Berita Bekasi Nomor Satu

Warga Sumurbatu Keluhkan Overload dan Longsor Sampah TPA Sumurbatu

ILUSTRASI: TPA Sumurbatu Kota Bekasi. FOTO: RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Antrean truk sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumurbatu Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi, kian parah dalam beberapa pekan terakhir. Warga mengeluhkan kondisi tersebut yang diperburuk oleh hujan lebat dan kapasitas TPA yang telah melebihi daya tampung.

“Sekarang antreannya makin parah, bisa sampai 500 truk tronton masuk setiap hari. Padahal tempatnya sudah tidak muat,” ujar Nasir, warga yang tinggal di sekitar TPA, Selasa (20/5).

Menurut Nasir, hujan deras selama tiga hari menyebabkan longsoran sampah menutupi jalan masuk ke area pembuangan. Alat berat tidak dapat beroperasi optimal karena sebagian mengalami kerusakan, dan untuk membuka akses saja dibutuhkan waktu hingga tiga jam.

BACA JUGA: TPA Sumurbatu Kota Bekasi Terancam Ditutup KLHK

Antrean paling parah terjadi pada hari kerja, terutama sore hari. “Tiga dari lima hari kerja biasanya macet total, sementara akhir pekan cenderung lebih lancar karena armada lebih sedikit,” tambahnya.

Nasir juga menilai Pemerintah Kota Bekasi lamban dalam merespons kondisi kritis ini. Ia menyebut pembukaan zona baru seharusnya sudah dilakukan mengingat zona eksisting tak lagi layak digunakan.

Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto, mengakui kondisi TPA Sumur Batu telah melebihi kapasitas. Ia mengatakan Pemkot telah diingatkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk menghentikan praktik pembuangan terbuka (open dumping) dan segera beralih ke sistem sanitary landfill.

“Dalam perubahan APBD, kami akan alokasikan hampir Rp200 miliar untuk menyiapkan sanitary landfill. Ini sudah jadi perintah yang harus kami tindak lanjuti,” kata Tri.

BACA JUGA: TPA Sumurbatu Darurat Longsoran Sampah, Antrean Truk Mengular 

Tri mengungkapkan volume sampah Kota Bekasi saat ini mencapai 1.800 ton per hari. Untuk menanganinya, dibutuhkan tambahan lahan sekitar 10 hektare per tahun, sementara kemampuan fiskal daerah hanya memungkinkan pembukaan lahan 2–2,5 hektare per tahun.

Sebagai solusi jangka pendek, Pemkot Bekasi telah meminta bantuan kepada Pemprov DKI Jakarta berupa tambahan alat berat dan armada truk sampah. Pemerintah juga mulai membuka lahan baru di sekitar TPA yang saat ini masih berupa lahan tidur dan hamparan sawah.

Namun, Tri menegaskan bahwa lokasi TPA tidak akan dipindahkan ke wilayah lain. “Secara tata ruang, Bantargebang tetap ditetapkan sebagai Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST). Perluasan akan tetap di kawasan ini,” tegasnya.

Selain pembangunan sanitary landfill, Pemkot Bekasi juga tengah memperkuat pengelolaan sampah dari hulu melalui optimalisasi bank sampah, budidaya maggot, Tempat Pengolahan Sampah 3R (TPS 3R), serta penggunaan incinerator skala kecil di tingkat RW. Dalam jangka panjang, Bekasi menargetkan pembangunan pembangkit listrik berbahan bakar sampah.(rez)