RADARBEKASI.ID, BEKASI – Ketidakpastian ekonomi akibat perang dagang Amerika Serikat dan Tiongkok mendorong perguruan tinggi untuk lebih adaptif dalam menyiapkan lulusannya. Hal ini ditegaskan Direktur Binus University Kampus Bekasi, Prof. Gatot Soepriyanto, dalam acara Media Gathering, Selasa (14/4).
Menurutnya, gejolak global justru membuka peluang bagi Indonesia. Jika industri besar merelokasi pabrik ke Asia Tenggara, Indonesia berpeluang jadi tujuan utama.
“Kita punya SDM, pasar yang besar, dan lokasi strategis. Tapi kesiapan SDM adalah kuncinya,” kata Prof. Gatot.
BACA JUGA: BCA Gandeng BINUS University Ajak Mahasiswa Bijak Kelola Keuangan Sejak Muda
Ia menyebut, lulusan harus siap bersaing sejak awal, salah satunya lewat penguatan magang, sertifikasi, hingga inkubator bisnis. “Kampus tak bisa hanya bereaksi. Harus lebih proaktif menyiapkan mahasiswa hadapi perubahan cepat,” ujarnya.
Prof. Gatot juga menyoroti pentingnya kemampuan bahasa asing, terutama Mandarin dan Jepang, seiring meningkatnya peluang kerja lintas negara. Ia menekankan bahwa kendali ada di dalam negeri, bukan pada kondisi global.
“Kita tak bisa atur geopolitik, tapi bisa siapkan diri. Pendidikan harus jadi fondasi utama,” tambahnya.
BACA JUGA: Pemkot Bekasi Gandeng UNJ untuk Atasi Persoalan Kekurangan Guru
Selain SDM, kekuatan konsumsi domestik juga dinilai bisa menjadi bantalan ekonomi. Dengan lebih dari 77 juta penduduk, Indonesia berpotensi mandiri secara ekonomi jika mampu mengoptimalkan produk lokal dan swasembada energi.
Sementara itu, Mu’minat Kamis, mahasiswi Binus Bekasi yang juga pendiri brand rajut Magic Hands, menilai dinamika global justru jadi pemantik kreativitas.
“Impor dan isu dagang memang jadi tantangan, tapi saya melihatnya sebagai peluang untuk menguatkan brand lokal,” ujar mahasiswi semester dua itu.
Mu’minat aktif mengembangkan kolaborasi dengan komunitas kreatif dan UMKM agar produknya relevan dengan isu-isu terkini. “Dari kolaborasi itu bisa lahir karya yang menjawab tantangan zaman,” pungkasnya. (rez)