Berita Bekasi Nomor Satu

Harga Kelapa Parut di Kabupaten Bekasi Capai Rp18 Ribu Per Butir, Pemerintah Diminta Kendalikan Harga

MAHAL: Pekerja membenahi kelapa di Tambun Selatan, Minggu (20/4). Harga kelapa parut di pasaran Kabupaten Bekasi terus melonjak. ARIESANT/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Harga kelapa parut di pasaran Kabupaten Bekasi terus melonjak. Pedagang maupun pembeli berharap pemerintah turun tangan mengendalikan harga kelapa.

Pemilik agen kelapa parut, Juari (41), mengatakan harga kelapa parut mengalami kenaikan sejak sebelum Ramadan. Sebelum Ramadan, harga eceran kelapa parut Rp10 ribu hingga Rp12 ribu dari sebelumnya Rp5 ribu per butir.

Saat ini, harga kelapa parut mencapai Rp15 ribu untuk ukuran kecil dan Rp17 ribu hingga Rp18 ribu untuk ukuran besar. Menurut Juari, kenaikan harga dipicu oleh stok yang menipis akibat tingginya ekspor.

BACA JUGA: Bocah Perempuan Ditemukan Tak Bernyawa Depan Warung di Cikarang, Diduga Korban Tabrak Lari

“Kenaikan itu karena ekspor. Banyak kelapa diekspor ke Thailand, jadi harga lokal ikut harga ekspor. Petani lebih memilih jual ke pembeli ekspor yang langsung turun ke kampung-kampung,” ujar Juari kepada Radar Bekasi di Tambun Selatan, Minggu (20/4).

Selain kenaikan harga, Juari juga mengaku kesulitan mendapatkan pasokan. Biasanya, ia bisa belanja hingga 7.000 butir kelapa dalam seminggu, namun kini hanya mampu membeli sekitar 800 butir.

“Mau gak mau beli dengan harga ekspor itu. Sekarang kalau beli pakai engkel terus takut busuk, sekarang paling 800 butir,” tambahnya.

Akibat lonjakan harga, pendapatan Juari pun menurun. Banyak pelanggan yang mengeluh mahalnya harga kelapa parut, terutama untuk pembelian eceran.

BACA JUGA: Modus Jualan Buah, Pria Ini Gasak Motor Warga di Cikarang Barat

“Ya konsumsen ngeluh, omset juga kan berkurangm Aturan yang beli buat nyayur itu beli kelapa satu atau dua itu mending buat beli beras katanya karena mahal,” terang Juari.

Keluhan juga disampaikan Mimi Suhaimi (39), seorang pembeli yang menjalani usaha kue dan katering. Ia merasa sangat terbebani dengan kenaikan harga kelapa parut. Apalagi kelapa merupakan bahan baku utamanya.

“Kelapa kan dari Indonesia, nggak impor. Tapi tetap saja mahal. Santan kemasan juga naik, biasanya Rp3 ribu sekarang jadi Rp6 ribu di pasar, kalau di warung udah Rp7 ribu,” ujar Mimi.

Menurut Mimi, kenaikan harga sudah terasa sejak empat bulan lalu. Namun baru belakangan ini melonjak drastis.

“Dulu Rp5 ribu per butir kecil, sekarang sudah Rp12 ribu,” ujarnya.

Ia berharap pemerintah segera turun tangan mengendalikan harga kelapa parut.

“Harapannya ya segeralah diturunka, gimana solusinya. Soalnya kasihan ibu-ibu rumah tangga,” katanya. (ris)