persen organik. Itu yang harus dikelola dengan baik,” jelasnya.

Triyana berharap pemerintah Kabupaten Bekasi dapat segera membangun Tempat Pengolahan Sampah Reuse, Reduce, dan Recycle (TPS3R) di Perumahan Telaga Murni, yang akan mengurangi beban sampah di TPA Burangkeng. Warga setempat pun mendukung pembangunan TPS3R di daerah mereka.

“TPS3R ini kadang warga bermindset bau dan sebagainya. Tapi itu tergantung dari teknologi atau cara penanganannya, karena bukan TPA, katanya.

“Karena mindsetnya mereka kan tempat buang sampah tapi nyatanya kita punya bank sampah pun gak ada bau gitu. Nah itu memang harus ada edukasi disitu, minimal warga akan ada sosialisasi pemahaman,” imbuhnya.

Sementara, Pj Bupati Bekasi, Dedy Supriyadi, menyampaikan bahwa hasil rapat koordinasi nasional bersama Kementerian Lingkungan Hidup mendorong pemerintah daerah untuk mengalokasikan tiga persen dari APBD untuk menangani masalah sampah. Salah satunya dengan mempercepat pembangunan TPS3R dan bank sampah di permukiman sebagai penanganan sampah dari sumbernya.

“Semangatnya adalah menangani permasalahan sampah dari sumbernya dari rumah tangga, kawasan, pasar semua yang menghasilkan sampah, itu yang harus kita lakukan pengelolaan lebih baik,” tandasnya. (ris)