RADARBEKASI.ID, BEKASI – Ribuan warga memadati pendopo Kecamatan Bekasi Utara untuk mendapatkan pembagian sembako dalam gelaran Operasi Pasar Bersubsidi (Opadi) dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jawa Barat.
Sebanyak 3.400 paket sembako disalurkan, namun pembagian yang tidak tertata dengan baik justru berujung pada desakan massa, bahkan beberapa warga dilaporkan terjatuh dan pingsan akibat berdesakan.
Program sembako murah ini memang menarik minat warga, mengingat harga yang ditawarkan hanya Rp72 ribu, jauh lebih murah dibandingkan harga normal yang bisa mencapai Rp147 ribu. Paket sembako tersebut berisi 5 kilogram beras, 2 kilogram gula pasir, 2 liter minyak goreng, dan 1 kilogram tepung terigu.
Antusiasme tinggi menyebabkan warga dari enam kelurahan di Kecamatan Bekasi Utara berbondong-bondong datang ke lokasi pembagian. Namun, yang menjadi masalah, tidak hanya warga yang memiliki kupon yang ikut antre, tetapi juga mereka yang tidak memiliki kupon turut berebut sembako murah.
Yajid, salah satu warga setempat, mengungkapkan bahwa setiap RW hanya mendapat jatah 15 kupon. Namun, kenyataannya, warga yang tidak mendapatkan kupon tetap datang dan berupaya menebus sembako.
“Setahu saya, setiap RW hanya diberikan 15 kupon, tapi kenyataannya yang datang bukan hanya pemegang kupon. Banyak yang tidak punya kupon juga ikut antre,” ujarnya.
Akibatnya, antrean panjang ribuan orang tak terhindarkan. Kekacauan pun terjadi, hingga beberapa warga terjatuh dan pingsan karena berdesakan.
“Saya hanya bisa mengelus dada melihat kondisi ini. Warga berdesakan, banyak yang jatuh, bahkan ada yang pingsan. Ini semua karena pembagian yang tidak tertata,” tambahnya.
BACA JUGA: https://radarbekasi.id/2025/03/19/belasan-kader-daftar-calon-ketua-pan-bekasi/
Ia berharap agar ke depannya mekanisme distribusi sembako murah bisa lebih baik dan tidak dipusatkan di satu tempat. Ia mengusulkan agar pembagian dilakukan di tingkat RW agar tidak terjadi kerumunan besar yang berisiko bagi keselamatan warga.
“Saya sedih melihatnya. Hanya demi sembako murah, warga harus berdesakan sampai pingsan. Seolah masyarakat kecil dipermainkan hanya dengan bantuan seperti ini. Semoga kejadian ini tidak terulang lagi,” harapnya.
Meski terjadi kekacauan, warga yang bertahan dalam antrean panjang tetap berhasil mendapatkan sembako murah meskipun harus menunggu dalam waktu lama.
Sementara itu, Sekretaris Camat (Sekcam) Bekasi Utara, Ahmad Apandi, membenarkan bahwa wilayahnya menjadi tuan rumah opadi kali ini.
“Kami berupaya menyalurkan sembako murah kepada warga. Ada sekitar 3.400 paket yang didistribusikan kepada masyarakat Bekasi Utara,” ujarnya.
Namun, dalam pelaksanaannya, sempat terjadi kericuhan akibat warga yang tidak sabar dan enggan mengantre sesuai jadwal yang telah ditentukan. Hal ini menyebabkan desakan dan antrean panjang.
“Seharusnya sudah dijadwalkan, misalnya Kelurahan Perwira pukul 08.00, Harapan Baru pukul 09.00, Kaliabang Tengah pukul 10.00, Harapan Jaya pukul 11.00, dan seterusnya. Tapi warga sudah datang sejak pukul 06.00 pagi, menyebabkan kerumunan dan antrean panjang,” jelasnya.
Setelah dilakukan pengaturan ulang, penyaluran sembako bersubsidi akhirnya berjalan lancar. Apandi berharap ke depan kuota subsidi dapat ditambah dan titik penyaluran tidak hanya terpusat di satu lokasi.
“Kami berharap distribusinya bisa dilakukan di masing-masing kelurahan seperti tahun-tahun sebelumnya agar lebih tertib,” harapnya.
Pada Opadi kali ini, seluruh warga dari enam kelurahan di Kecamatan Bekasi Utara harus datang ke satu lokasi, yaitu kantor kecamatan. Ke depan, pihaknya mengusulkan agar pendistribusian dilakukan lebih merata untuk menghindari penumpukan massa.(pay)