RADARBEKASI.ID, BEKASI – Dugaan permintaan uang Rp20 ribu saat ingin meminta Surat Keterangan Lulus (SKL) di SMAN 20 Kota Bekasi viral di media sosial usai diunggah oleh akun Instagram @brorondm.
Dalam unggahan akun itu mempublikasikan laporan tentang perlakuan tidak pantas oknum pegawai Tata Usaha (TU) sekolah. Unggahan yang ramai sejak beberapa hari lalu itu juga menyertakan bukti transfer dan percakapan siswa dengan petugas TU yang diketahui bernama Banun.
Dalam salah satu tangkapan layar, nampak balasan Banun bernada permintaan Tunjangan Hari Raya (THR). Bahkan ia mengingatkan kembali pemberian THR tersebut saat siswa menanyakan kapan surat yang diminta siswa bisa diambil.
Sosok pegawai TU yang belakangan diketahui Banun Achmad ikut berkomentar dalam unggahan akun tersebut. Komentar Banun sontak mendapat respon beragam dari para warganet.
Saat dihubungi Radar Bekasi, Banun Achmad menjelaskan bahwa surat yang diminta oleh siswa SMAN 20 bukanlah Surat Keterangan Lulus (SKL), melainkan surat keterangan sebagai siswa aktif yang telah menyelesaikan seluruh kegiatan di SMAN 20.
Surat tersebut diperlukan sebagai syarat administrasi untuk mengikuti Ujian Tertulis Berbasis Komputer (UTBK), salah satu jalur seleksi masuk perguruan tinggi negeri. Adapun SKL, menurut Banun, baru akan diterbitkan pada bulan Mei mendatang.
Permintaan surat keterangan tersebut ia terima saat periode libur Lebaran melalui pesan singkat dari siswa. Saat berkomunikasi dengan siswa tersebut ia mengakui ada pesan berisi kalimat ‘jangan lupa THR’ sebagaimana yang terpampang di media sosial. Kalimat tersebut ia klarifikasi sebagai candaan seraya menepis adanya narasi dirinya menahan surat keterangan yang diminta oleh siswa.
“Karena memang karakter saya terhadap anak-anak, saya hanya gurauan saja, jadi asal nyeplos saja karena memang masih lebaran. Jadi saya hanya jawab oke nanti ya hari ini (bisa diambil) jangan lupa THR. Memang tertulis seperti itu, cuma kejadiannya pas sudah jadi suratnya tidak ada sama sekali yang dinarasikan saya menahan SKL,” ungkapnya.
Sebagai bukti, ia mengirimkan tangkapan layar mengenai informasi pengambilan surat keterangan yang ia sampaikan di grup WhatsApp berisi wali kelas 12. Saat itu ia meminta kepada wali kelas untuk memberitahukan informasi tersebut kepada siswa di kelasnya masing-masing, serta tidak dipungut biaya sediktpun.
Meskipun demikian, ia mengaku dari 270-an siswa tersebut ada yang memberikan uang, beberapa diantaranya diberikan menggunakan amplop. Ia juga mengakui, ada siswa yang mentransfer uang lewat akun Shopee Pay miliknya.
“Memang pada saat kejadian ada yang memberikan amplop, lalu ada yang nanya ke saya pak ini bayar berapa, saya spontan kalau mau bayar silahkan taruh di meja saya. Untuk yang transfer itu betul, karena dia tidak bawa cash,” paparnya.
Pada saat siswanya ingin mentransfer uang Rp20 ribu itu lah dijelaskan oleh Banun sebagai momentum ya tertawa, seperti yang dinarasikan mentertawakan siswa yang memberi uang Rp5 dan Rp10 ribu. Ia menyebut tidak semua siswa yang menerima SKL memberikan uang pada saat pendistribusian.
Banun mengaku apa yang ia perbuat salah. Ia mengaku siap bertanggungjawab dan menerima konsekuensi apapun atas perbuatannya tersebut.
“Kalau misalkan ini fatal dan saya harus kehilangan pekerjaan saya, saya terima. Karena saya mengaku salah atas perbuatan saya,” tambahnya.
Dalam waktu dekat Banun mengaku akan mengembalikan uang yang ia terima dari siswa pekan kemarin. Ia telah meminta kepada setiap wali kelas 12 untuk mendata siswanya yang memberi uang. (sur)