RADARBEKASI.ID, BEKASI – Cendekiawan Prof Komaruddin Hidayat terpilih menjadi Ketua Dewan Pers periode 2025-2028. Ia menggantikan Niniek Rahayu sebelumnya menjabat.
Selain Komaruddin, susunan anggota Dewan Pers periode baru ini terdiri dari Abdul Manan, Dahlan Dahi, M. Busyro Muqoddas, Maha Eka Swasta, Muhammad Jazuli, Rosarita Niken Widiastuti, Totok Suryanto, dan Yogi Hadi Ismanto.
Mereka berasal dari berbagai unsur, seperti wartawan, pimpinan perusahaan pers, dan tokoh masyarakat.
Dalam acara serah terima jabatan yang berlangsung di Kantor Dewan Pers, Jakarta, Rabu (14/5), Komaruddin menyoroti derasnya arus informasi yang memenuhi ruang publik.
“Dewan Pers hadir untuk menjaga kewarasan masyarakat dari membanjirnya informasi di ruang publik,” kata mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu, dikutip dari Jawa Pos.
Ia menegaskan pentingnya kolaborasi antara Dewan Pers dan lembaga lain dalam menghadapi ledakan informasi digital. Komaruddin juga menyinggung soal penurunan Indeks Kemerdekaan Pers di Indonesia, yang menurutnya menjadi pekerjaan rumah yang harus segera dicarikan solusinya.
Mantan rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) itu mengungkapkan kekhawatirannya terhadap hilangnya ruang privasi akibat pengaruh algoritma digital. Menurutnya, saat ini banyak keputusan manusia dikendalikan oleh algoritma, termasuk dalam hal konsumsi dan belanja
“Ada dorongan algoritma yang untouchable dan uncontrollable,” katanya.
Ia juga menyoroti bagaimana ruang publik kini telah dijajah secara digital, termasuk dengan masifnya penggunaan kecerdasan buatan (AI). Di dunia jurnalistik, pekerjaan wartawan kini menjadi lebih mudah.
Begitu pula bagi para dosen dalam proses belajar mengajar. Bahkan, menulis buku pun bisa diselesaikan hanya dalam waktu sepekan melalui kolaborasi dengan AI.
Namun, ia mengingatkan bahwa kemudahan ini juga membawa risiko. Salah satunya banjir informasi menyesatkan yang merusak kualitas ruang publik. Komaruddin mengaku, dalam sebulan terakhir ia sempat berpuasa dari media sosial karena merasa terganggu dengan konten yang muncul.
“Mau tidak mau mengikuti (informasi) gosip,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Komunikasi dan Digital (Komdigi) Meutya Hafid menilai bahwa tantangan yang dihadapi Dewan Pers semakin berat. Menurutnya, era digital dan berkembangnya AI telah memperbesar tantangan dalam membedakan informasi yang benar dan palsu.
“Saya percaya Dewan Pers memiliki kapasitas dan integritas dalam menjalankan tugas ini,” kata politisi Golkar itu.
Kementerian Komdigi berpesan supaya Dewan Pers memperkuat komunikasi dengan seluruh konstituen. Kemudian pengawasan ruang jurnalistik dilakukan secara aktif dan bijak. (oke)